Penulis berharap pemerintah tidak membatasi upaya masyarakat dalam membangun fondasi intelektual melalui buku-buku yang dibaca. Bung Hatta pernah berkata "Aku rela dipenjara asalkan bersama buku, karena dengan buku aku merasa bebas".
Melalui buku, kami dapat bebas dari penjara kebodohan. Melalui buku, kami dapat membangun khazanah pengetahuan yang bisa diaktualisasikan untuk membangun negeri. Oleh karena itu, tolong jangan renggut kebebasan kami yaitu buku.
Pemerintah seharusnya move on dari masa lalu. Tidak perlu memikirkan kebangkitan komunisme dan PKI, karena kedua hal tersebut sudah usang dan tiada. Apa yang perlu pemerintah pikirkan adalah menuntaskan pekerjaan-pekerjaan yang belum beres dalam memakmurkan bangsa. Menepati janji-janji yang belum terpenuhi kepada rakyat. Menyongsong kedepan agar Indonesia menjadi negara yang maju, adil, dan makmur.
Teruntuk sodaraku sebangsa dan setanah air, mari bercumbu dengan buku. Mari membaca, karena membaca adalah jendela dunia. Bung Karno, Bung Hatta, Tan Malaka, Sjahrir dan bapak bangsa kita yang lain adalah sosok-sosok yang gila akan literasi. Perbanyaklah membaca buku dari berbagai penulis, ideologi, dan paham-paham yang ada di dunia, semata- mata untuk kemajuan rakyat Indonesia dalam berpikir.
"Selamat ulang tahun, buku. Anggap saja aku kekasih atau pacar naasmu.
Panjang umur, Cetak-ulang selalu!" (Joko Pinurbo, 2003)
Penulis:
Rofiam Anwar (EAK '18)
Staff Departemen Kajian dan Aksi Strategis BEM FEB UI 2019
REFERENSI
Amindoni, Ayomi. (2019). Razia Buku : Mengapa Buku-buku Berhaluan Kiri Menjadi Sasaran?
Diakses dari : https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-46796449
Baez, Fernando. (2013). Penghancuran Buku : Dari Masa ke Masa.
CentralConnecticutStateUniversity.World'sMostLiterateNations.Diaksesdari http://www.ccsu.edu/wmln/rank.html