Mohon tunggu...
feri anto
feri anto Mohon Tunggu... Wiraswasta - Menulis untuk Indonesia

Karena menulis adalah perjalanan hati dan petualangan pikiran

Selanjutnya

Tutup

Music Pilihan

Interview Session: Pianis Ananda Sukarlan, Karya Musikal yang Mengalir Deras

20 Desember 2023   15:50 Diperbarui: 21 Desember 2023   08:34 545
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menyebut nama Ananda Sukarlan,bukanlah sebuah nama yang asing didunia seni musik Indonesia maupun internasional.Pria berbakat ini bertabur prestasi,dan sejumlah penghargaan prestisius.
Ananda Sukarlan lulus dari SMA Kolese Kanisius di Jakarta pada tahun 1986 kemudian melanjutkan studi di Koninklijk Conservatorium (Royal Conservatory of Music) di Den Haag, Belanda, di mana ia kemudian lulus dengan predikat Summa CumLaude.

Pianis & komponis Ananda Sukarlan menerima penghargaan kesatriaan tertinggi dari dua negara. Bulan lalu ia baru saja dianugerahi Royal Order of Isabella the Catholic (Real Orden de Isabel la Catolica) oleh Kerajaan Spanyol, dan pada tahun 2020 Cavaliere Ordine della Stella d'Italia dari Presiden Sergio Mattarella. Selain itu ia juga diangkat menjadi Honorary Member dari Rotary Club International.

Disamping itu,ia juga seniman Indonesia pertama yang diundang negara Portugal tepat setelah hubungan diplomatik Indonesia dan Portugal. Pada tahun 2000 ini juga ia telah dianugerahi oleh sejumlah pengakuan dari pihak swasta,seperti; Prix Nadia Boulanger dari Orleans, Prancis.

Baru-baru ini ia terpilih menjadi salah satu dari 32 tokoh dalam buku "Heroes Among Us (Pahlawan di Antara Kita)", yang ditulis oleh Dr. Amit Nagpal yang diterbitkan di India. Ananda juga masuk sebagai salah satu dari 100 "Asia's Most Influential" atau "Orang Asia Paling Berpengaruh" dalam dunia seni tahun 2020 oleh Majalah Tatler Asia.
Ada dua karya terbarunya akan diluncurkan pada akhir tahun 2023 ini.

Yang pertama dari label Sony Classical,yang merilis musik terbarunya, "The Springs of Vincent", dibuat berdasarkan berbagai lukisan musim semi Vincent Van Gogh, yang dibawakan oleh pemain flute Eduard Sanchez.

Untuk projek keduanya yang di Indonesia berupa,soundtrack musik film dokumenter Rainha Boki,yang berkisah tentang Ratu Ternate abad ke-16 yang dibuat oleh Ananda Sukarlan, dinarasikan oleh aktris Christine Hakim, dari narasi karya Linda Christanty berdasarkan buku karya Prof. Dr. Toeti Heraty Roosseno.

Dokpri.Ananda Sukarlan
Dokpri.Ananda Sukarlan

Menyambut Inspirasi

Sebagai seorang musisi,Ananda memulai aktifitas bermusiknya pada malam hari selepas makan malam. "Saya biasanya menulis musik pada malam hari setelah makan malam. Jam 21.00 malam ke atas lah. Saya tidak tahu kenapa, yang jelas saya tidak terganggu oleh handphone yang bunyi (walaupun kalau ada WhatsApp saya tidak selalu langsung lihat dan jawab, tapi tetap aja saya selalu ingin tahu siapa dan apa pesan tersebut hehehe)". 

Ia menyukai suasana malam hari yang sunyi dan teduh."Dan saya senang saja dengan kertas dan komputer menghadap jendela di malam hari. Saya biasanya selesai sekitar jam 02.00 dini hari, sering jalan sebentar sebelum tidur, biasanya membaca buku atau apapun sampai ketiduran. 

Saya selalu bangun cukup siang, sekitar jam 10-an, dan biasanya tidak pernah sarapan, langsung makan siang. Kalau sedang menulis karya yang cukup panjang / besar saya sering lupa latihan piano, padahal saya selalu hampir berjanji pada diri sendiri untuk setiap hari latihan piano paling tidak setengah jam.". Olahraga singkat,juga dilakukan Ananda."Kalau menjelang konser, saya latihan sehari 3-4 jam. Sore saya pakai untuk jalan kaki dan / atau berenang (kalau sedang musim panas di Spanyol, atau saya sedang di Jakarta)".

Musik Klasik Indonesia Terkini

Musik klasik Indonesia mulai diperhitungkan dimata dunia,karena mulai memperlihatkan identitasnya secara gamblang. "Saya hanya jawab dari genre musik klasik aja ya, karena itu kan bidangku. Musik klasik Indonesia sih sudah mulai diperhitungkan di dunia, karena kita sudah mulai bisa memapankan identitas yang jelas, bahwa kita memang menyambung tradisi "classical music" Bach, Beethoven, Rachmaninoff dll tapi kita juga menggali dan mengeksploitasi semua elemen Indonesia: kalau karya vokal (baik tembang puitik sampai yang paling besar yaitu opera) ya dari dunia sastra Indonesia (terutama puisi), kalau instrumental ya menggunakan semua elemen etnik dari berbagai daerah di Indonesia: sistem tangga nadanya, ritme, kurva melodik dll". 

Banyaknya diaspora yang mempelajari musik klasik juga menjadi faktor penentu,berkembangnya musik klasik indonesia. "Selain itu kaum milenial, gen Z bahkan gen Alpha yang sudah serius mempelajari, kuliah di luar negeri bahkan mulai meniti karirnya juga mulai diperhitungkan. Kita bisa sebut pianis seperti Anthony Hartono, Calvin Abdiel Tambunan, atau penyanyi soprano Mariska Setiawan, Alice Cahya Putri bahkan ada tenor Pharel Jonathan Silaban yang sedang kuliah untuk gelar Doktor (S3) di bidang Vokal di University of Kentucky".

Indonesia juga jadi negara pertama yang ikut ambil bagian di event G20 Orchestra. "Kita juga negara pertama yang mengukir sejarah di musik klasik dengan G20 Orchestra tahun lalu saat Indonesia memegang presidensi G20. Orkes ini menjadi "the most diverse orchestra" (orkes dengan diversitas tertinggi) di dunia: dari 20 negara dan lebih banyak lagi latar belakang etnis dan budayanya (misalnya dari Afrika Selatan itu ada empat musikus, berkulit hitam, putih dan campuran) serta agama dan bahasa".

Dokpri.Ananda Sukarlan
Dokpri.Ananda Sukarlan

Tembang Puitik Ananda

Dalam menyelesaikan karya musikalnya,Ananda juga terinspirasi oleh tembang puitik.

"Itu istilah untuk sebuah lagu yang berdasarkan teks atau puisi orang lain. Banyak komponis, saya salah satu contohnya, yang mengagumi dan terinspirasi dari karya literatur. Bentuk ini dimapankan pertama kali oleh komponis Austria Franz Schubert (1797-1828) yang telah menuliskan 700-an tembang puitik (atau "lieder" dalam bahasa Jerman) dari puisi-puisi Heinrich Heine, Johann Wolfgang von Goethe, Friedrich Schiller, dan banyak lagi. Bentuk ini kemudian diambil oleh komponis di negara lain, seperti Andre Previn dari berbagai puisi Emily Dickinson, Toni Morrison  dan banyak lagi".

Sudah hampir 400-an jumlah tembang puitik,yang dibuat Ananda."Di Indonesia dipelopori oleh Mochtar Embut yang banyak mengambil puisi Rendra, tapi saya kira saya yang terbanyak membuatnya; saat ini sudah hampir 400-an tembang puitik dari puisi penyair Spanyol, Amerika Latin, Amerika, Inggris dan tentu Indonesia, paling banyak yang saya buat adalah dari Sapardi Djoko Damono, Eka Budianta, Emi Suy, Medy Loekito, Adimas Immanuel, Umbu Landu Paranggi. Jadi saya membuat dari tiga bahasa".

Membaca & Menonton

Membaca,menonton film,dan mendengarkan musik,merupakan hobi Ananda.
"Hmmm .... membaca buku, mendengar musik (ya pastilah hehehe) dan bukan hanya klasik loh! Saya suka novel Haruki Murakami, Orhan Pamuk, dan di Indonesia Seno Gumira Ajidarma, Eka Kurniawan dan "the classics" seperti Shakespeare, Fyodor Dostoyevsky, Franz Kafka, Pramoedya Ananta Toer. Kalau musik, saya sedang demen banget dengerin Muse, Lady Gaga, Michael Jackson, banyak deh . Kalau musik klasik saya suka hampir semua karya Tchaikovsky dan Stravinsky, kalau klasik kontemporer Philip Glass dan Leonard Bernstein. Ah saya juga senang nonton film walaupun kebanyakan bukan film Hollywood. Kalau dari Hollywood saya suka filmnya Martin Scorsese, Francis Ford Coppola", jelas pria musikal ini.
Ananda mengidolakan komposer musik John Williams.

Dokpri.Ananda Sukarlan
Dokpri.Ananda Sukarlan

"Banyak banget, selain para penulis dan pemusik di atas, yang pasti komponis John Williams yang bikin musik untuk Harry Potter, Jurassic Park dan ratusan lainnya. John Williams itu lebih dari idola, dia itu panutan. Semua karya barunya, film yang soundtrack-nya ditulisnya, saya pasti tunggu-tunggu. Saya biasanya tidak pernah mengagumi politikus, karena 99% dari mereka itu tidak tulus dan jujur, manipulatif dan munafik, tapi saya saat ini sedang cukup kagum dengan beberapa figur sih: kekaguman saya terhadap Ahok (Basuki Tjahaja Purnama) itu tidak pudar, bahkan malah selalu bertambah. Saya juga banyak menaruh harapan ke Ganjar Pranowo dan Mahfud MD sebagai pemimpin kita berikutnya".

Karya Musikal Di Tengah Pandemi

Dirinya mengaku,jika ia tengah menyiapkan beberapa karya musikal. "Haha .. kalau musik klasik itu walaupun sudah kelar digodok, tapi kalau belum dimainkan itu ya masih berupa partitur saja. Yang sudah kelar dan akan diperdanakan sangat segera yaitu tanggal 17 Desember nanti adalah "Pandemic Poems", yaitu empat tembang puitik berdasarkan empat puisi yang ditulis saat pandemi yaitu "Gugus 1: Pemedis di Garis Depan" (Goenawan Monoharto), "Beda Keyakinan" (Hilmi Faiq), "Setelah Dirumahkan (5) (Muhammad Subhan) dan diakhiri dengan "Dialog Sesama Virus Korona Tentang Koruptor" (Riri Satria). Saya akan main piano mengiringi soprano yang baru berusia 14 tahun tapi musikalitasnya luar biasa, pemenang Ananda Sukarlan Award 2023 yaitu Shelomita Amory, lahir dan masih tinggal di Salatiga".

Adapula karyanya,yang hampir selesai."Sedangkan yang beneran masih saya godok, dan memang belum matang bahkan belum ditambahkan rempah-rempahnya hahaha ... adalah opera baru saya, "Musuh si Mucikari".

Dokpri.Ananda S
Dokpri.Ananda S

Opera "Clara"

Opera juga menjadi sarana menyalurkan hasrat musikalnya. "Opera saya terakhir adalah "Clara" yang memenangkan Best Performing Art of the Year dari Majalah Tempo, itu di 2014 jadi memang opera baru dari saya sudah banyak yang menunggu .... Google aja deh nama saya dan judul opera yang belum jadi ini, sudah ramai padahal baru 50% tertulis! Ini saya bekerjasama dengan penyair Emi Suy sebagai penulis teks (libretto)-nya, Chendra Panatan sebagai sutradara dan Hartati sebagai koreografer. 

Kalau dulu "Clara" dinyanyikan oleh Isyana Sarasvati, kali ini tokoh Auw Tjoei Lan, pahlawan penyelamat para korban perdagangan manusia di "Musuh si Mucikari" ini dinyanyikan oleh Mariska Setiawan. Rencana akan diperdanakan tahun depan setelah semua urusan Pemilu selesai dan damai di negeri ini ....",terang pria berkacamata ini.

Mengenai makanan favorit,Ananda tidak pemilih."Makanan, semua sih, dari makanan Padang, gudeg Jogja, Jepang, Chinese. Saya berusaha makan sehat sekarang, sedikit sekali makan daging, dan memang saya lebih suka seafood dan ikan",ujar penyuka warna ungu ini.

Penting bagi anak muda untuk menemukan jati dirinya."Setelah kerja keras dan menimba pengetahuan sebanyak mungkin, adalah menemukan jati diri atau identitas. Itu yang paling penting dari seorang seniman, setelah semua elemen teknis tentu terpenuhi. Itu memang tidak mudah, dan memang dimulai dari mempelajari kesuksesan orang-orang lain, tapi itu harus selalu diingat: tidak ada seniman besar yang karyanya hanya meniru, walaupun bukan menjiplak",tutup pembicaraan kami.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun