Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia atau biasa dikenal dengan PANRB-RI, bekerja sama dengan Universitas Diponegoro dalam acara "SAPA MAHASISWA bersama Menteri PANRB-RI". Acara ini diselenggarakan pada Kamis (30/03/23) lalu, di Ruang Teater Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Diponegoro.
Acara dengan tajuk "SAPA MAHASISWA bersama Menteri PANRB-RI" dihadiri langsung oleh Abdullah Azwar Anwar , S.Pd., S.S., M.Si., selaku Menteri PANRB-RI, serta segenap jajarannya, rektor Universitas Diponegoro juga ikut berpartisipasi mengisi Ruang Teater FISIP Undip Kamis (30/03/23) lalu. Tidak hanya mahasiswa dari Undip saja yang menghadiri acara "SAPA MAHASISWA bersama Menteri PANRB-RI" ini, tetapi perwakilan mahasiswa dari UNNES, UNIKA, dan UIN Walisongo, dan beberapa Kampus di Jawa Tengah juga menghadiri agenda pada Kamis (30/03/23) lalu.
Pada Pembukaan acara, Dr. Drs. Hardi Warsono, MT selaku dekan FISIP Undip, juga sebagai moderator pada acara siang hari itu, ia sedikit menyampaikan perihal Grand Desaign Reformasi Birokrasi. Pembukaan singkat Grand Desaign Reformasi Birokrasi Tahun 2010-2025 yang membawa birokrasi Indonesia ke tingkat dunia. Lalu, ia juga menyampaikan terkait pergeseran paradigma Reformasi Birokrasi itu sendiri dari rule-based bureaucracy ke performance-based bureaucracy dan sedang menuju dynamic governance.
Transisi peralihan menuju materi, Menteri PANRB-RI membuka dengan menyampaikan pantun yang menarik atensi mahasiswa dan audience, "Anak beruang pergi ke rawa-rawa, punya tujuan mencari mangsa, sungguh senang menyapa mahasiswa, para generasi penerus bangsa." ujar Pak Menteri PANRB RI dalam pembukaan materi siang hari (20/3) lalu.
Dengan demikian, pemaparan dan sosialisasi dibawakan langsung oleh Abdullah Azwar Anwar selaku Menteri PANRB-RI, ia menyampaikan terkait banyak inovasi yang terjadi di Kabupaten Banyuwangi. Menurut Pak Menteri, semuanya butuh adanya proyek perubahan. Pak Menteri mengadakan trobosan untuk menggerakkan masyarakat.
Pasalnya, Inovasi-inovasi yang terjadi di Banyuwangi tidak hanya terasa di lingkup sekitar Banyuwangi maupun nasional saja. Bandar Udara Internasional Banyuwangi membuktikan prestasinya di tingkat dunia. Melalui penghargaan inovasi pariwisata, Bandar Udara Internasional Banyuwangi berhasil menyisihkan lebih dari 200 negara di dunia.
Menentukan prioritas utama dan berpikir out of the box menjadi acuan dibalik inovasi yang ada di Banyuwangi. "Ternyata Leadership itu kunci, Team is the key. Karena proyek perubahan tidak melibatkan semua orang tapi sedikit orang. Lalu, kami definisikan ternyata jika ingin mendorong pariwisata kuncinya 3, triple A. Teori dari Triple A sendiri yakni, Aksesibilitas, Amenitas, dan Atraksi" jelas Menteri PANRB-RI ditengah-tengah materinya pada kamis (30/03/23) lalu.
Akibatnya, ada banyak inovasi-inovasi luar biasa yang diwujudkan dalam beberapa tahun kebelakang di Banyuwangi. Misalnya, membatasi  lahirnya minimarket baru  demi melindungi UMKM, adanya larangan bagi hotel bintang 3 kebawah guna membangkitkan homestay-homestay lokal yang ada di Bannyuwangi, kemudian inovasi " Lahir procot, pulang bawa akte" yang banyak direplikasi oleh daerah lain, hingga program " Rantang Kasih" yang ditujukan bagi mereka yang tidak mempunyai keluarga, dan juga yang menumpang di pekarangan, dan menghadirkan fiber optic demi pelayanan publik yang baik.
Oleh sebab itu, tidak hanya bergelimpah inovasi, Banyuwangi juga dapat menghasilkan income per capita yang lebih tinggi ketimbang sebelumnya yang hanya sekitar 14 juta saja. Angka kemiskinan juga ikut  merosot seiring berjalannya waktu diiringi dengan inovasi yang terus dikembangkan.
Menteri PANRB-RI menjelaskan betapa pentingnya untuk fokus membenahi suatu masalah, "Cara mendefinisikan masalah itu penting, semuanya memiliki masalah, maka dari itu harus didefinisikan mana yang harus kita bereskan. Tidak semua bisa diberesin. Dari situ kemiskinan di Banyuwangi turun dari 20,4% menjadi 8% inilah yang disebut dengan RB berdampak".