Mohon tunggu...
Ben Baharuddin Nur
Ben Baharuddin Nur Mohon Tunggu... Profesional -

Menulis untuk berbagi, membaca untuk memahami dan bekerja untuk ibadah, Insya Allah. | email: ben.bnur@gmail.com | twitter :@bens_369

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Si Kancil dan "Generasi Zaman Now"

31 Oktober 2017   14:00 Diperbarui: 31 Oktober 2017   19:23 1609
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mencermati jarak zaman dari Generasi Now dengan generasi yang dulu suka dinina bobokkan dengan cerita si Kancil Cerdik yang suka nyolong mentimun pak Tani, rasanya terentang jarak yang jauh, berhalusinasi kalau saya ini dari zaman Flinstone (greenpeace.org)

Problem solved ! Masalah selesai? Si Ibu yang rupanya sadar komputernya dibawa masuk ke kamar giliran berteriak.

"Jangan bikin aplikasi virus lagi ya Kakak di komputer Mama, sudah dua kali ngadat lho gara-gara aplikasi virus yang kamu simpan di komputer Mama!"

Apa lagi ini, seingat saya seusia dia saya tidak berani menyentuh property milik orangtua saya, motor butut Ayah saya saja tidak berani saya pakai.

"Siap Ma, No worries, saya simpan di USB koq," teriak si Kakak dari dalam kamar.

Ibunya terdiam, si Adik juga sudah senyap mengerjakan pekerjaan rumah sains di komputer. Tapi di atas meja makan, kabel charger hitam berserakan seperti spageti hangus. Another problem jaman Now. Mereka dililit kabel dimana-mana.

Sambil membereskan kabel yang berserakan, terlintas di benak saya, siapa sebenarnya harus belajar, anak-anak generasi Now ini atau saya? Teringat nasehat Profesor Rheinald Kasali kalau generasi saya ini sebenarnya pendatang di dunia digital, Merekalah penduduk asli, kalau tak bisa disebut pribumi dari dunia digital ini.

Di dalam kandungan saja mereka sudah punya rekaman digital hingga lahir sehingga jauh hari sudah ketahuan yang bakal datang cowok atau cewek agar bisa diasiapkan segala sesuatunya. Saya meskipun lahir di rumah sakit bersalin, tapi kejantanan saya masih menjadi kejutan bagi kedua orangtua saya sampai detik saya nongol ke bumi.

Pulang ke rumah saat masih bayi merah, mereka sudah akrab dengan berbagai dering telpon selluler di sekitarnya, bahkan tak jarang menjilati HP ibunya saat si Ibu lalai menyimpan HP dekat mereka. Padahal itu berbahaya karena gelombang elektro magnetik HP bisa mengganggu otak dan jantung.

Saya dibawa pulang ke rumah dengan senyap, boro-boro suara HP, Suara TV saja belum kebayang. Sekarang kami sering ribut berebut charger-an. Belum lagi berebut pakai komputer yang kencang wifi-nya.

Maka sebagai pendatang di dunia digital, saya yang sepertinya harus banyak sadar diri dan belajar kepada mereka, termasuk berkomunikasi dan cara berpikir.

Mereka adalah milik masa depan, kata Khalil Ghibran, maka tugas saya sebagai orangtua hanya mendukung untuk mereka eksis di jaman Now karena mereka akan menghadapi anak-anak mereka di masa mendatang yang akan menyebut diri mereka entah generasi apa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun