- Pendahuluan
Di era persaingan bisnis, dalam modernitas yang lebih mendasari, UMKM di industri makanan  perlu beradaptasi agar dapat bertahan. Mereka harus berkompetisi dengan pesaing yang lain, yang dapat dikatakan memahami mereka dan kecenderungan industri mereka. Demikian juga, pemenang industri, yang sangat mirip sebelumnya tapi sangat signifikan, benar-benar memiliki skala dan sumber daya yang mereka butuhkan. Karena itu, manajemen biaya-volume-laba merupakan salah satu kunci kemampuan yang memungkinkan risk management / resiliensi terbimbing di perusahaan dalam semua tahapan siklus hidupnya.
BVL menjelaskan konsep tentang arahan biaya produksi, volume penjualan, dan keuntungan diperoleh oleh pelaku usaha. Dengan ini, usahawan dapat melakukan pengambilan keputusan secara strategis, terutama pada penetapan harga jual secara kompetitif tanpa merugikan keuntungan yang bisa didapatkan dalam satu waktu, kemudian membuat perancangan strategi penjualan secara efektif serta berdaya guna dan bertanggung jawab atas produksi-sumsum dayanya. The Break Even Point juga membantu para UMKM in lebih memilih titik impas, sehingga merancang produksi dan pemasaran secara lebih terukur.
Implementasi BVL akan mendorong inovasi dan peningkatan daya saing produk. Menurut banyak kasus, dimensi ketiga ini dapat membantu menurunkan biaya produksi dalam rantai persediaan makanan sekaligus menjaga kualitas. Di sisi lain, taktik pemasaran yang lebih efektif dapat menjangkau pasar yang lebih besar. Di sisi lain, diversifikasi, yang akhirnya dapat menjadi semakin penting dan menarik lebih banyak konsumen.
Suatu contoh nyata penerapannya ke UMKM yakni Pentol Bakso Bejo. Penggunaan analisis BVL pada UMKM ini dapat membantu usaha ini meningkatkan efisiensi operasional dan mencapai target kenaikan laba sebesar 5%. Pengusaha mampu memahami hubungan antara biaya dan volume penjualan, dan akhirnya bisa menyesuaikan harga jual, mengelola biaya bahan baku secara lebih efisien, serta merancang strategi pemasaran yang efektif.
Dengan pendekatan strategis seperti BVL, UMKM tidak hanya mampu bertahan dalam persaingan yang ketat, melainkan juga dapat membuat peluang untuk tumbuh dan memperluas pasar mereka. Oleh karena itu, pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah perlu mengintegrasikan konsep ini ke dalam strategi bisnis mereka. Dengan langkah-langkah yang terencana dan inovatif, UMKM di sektor makanan dapat berperan sebagai pendorong ekonomi yang kuat dan berkelanjutan.
- IsiÂ
Dalam penelitian ini, analisis difokuskan pada tiga aspek utama, yaitu titik imps, margin of safety, dan perencanaan lama sebesar 5%. Titik impas atau break even point, adalah kondisi dimana pendapatana dari penjualan produk cukup untuk menutupi semua biaya tetap dan variable tanpa menghasilkan keuntungan atau kerugian. Berdasarkan perhitungan yang dilakukan, untuk mencapai titik impas, pentol bakso bejo perlu menjual 69.424 unit tahu bakso dan 273.496 unit pentol bakso. Analisis ini menggunakan pendekatan kontribusi margin per unit yang dibandingkan dengan total biaya tetap lansung serta biaya tetap bersama. Dengan mengetahui jumlah penjualan minimum yang diperlukan, perusahaan dapat merancang strategi produksi yang lebih efektif untuk menghindari kerugian.
Selain itu, margin of safety (MOS) dikalkulasikan untuk mengetahui seberapa jauh penjualan perusahaan berada di atas titik impas, sehingga mengurangi risiko kerugian akibat penurunan penjualan. Analisis menunjukkan margin of safety sebesar Rp43,9 juta atau 45,73% untuk bakso dan Rp24,1 juta atau 45,73% untuk pentol bakso. Tingginya margin of safety ini menunjukkan bahwa Pentol Bakso Bejo memiliki tingkat keamanan yang cukup baik terhadap potensi fluktuasi penjualan. Hal ini memberikan ruang bagi perusahaan untuk bertahan meskipun terdapat penurunan volume penjualan dalam batas tertentu.
Untuk mencapai target peningkatan laba sebesar 5%, Pentol Bakso Bejo perlu meningkatkan volume penjualannya menjadi 69.425 unit tahu bakso, menghasilkan total pendapatan sebesar Rp69.424.000, dan 273.947 unit pentol bakso dengan total pendapatan Rp136.973.000. Dengan langkah ini, total pendapatan yang diharapkan akan meningkat menjadi Rp206.397.000, dibandingkan dengan pendapatan awal yang hanya Rp148.800.000. Untuk mencapai tujuan ini, perusahaan harus melaksanakan beberapa langkah strategis, seperti meningkatkan kapasitas produksi melalui pelatihan tenaga kerja, mengoptimalkan penggunaan bahan baku, dan memperkuat strategi pemasaran. Dengan penerapan strategi yang tepat, Pentol Bakso Bejo diharapkan dapat mencapai target laba tanpa mengorbankan kualitas produk.
Analisis yang telah dilakukan memberikan wawasan mendalam mengenai hubungan antara biaya, volume, dan laba untuk meningkatkan profitabilitas Pentol Bakso Bejo. Hasil analisis titik impas menunjukkan bahwa perusahaan harus menjual minimal 69.424 unit tahu bakso dan 273.496 unit pentol bakso untuk menutupi seluruh biaya tetap dan variabel. Selain itu, analisis margin of safety menunjukkan tingkat keamanan yang cukup baik dengan margin sebesar 45,73% untuk kedua produk, menandakan bahwa perusahaan memiliki cukup ruang untuk menghadapi risiko kerugian akibat fluktuasi penjualan.
- KesimpulanÂ
Dengan demikian, untuk mencapai target peningkatan laba sebesar 5%, perusahaan harus meningkatkan total pendapatan menjadi Rp206.397.000 melalui penjualan tahu bakso dan pentol bakso masing-masing sebanyak 69.425 unit dan 273.947 unit. Strategi yang diperlukan mencakup peningkatan efisiensi produksi, optimalisasi penggunaan bahan baku, serta penguatan strategi pemasaran. Dengan konsistensi dalam menerapkan langkah-langkah ini, Pentol Bakso Bejo diharapkan dapat meningkatkan laba sekaligus memperkuat posisinya di pasar yang semakin kompetitif.
- RekomendasiÂ
Pentol Bakso Bejo perlu menjual minimal 69.424 unit tahu bakso dan 273.496 unit pentol bakso untuk mencapai titik impas. Hal ini dapat dicapai dengan pengelolaan produksi yang lebih efisien dan perencanaan distribusi yang tepat. Untuk menjaga tingkat margin of safety yang saat ini berada pada 45,73%, perusahaan perlu terus meningkatkan kualitas produk dan memperluas jangkauan pasar dengan strategi pemasaran yang lebih efektif. Untuk mencapai target peningkatan laba, perusahaan dapat melakukan beberapa langkah strategis seperti meningkatkan kapasitas produksi melalui pelatihan tenaga kerja untuk meningkatkan efisiensi serta memastikan peralatan produksi dalam kondisi optimal. Selain itu, optimalisasi penggunaan bahan baku dengan mengurangi pemborosan melalui perencanaan yang lebih terperinci dan penggunaan bahan baku berkualitas tinggi juga sangat penting.
Strategi pemasaran dapat diperkuat dengan memanfaatkan promosi melalui media sosial, program loyalitas pelanggan, dan diskon untuk meningkatkan volume penjualan. Diversifikasi produk juga dapat menjadi langkah penting dengan mengembangkan varian baru tahu bakso dan pentol bakso untuk menarik konsumen baru sekaligus meningkatkan daya saing. Di sisi lain, penerapan teknologi otomatisasi sederhana dalam proses produksi akan membantu menekan biaya variabel per unit. Pendekatan berkelanjutan dalam pengelolaan bahan baku juga dapat meningkatkan citra perusahaan di mata konsumen yang semakin peduli terhadap keberlanjutan. Dengan langkah-langkah strategis ini, Pentol Bakso Bejo diharapkan dapat mencapai target peningkatan laba sebesar Rp206.397.000 sekaligus memperkuat posisinya di pasar yang kompetitif.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H