Mohon tunggu...
Bella DS
Bella DS Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hobi saya membaca dan menulis.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Spidol, Keangkuhan, dan Pengasingan

30 Juni 2024   22:05 Diperbarui: 1 Agustus 2024   20:20 133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Sret! Sret! Klak! Klak!

Aku mendengar suara pilox di semprotkan. Sungguh berisik sampai aku bisa memperkirakan pilox yang digunakan mungkin lebih dari 2 botol. Aku segera lari keluar dari rumah. Pasti ada sesuatu yang terjadi. Tidak lupa aku membawa pentungan bersiap untuk memukul siapapun yang mengganggu ku. Sampai akhirnya langkahku terhenti.

Gila, jika aku hitung semuanya mungkin ada lebih dari 20 anak muda yang berkumpul di depan rumahku. Tidak, lebih tepatnya di depan tembok rumahku dan mereka sedang mencoret-coret dengan menggunakan pilox.

"HEI SINGKIRKAN TANGAN KOTOR KALIAN DARI RUMAHKU!" Aku berteriak marah sambil mengayun-ngayunkan pentungan ke arah mereka.

Aku melihat beberapa anak muda tersenyum. Membuat emosiku menjadi tidak terkendali. Sial, aku akan menghabisi mereka semua.

"KALAU BEGITU LAPORKAN SAJA KAMI KEPADA POLISI!" Toni berteriak kepadaku. Dia adalah ketua pemuda pemudi di RT ini. Aku melihat sorot matanya yang tajam. Dia tidak main-main denganku. Jadi dengan berani aku melangkahkan kakiku ke depan untuk memaki-maki mereka.

"Pak Baka, apakah bapak tidak sadar bahwa Bapak hanya pendatang di sini. Bapak tidak mempunyai hak disini karena kartu keluarga menerangkan bahwa alamat rumah anda di Jakarta. Bukan di Semarang." Toni berkata kepadaku dengan suara yang keras dan tegas. Dia menyodorkan foto copy kartu keluargaku tepat didepan wajahku. Aku menelah ludah dengan susah payah.

Bagaimana dia bisa tahu kalau alamat rumahku di Jakarta bukan di Semarang?

Apakah Pak RT memberitahunya?

Aku merasakan debaran jantungku yang menggebu-gebu. Menahan emosi yang siap meledak-ledak. Tapi, aku tidak bisa melihat cara yang tepat untuk membela diriku sendiri. Sampai akhirnya aku melihat bahwa mahasiswa KKN yang bernama Detta tersenyum sinis kepadaku sambil menggoyang-goyangkan handphonenya kepadaku.

Apa maksudnya itu?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun