melakukannya. Hal ini dapat membantu mencegah kasus pernikahan anak yang
disebabkan oleh kehamilan terkait seks pranikah yang terjadi di luar pernikahan.
Karena respon setiap daerah di Indonesia terhadap pendidikan seksual berbeda-
beda, maka pendidikan kesehatan reproduksi harus diubah berlapis-lapis agar
sesuai dengan kurikulum sekolah. Ini termasuk mempertimbangkan tingkat penting
dan rentang usia di setiap lokasi. Untuk menghindari penolakan di masyarakat, cara
pendistribusian yang tidak vulgar juga harus diperhatikan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H