Kita pasti sudah tidak asing dengan istilah Bullying, istilah ini benar-benar sangat popular di kalangan anak muda saat ini terutama di kalangan gen z , perilaku atau tindakan Bullying ini dapat berdampak negative pada lingkungan kehidupan kita, dan tindakan tersebut dapat kita temui di berbagai lingkungan hidup seperti lingkungan sekolah ataupun lingkungan keluarga, kira-kira sudah sejauh mana kalian mempelajari tentang arti dan makna serta dampak dari adanya perilaku Bullying, kemudian bagaimana cara menyikapi dan mengatasi adanya perilaku Bullying di lingkungan sehari-hari.
Memahami dasar-dasarnya
1.pengertian Bullying
   Anda biasanya dapat mengidentifikasi bullying melalui tiga karakteristik berikut: disengaja (untuk menyakiti), terjadi secara berulang-ulang, dan ada perbedaan kekuasaan. seorang pelaku bullying bisa saja memang bermaksud menyebabkan rasa sakit pada korbannya, baik menyakiti fisik, kata-kata, perilaku yang menyakitkan, dan dilakukan secara berulang kali. Anak laki-laki mungkin lebih mengalami bullying fisik, sedangkan anak perempuan mungkin lebih mengalami bullying secara psikologis, walaupun jenis keduanya tentu cenderung saling berhubungan.
  Bullying adalah pola perilaku, bukan insiden yang terjadi sekali-duakali. Orang yang melakukan bullying biasanya berasal dari status sosial atau memiliki kedudukan dan kekuasaan yang tinggi dan dipandang masyarakat, seperti orang yang lebih kaya, lebih kuat(secara kekuasaan) dianggap populer sehingga mereka dapat menyalahgunakan posisinya.
 Bullying dapat terjadi baik secara langsung atau online. Cyberbullying sering terjadi melalui media sosial, hal tersebut bisa dilakukan melalui SMS / teks pesan instan, email, atau platform online tempat orang-orang dapat berkomunikasi. Sebagai pengguna platform digital tentu saja kita harus mewaspadai mengenai data pribadi yang kita miliki, dan kita juga harus memahami cara menggunakan media sosial dengan bijak karena dengan begitu kita dapat memperoleh dampak positif dari adanya platform online dan media sosial lainnya.
  Perilaku Bullying seringkali kita temui di lingkungan kampus atau sekolah, dimana lingkungan sekolah atau kampus menjadi titik utama yang mempertemukan banyak sekali keragaman dan latar belakang manusia dari berbagai daerah, seperti orang Madura, orang Maluku, orang Sulawesi dan yang lainnya yang memiliki satu tujuan berkumpul untuk menimba ilmu di daerah yang bukan aslinya(perantauan), karena banyaknya keberagaman, latar belakang individu yang berbeda-beda, dan nilai - nilai kebudayan yang dimiliki seseorang di daerah asalnya, seringkali hal tersebut menimbulkan adanya konflik yang bisa dikategorikan dalam masalah sosial, seperti intoleransi, sikap etnosentrisme dan lain-lain, dari adanya sikap-sikap tersebut dapat menimbulkan rasa tidak suka yang apabila terus menerus dibiarkan rasa tidak suka tersebut akan semakin tinggi dan dapat menumbuhkan sikap atau perilaku yang bisa mengarah pada tindakan kekerasan yang disengaja seperti menyakiti yang dilakukan secara berulang-ulang(Bullying)
Teori konseling behavioral adalah teori konseling yang berfokus pada perilaku yang tampak dan menggunakan prinsip-prinsip belajar untuk mengubah perilaku menyimpang. Konseling behavioral juga dikenal dengan modifikasi perilaku. Konseling behavioral memiliki beberapa tujuan, di antaranya: Mengubah perilaku yang negatif, Memperkuat perilaku yang diharapkan, Meniadakan perilaku yang tidak diharapkan, Membantu klien mengubah pikiran maladaptif menjadi lebih adaptif.
Dalam konseling behavioral, konselor berperan aktif dalam menangani masalah klien. Beberapa teknik yang digunakan dalam konseling behavioral, di antaranya:
1. Reframing: Teknik yang bertujuan untuk mengelola perasaan hati dan membuat pandangan baru yang masuk akal
2. Desensitisasi sistematis: Teknik yang bertujuan untuk menenangkan klien dari ketegangan dengan mengajarkan klien untuk rileks