Mohon tunggu...
Ben Baharuddin Nur
Ben Baharuddin Nur Mohon Tunggu... Profesional -

Menulis untuk berbagi, membaca untuk memahami dan bekerja untuk ibadah, Insya Allah. | email: ben.bnur@gmail.com | twitter :@bens_369

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Menjadikan Produk Litbang Tuan Rumah di Negeri Sendiri

29 November 2014   20:02 Diperbarui: 17 Juni 2015   16:31 401
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sementara untuk kajian Sosial, Ekonomi dan Lingkungan berkantor di kawasan Kebayoran Baru Jakarta, bersebelahan dengan Kantor Kemenpupera. Keempat Puslitbang tersebut menurut Prof. Anita yang getol memperjuangkan nasib peneliti ini, merupakan tulang punggung atau backbone dari setiap institusi bahkan negara.

Apalagi pemerintahan sekarang ini sepertinya memberikan perhatian yang serius dalam hal pengembangan infrastruktur dalam rangka mewujudkan salah satu dari sembilan nawacita Pemerintahan Jokowi-JK yakni mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi domestik.

Prof. Anita yang dikukuhkan sebagai professor riset pada 2012 lalu sangat yakin dengan kemampuan para peneliti negeri ini untuk menopang kebutuhan riset yang dibutuhkan pemerintah dan masyarakat secara umum.

“Cuma saja, nasib para periset ini juga perlu mendapatkan perhatian. Setidaknya dibenarkan oleh aturan pemerintah, dalam hal ini kementerian keuangan, untuk kiranya para periset ini bisa menikmati sedikit royalti dari hasil-hasil riset mereka yang selama ini telah dikomersilkan,” pungkas Prof. Anita.

[caption id="attachment_356803" align="aligncenter" width="620" caption="Iwan Suprijanto, ST., MT., Kabid Program Kerjasama Puslitbang Pemukiman | Ilustrasi: Ben B. Nur |"]

141723906216600894
141723906216600894
[/caption]

Saatnya Menghargai Hasil Riset Bangsa Sendiri

“Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat selama ini telah banyak membuahkan hasil riset yang tak kalah dengan teknologi yang dihasilkan negara lain. Cuma sering bangsa kita sendiri kurang memberikan apresiasi,” jelas Iwan Suprijanto, ST., MT., Kabid Program Kerjasama Puslitbang Pemukiman dihadapan limapuluh lebih blogger Kompasiana yang siang itu mengikuti paparan Prof Anita dan Iwan Suprijanto dengan penuh antusias.

Akibatnya kata Iwan Suprijanto yang bergelar Magister Bidang Arsitektur ini, banyak sekali komponen konstruksi khususnya perumahan yang seharusnya sudah bisa diproduksi sendiri secara massal dari hasil riset anak bangsa sendiri yang sesuai dengan kondisi alam Indonesia, terpaksa harus mengalah dengan produk-produk impor.

“Kita terlalu suka berkiblat ke negara luar dan selalu beranggapan bahwa produk impor itu lebih baik,” urai Iwan yang menurutnya menjadi penyebab kita terus menerus tergantung dari bahan-bahan dan produk impor.

Iwan mencontohkan sejumlah bahan bangunan impor, sebutlah dinding dan penutup atap yang karena diimpor dari negara luar yang iklimnya berbeda dengan Indonesia, akibatnya membutuhkan pengkondisian agar tetap awet. Akibatnya ada sejumlah rentetan produk seperti pendingin yang terpaksa juga harus diimpor agar sesuai dengan material yang sudah terpasang. Begitulah ketergantungan berantai itu terjadi.

Makanya, lanjut Iwan Suprijanto yang memiliki keahlian di bidang pemukiman dan aksesibilitas ini, sesuai arahan Menteri PU dan Perumahan Rakyat dalam rangka Peluncuran dan Pameran Produk Litbang 2014 beberapa waktu sebelumnya, penting sekali untuk kita bersama-sama mendukung terwujudnya kemandirian dan kedaulatan bangsa di bidang teknologi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun