Menyelami peninggalan-peninggalan yang ditempatkan di Museum Sri baduga menjadi daya tarik bagi orang-orang terutama bagi mereka yang tinggal di Kota Bandung.Museum Sri Baduga berlokasi di Jalan BKR Nomor 185, Bandung, Jawa Barat.Â
Museum Sri Baduga merupakan museum yang menyimpan berbagai benda bersejarah dan benda antik yang bernilai tinggi. Berbagai macam jenis peninggalan yang bersejarah dan antik sudah menjadi bukti bahwa Indonesia memiliki kekayaan yang luar biasa. Salah satunya terdapat canting yang menjadi alat paling khas untuk membuat batik, di mana batik pun merupakan identitas negara kita.Â
Canting berasal dari bahasa Jawa yang artinya alat menggambar batik berbentuk busur terdiri dari tiga bagian, yaitu busur, nyamplung, dan gagang. Cucuk atau karat berfungsi seperti ujung pena sebagai titik akhir proses pelepasan lilin.Â
Nyamplung berfungsi sebagai tempat memasuki malam yang panas. Tembaga dan nyamplung terbuat dari tembaga, karena tembaga merupakan bahan  yang dapat menghantarkan panas dengan baik. Bagian ketiga dari batik miring adalah gagang batik miring yang terbuat dari bambu atau kayu.Â
Seperti yang kita tahu bahwa canting merupakan salah satu alat yang identik dengan pembuatan batik. Teknik pembuatan batik sebelum ditemukan canting, nenek moyang kita menggunakan batang bambu yang dibentuk menyerupai pensil digunakan untuk menorehkan zat perintang yang dibuat dari bahan bubur ketan, dan seni menghias kain ini dahulu banyak dibuat di daerah Jawa Barat yang disebut dengan kain simbut (Djoemena, 1987: 28).Â
Canting merupakan alat utama dalam menciptakan batik, menentukan apakah suatu hasil karya disebut batik atau tidak. Canting tersebut digunakan untuk menulis (melambangkan air malam), sehingga tercipta pola batik yang diinginkan.. Selain itu batik juga disebut seni karena ungkapan pola yang dihasilkan dari canting merupakan ungkapan perasaan, keinginan atau suasana hati dari hati pembuat batik.
Pola yang diinginkan tentunya memerlukan dan menyesuaikan dengan canting yang digunakan ketika melakukan pembuatan pola tersebut agar mendapatkan hasil yang memuaskan dan memiliki nilai jual yang tinggi.Â
Pemilihan canting pada saat proses pembuatan batik sebenarnya sangat menentukan baik atau tidaknya pola batik yang dibuat, karena setiap titik dan garis pada pola batik mempunyai ukuran yang telah ditentukan (miring), oleh karena itu pada batik pola batik tidak hanya terlihat sebuah gambar yang indah dan skema warna namun juga menunjukkan karakter garis yang diekspresikan melalui bentuk model.Â
Pada Museum Sri Baduga terdapat beberapa jenis canting, di antaranya Canting Klowong atau Rengreng, Canting Tembok, dan Canting Isen.  Bentuk canting yang sangat beragam, menggambarkan bahwa setiap daerah mempunyai desain batik yang berbeda-beda, maka juga memerlukan spesifikasi tersendiri  untuk bahan  atau alat  yang akan digunakan untuk membatik tersebut. Seperti Canting Klowong, merupakan canting yang ukurannya besar dan berfungsi untuk membuat garis motif pokok dalam proses pembatikan.Â
Lalu, Canting Tembok sendiri merupakan canting yang mempunyai lengkungan yang lebih lebar. Canting Tembok ini mempunyai fungsi untuk memperlancar proses pembuatan batik hingga menghalangi keseluruhan pola dan sering digunakan untuk menutupi seluruh sampel. Jadi seringkali Canting Tembok pun digunakan untuk menutup bidang motif yang bidangnya yang relatif besar dan memperkuat lilin agar lebih kuat. Â
Selain itu terdapat Canting Isen yang dikenal sebagai salah satu jenis canting yang biasa digunakan untuk memberi kesan motif batik seperti garis maupun titik, karena tapak lilin yang dihasilkan cenderung lebih kecil jika dibandingkan dengan jenis canting lainnya. Canting isen biasanya bercucuk kecil baik tunggal maupun rangkap.
Keberagaman jenis canting yang memiliki keunikan, bentuk, serta fungsi yang berbeda-beda tentunya menentukan hasil dari pola yang akan dibuat dalam batik nantinya.Â
Pemilihan canting pun harus disesuaikan dengan pola seperti apa yang ingin dibuat. Hal tersebut menjadi bukti bahwa setiap hasil budaya Indonesia memiliki nilai yang tinggi seperti dari alat yang digunakan untuk membuat hasil karya yang bernilai dan bermakna hingga proses yang mungkin memiliki makna tersendiri.Â
Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa perkembangan zaman dan permintaan batik serta motifnya yang semakin tinggi pun membuat masyarakat mengembangkan canting menjadi lebih modern. Walaupun sudah banyak yang menggunakan canting modern atau alat cap batik, kita tentunya perlu melestarikan canting tradisional dengan menjaga kebudayaannya, tidak melupakan alat-alat tradisional tersebut, serta mencari tahu sejarah dari setiap budaya yang negara kita miliki.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H