Mohon tunggu...
feri anto
feri anto Mohon Tunggu... Wiraswasta - Menulis untuk Indonesia

Karena menulis adalah perjalanan hati dan petualangan pikiran

Selanjutnya

Tutup

Music Artikel Utama

Roy Death Vomit, Sang Penjaga Api Keabadian

9 April 2019   19:55 Diperbarui: 10 April 2019   03:40 281
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Suara drumnya cepat menderu, seperti peluru yang dimuntahkan dari ratusan senjata berapi. Part drum yang dimainkanyapun rapat, tidak bersisa. Adalah Roy Agus, salah satu punggawa dari band death metal- Death Vomit. Sore itu kami berbincang di distro Anthem milik Roy, yang berada di Jl. Selokan Mataram, No.450 Jogjakarta. 

Band Death Vomit sendiri merupakan band senior di scene underground jogja, mereka terdiri dari; Sofyan (gitar, vokal), Roy (drumer), dan Oki (bass). Dengan mengusung death metal sebagai genrenya, Death Vomit telah melanglang buana ke luar negeri dan menorehkan jejak bermusiknya di sejumlah negara.    

Roy pribadi yang setia menjaga tempo di instrumen drum, sejak hari pertama Death Vomit berdiri."Saya di Death Vomit sudah 22tahun, dan saya satu-satunya personel yang belum pernah ganti", terangnya. Dirinya sangat menggandrungi instrumen drum sejak kecil, meskipun hanya dengan alat seadanya tapi itu tidak menyurutkan niat Roy kecil untuk berlatih drum. 

"Dulu waktu kecil, saya berbeda dengan anak seusia saya yang biasanya mukul-mukul panci, saya justru airdrumming". Media tv yang menyiarkan video klip musik juga tidak luput dari perhatian Roy kecil untuk belajar drum. Ia sejak dulu memang mempunyai ketertarikan sendiri terhadap drum. "Waktu saat saya melihat video klip musik, saya melihat drumernya kok mereka bisa bermain dengan enak dan suaranya bagus, saya lalu mulai ingin belajar drum", terang drumer yang rendah hati ini.    

Perbincangan kami lalu berlanjut tentang dirinya yang baru saja diendorse stik drum buatan jogja. Bagi Roy yang bertugas menjadi backbone dalam bandnya dan seorang penjaga tempo, stik drum merupakan sarana vital. Ia tidak dapat bermain dengan baik, jika stik drumnya tidak sesuai jangkauan yang dibutuhkan, rentan patah, dan materialnya tidak bagus. Kondisi stik drum yang prima, juga dibutuhkan bagi Roy yang memiliki gaya permainan death metal. 

"Saya suka memakai stik drum yang bisa menghasilkan pukulan keras tapi tidak perlu keluar banyak tenaga, disamping itu bisa menyesuaikan dengan kondisi anatomi tangan saya", jelas pria kelahiran kota Solo ini. 

Berangkat dari kebanggaanya memakai produk lokal jogja, ia dan Solobeat Drumstik bersepakat untuk menjalin kontrak kerja. "Saya memakai Solobeat Drumstik karena bisa mengakomodasi kebutuhan permainan saya secara keseluruhan".

Harapannya dengan kerjasama ini mereka bisa merengkuh para drumer untuk memakai produk buatan indonesia. Kecintaan Roy pada produk buatan anak negeri juga ditunjukkan dengan banyaknya koleksi CD musik miliknya. "Dirumah saya CD musik indonesia jauh lebih banyak, dibanding musik luar negeri".

Pembicaraan kami meluas menjadi sebuah diskusi seru tentang kemajuan dunia digital terkini yang sanggup mewadahi kebutuhan para musisi. Dunia media sosial memang menjadi sarana berinteraksi  kaum milenial. Tapi ternyata lebih dari itu, media sosial juga mampu menajamkan nama sebuah band, khususnya yang bergerak di scene underground. Membawa nama band ke kancah musik nasional bahkan internasional. Serta menjangkau pendengar secara lebih luas. 

"Saya sih menyambut baik media sosial: Youtube, Facebook dan media sosial lainnya, karena bisa mendongkrak popularitas secara global", jelas Roy. Kehadiran media sosial yang penggunanya semakin besar juga patut disyukuri Roy, karena menurutnya band underground tidak setiap saat bisa masuk tv. "Band underground 'kan tidak setiap saat masuk tv, jadi media sosial jadi ajang mereka untuk mempromosikan diri kepada publik".

Sejalan dengan media sosial yang mulai menampilkan band underground, ternyata dari tv swastapun juga mulai memunculkan band underground. Peran serta media ini dirasa Roy mampu menunjukkan jenis musik di indonesia yang beragam. "Respon saya positif, kalau TV swasta menampilkan band underground untuk bermain di televisi, dan harapannya agar mereka mempertahankan acaranya, dan sejauh mereka tidak melarang saya dalam bermusik, itu tidak jadi soal", terang Roy.

Pria berambut panjang ini berharap agar promotor musik juga bisa melihat potensi band yang ada didaerah, sebab banyak band underground yang juga memiliki kualitas mumpuni. "Banyak band underground yang musiknya bagus-bagus, seperti band di jawa barat, bandung, sumatra, kalimantan, bali. Mereka inilah yang mengangkat musik ekstrem indonesia", kata pengagum Igor Cavalera ini. 

Dirinya berujar kalau belakangan ini ia mendengarkan beberapa band underground, itu juga berasal dari rilisan fisiknya / CD musik. "Aku sekarang sedang mendengarkan band undergaround bali, namanya Trojan, mereka musiknya bagus, waktu livenya juga bagus dan ada juga yang dari medan itu Pargoji, dan Cranium".

Sebuah band pasti tidak lepas dari kemunculan albumnya. Tak terkecuali Death Vomit yang rilisan CD fisiknya habis diburu penggemarnya. "Kalau band underground kayak kita ini pasti khalayak umum tahunya dari rilisan CDnya", kata pria penyuka Neil Pert ini. Dirinya bercerita mengenai album Death Vomit paling akhir 2014, Vorging A Legacy. 

Bagi mereka album ini didedikasikan bagi almarhum Agung mantan personelnya yang telah tiada. "Kami sengaja mempersembahkan album ini dan album kami yang akan datang untuk Agung, personel kami yang sudah meninggal, sebab sampai saat ini kami masih menempa warisan dari Agung", jelas pria yang memakai drum Yamaha dan cymbal Zildjian sebagai senjata perangnya. 

"Album Vorging A Legacy itu tahun 2014 rekaman di jogja, dan rilis di indonesia juga, setahun kemudian label di Amerika merilis album ini dan mendistribusikannya di Amerika". Satu info yang disisipkan Roy tentang album baru Death Vomit, yang rencananya akan segera digarap. "Rencana album baru kami segera terwujud, kalau nggak sebelum puasa, kita rekaman, atau kalau enggak sesudah lebaran kita rekamannya", cerita Roy.

Dikatakan Roy bahwa mereka juga merilis album via ITunes karena banyak penggemarnya diluar negeri yang merindukan dan ingin memiliki CD Death Vomit, namun seringkali kehabisan. 

"Alasan kami merilis album di ITunes adalah untuk penggemar kami yang mau memiliki album secara digital, dan untuk memudahkan mereka mendengarkan musik kami, karena seringkali kalau kami mengirim CD keluar negeri, harga ongkosnya jauh lebih mahal dari CDnya", pungkas Roy. Malampun beranjak larut, tapi kami masih melanjutkan pembicaraan. 

Sebagai seorang drumer yang sudah berkecimpung selama 22 tahun, Roy bercita-cita ingin membuka sekolah drum, tapi menunggu partner yang tepat. "Saya berkeinginan membuka sekolah drum, sudah banyak teman saya yang menawarkan menjadi tenaga pengajar, tapi saya masih menunggu partner bisnis yang cocok", ujar Roy lagi sambil tertawa.

Sebagai seorang musisi, Roy juga mendengarkan genre musik lain, khususnya musik rock, untuk menambah referensi musikalnya. Sebuah sikap yang patut diteladani, terus belajar dan memperbaharui diri untuk mendapatkan hasil yang terbaik. Melalui sticking ia terus menjaga staminanya agar tetap optimal di panggung. "Sticking saya biasanya tiap hari, selama 3 sesi, tiap sesinya setengah jam", terangnya. Dalam bermain drum dan menciptakan pattern drum ia berusaha untuk sejujur mungkin, bermain dari hati.

"Saat saya menciptakan lagu, dan ada pattern drum yang terbersit dari hati / pikiran saat itu juga, maka saya jadikan pattern drum", ucap Roy."Nasihat untuk teman-teman yang mau menjadi drumer metal, sebaiknya tetap semangat, karena nggak mungkin main 2-3 kali saja langsung bisa, dan jangan lupa untuk berolahraga juga, karena 'kan genre musik ini membutuhkan kekuatan tangan dan kaki yang baik", tutup wawancara saya dengan Roy malam itu.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun