Mohon tunggu...
Bella Ariany
Bella Ariany Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Politik Universitas Siliwangi

Saya adalah mahasiswa yang menyukai tantangan dan pengalaman baru, memiliki hobi traveling dan suka berburu pengalaman menyenangkan bersama orang terdekat.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kerja Sama Selatan-Selatan sebagai Upaya Meningkatkan Diplomasi Ekonomi Indonesia

15 Maret 2024   09:48 Diperbarui: 15 Maret 2024   10:02 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di tengah dinamika global yang terus berubah, Indonesia semakin mengarah pada kerja sama politik luar negerinya sebagai salah satu strategi utama dalam meningkatkan diplomasi ekonomi. Upaya yang dilakukan Indonesia untuk memperluas jangkauan dan memperkuat posisi sektor ekonomi terutama di kancah internasional menjadikannya semakin memperhatikan potensi dari kerja sama dengan negara-negara lain, salah satu kerja sama yang terjalin ialah Kerja Sama Selatan-Selatan (South-South Cooperation). Menurut Andirini Pujayanti (2015), Kerja sama Selatan-Selatan ini ialah suatu kerja sama yang dilakukan oleh sejumlah negara-negara berkembang di belahan bumi selatan dan memiliki keinginan yang sama untuk mendirikan kemandirian kolektif guna memperkuat posisi negara-negara berkembang ini dalam forum internasional (Pujayanti, 2015).

Adanya KSS ini merupakan suatu kerja sama yang dilakukan Indonesia bersama negara berkembang lainnya dimana mereka memiliki tujuan untuk saling membantu, baik itu dalam hal bantuan hibah, sumber daya melalui bantuan tunai maupun non tunai lainnya, seperti saling berbagi melalui beragam pelatihan, peningkatan pengetahuan, peningkatan keterampilan, teknologi, dan pemberdayaan perempuan. Selain itu diharapkan dapat menjadi penghubung anara  negara-negara berkembang dengan negara maju, dan melalui Kerja Sama Selatan-Selatan ini diharapkan pula negara-negara berkembang ini bisa saling membantu dan melepaskan ketergantungan mereka terhadap bantuan negara-negara maju agar bisa mengejar ketertinggalannya dan sedikit demi sedikit melepaskan diri agar bisa menjadi negara yang lebih mandiri.

Terbentuknya Kerja Sama Selatan-Selatan Indonesia

Kerja Sama Selatan-Selatan ini bermula sejak diadakannya Konferensi Asia Afrika (KAA) yang diselenggarakan di Bandung pada 1955 lalu. Dimana kerja sama ini memiliki prinsip yakni solidaritas, adanya kesetaraan, benefit yang saling mengutungkan satu sama lain, dan prinsip-prinsip lainnya ini berkembang dari setidaknya 10 kesepakatan yang ada pada Konferensi Asia Afrika (KAA) dan telah tertuang dalam Dasasila Bandung ketika itu (Pusat Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan pada Organisasi Internasional (2016). Lahirnya KSS ini pun dilatarbelakangi oleh kesamaan keinginan dari beberapa negara berkembang yang kala itu masih fresh atau baru saja lepas dari masa kolonialisme dan menginginkan memiliki peranan yang sentral dalam dunia internasional. KSS ini juga awalnya hanya berfokus pada cakupan politik saja, namun akhirnya meluas ke ranah kerja sama ekonomi serta pembangunan. Pasca kemerdekaan, Indonesia sendiri telah memiliki hubungan yang baik dengan beberapa negara di belahan bumi selatan, salah satunya Mesir yang menjadi negara pertama yang mengakui kedaulatan Indonesia dan mengakui kemerdekaan pada 1945. Pata tahun 1951, Indonesia juga melakukan penandatanganan untuk kerja sama persahabatan yang dilakukannya dengan India. Masih banyak lagi diplomasi luar negeri khususnya dengan negara-negara selatan yang telah dilakukan oleh Indonesia. Seiring perkembangannya, terjadi perubahan dalam Kerja Sama Selatan-Selatan Indonesia, diantaranya peralihan dari Orde Lama ke Orde Baru. Dimana pada masa Orde Baru, KSS ini dimanfaatkan sekali oleh Indonesia untuk mendapatkan manfaat dari negara lain. Hal ini terjadi karena peran Indonesia dalam KSS pada masa itu hanyalah sebagai penerima manfaat atau bantuan dari neegara-negara selatan lainnya yang perekonomiannya lebih baik dari Indonesia. Ini karena inflasi yang terjadi pada masa itu mencapai hingga 500% sehingga Indonesia sangat kalut dalam hal perekonomian pada masa itu. Di era reformasi, Kerja Sama Selatan-Selatan ini kemudian masuk kedalam RPJMN tahunn 2010, yang didalamnya kemudian dibentuk Tim Koordinasi Nasional KSS yang kemudian pada 2017 dilakukan oleh Kementerian Luar Negeri. Dengan seiring berkembangnya perekonomian Indonesia, saat ini Indonesia bukan hanya sebagai negara penerima manfaat internasional (recipient country) namun juga menjadi negara yang menyalurkan bantuan atau negara donor (new emerging donor) untuk negara-negara berkembang lainnya di belahan bumi selatan (Helmys & Irawan, 2023).

Keterkaitan Kerja Sama Selatan-Selatan dan Diplomasi Ekonomi Indonesia

Keterlibatan Indonesia dalam Kerja Sama Selatan-Selatan ini menjadi salah satu upaya yang dilakukan guna mensukseskan kepentingan politik dan ekonomi melalui kebijakan luar negeri. Upaya diplomasi ekonomi yang dilakukan melalui kerja sama ini pun dilakukan guna menumbuhkan citra positif Indonesia dalam upaya mewujudkan kontribusi negara dalam ranah global dan menjadikan Indonesia dapat mencapai sasaran pembangunan yang berkelanjutan (sustainable development goals) pada tahun 2030 mendatang.

Diplomasi yang dilakukan oleh Indonesia sendiri dilakukan melalui beragam kebijakan luar negeri, terdapat beberapa prinsip dasar terkait diplomasi dan politik luar negeri Indonesia, diantaranya ialah: 1) penegakan demokrasi dan Hak Asasi Manusia (HAM); 2) peningkatan inklusi serta pembangunan berkelanjutan; dan 3) peningkatan penelitian dan pengembangan (Indrawan et al., 2023). Kerja sama Selatan-Selatan ini pun terus mengalami perkembangan terutama dalam aspek ekonomi serta pembangunan yang dilakukan guna meningkatkan pembangunan nasional dan menumbuhkan daya saing antar negara-negara berkembang di wilayah selatan. Diplomasi ekonomi yang dilakukan Indonesia dalam Kerja Sama Selatan-Selatan ini dilakukan guna memperkuat dan menstabilkan kepentingan politik serta ekonomi melalui beragam bantuan yang di donorkan oleh Indonesia ke negara berkembang lainnya baik itu bantuan materi seperti tunai ataupun non tunai hingga bantuan melalui berbagai program yang dibutuhkan oleh negara berkembang lainnya, seperti pelatihan ketenagakerjaan, pelatihan ahli UMKM, pelatihan good governance pelatihan bagi perempuan, hingga program di bidang perikanan dan pertanian. Hal tersebut telah menjadi upaya diplomasi Indonesia dalam bidang ekonomi dan politik melalui bantuan pembangunan yang dilakukan Indonesia dalam Kerjasama Selatan-Selatan guna merealisasikan tujuan pembangunan berkelanjutan atau sustainable development goals yang ingin di capai pada 2030 mendatang (Hutabarat & Damayanti, 2023).

 

Potensi dan Tantangan dalam Membangun Kerja Sama Selatan-Selatan yang Efektif bagi Indonesia

Beragam dampak yang dirasakan oleh negara penerima manfaat maupun pemberi manfaat, menjadikan kerja sama Selatan-Selatan ini dirasa cocok serta memberikan banyak dampak positif serta manfaat untuk pembangunan negara baik dilihat dari segi ekonoomi, budaya, hingga politik. Dengan adanya kerjasama Selatan-Selatan ini, diplomasi ekonomi yang dilakukan oleh Indonesia juga mengalami kontribusi yang cukup meningkat, diantaranya perluasan investasi, meningkatnya akses pasar, serta meningkatnya perdagangan antar negara-negara selatan. Melalui diplomasi ekonomi  ini, beberapa pakar ahli merasa jika Kerjasama Selatan-Selatan ini akan memberikan sumbangan yang cukup besar terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia yakni sebesar 57% dari total GDP seluruh dunia pada tahun 2030 mendatang (Pujayanti, 2015).

Selain menambah sumbangan terhadap GDP dunia, potensi yang mungkin diraih oleh Indonesia bila Kerjasama Selatan-Selatan ini dilakukan secara efektif ialah dapat meninngkatkan akses terhadap pasar di negara-negara berkembang. Melalui peningkatan akses pasar ini, Indonesia dapat memperluas ekspor produk ke berbagai negara yang tergabung dalam Kerjasama Selatan-Selatan. Sehingga Indonesia bisa melakukan peningkatan terhadap volume perdagangan sekaligus berupaya untuk mengurangi atau bahkan melepas ketergantungan terhadap pasar-pasar tradisional atau bantuan dari negara-negara maju dan bisa lebih independen atau mandiri. Selain itu, potensi yang bisa dihasilkan ialah meningkatkan investasi. Dimana hal ini sejalan dengan pemerintah yang gencar melakukan promosi kepada negara-negara khususnya negara maju untuk melakukan investasi di Indonesia, melalui Kerjasama Selatan-Selatan ini Indonesia sangat berpotensi untuk menarik para investor dari negara-negara Selatan. Investasi ini nantinya dapat digunaka sebagai modal untuk membangun infrastruktur, menciptakan lapanngan pekerjaan baru, hingga mampu menggerakan perekonomian. Potensi lainnya ialah adanya transfer teknologi dan pengetahun yang diperoleh Indonesia dari negara-negara selatan maupun sebaliknya. Transfer teknologi ini berpotensi untuk memningkatkan teknologi serta melakukan inovasi dalam berbagai sektor ekonomi dan meningkatkan daya saing Indonesia di forum internasional. Dan tak lupa, pontensi lainnya ialah dapat meninngkatkan kesejahteraan, karena melalui Kerjasama  Selatan-Selatan ini dilakukan dengan mengupayakan pertukaran keterampilan dan pengetahuan, teknologi, serta sumber daya baik itu dari Indonesia ke negara-negara Selatan maupun sebaliknya (Indrawan et al., 2023).

Beragam tantangan dalam upaya membangun Kerja Sama Selatan-Selatan agar efektif bagi Indonesia ini diantaranya, sumber pendanaan terkait Kerjasama Selatan-Selatan ini agar nantinya tidak lagi harus bergantung kepada anggaran negara yakni Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Adanya dana abadi yang direncanakan untuk digunakan sebagai sumber pendanaan untuk Kerjasama Selatan-Selatan ini pun nantinya diharapkan dapat menjadikan kebijakan ini lebih memiliki sumber pendanaan yang mandiri serta berkesinambungan. Dalam perkembangannya, telah dilakukan sejumlah investasi terkait dana abadi yang dapat dipergunakan untuk pembangunan internasional, diman investasi ini diharapkan nilainya dapat terus meninngkat setiap tahunnya agar Indoonesia dapat membuka peluangnya untuk memberi sejumlah bantuan. Tantangan yang harus dihadapi oleh Indonesia  terkait KSS ini kedepannya ialah proogram ini kedepannya harus bisa memberikan manfaat ekonomi bukan hanya manfaat politis, seperti dapat memberikan akses terhadap pasar dan memperluas peluang investasi terutama bagi para pelaku usaha Indonesia agar dapat mengembangkan ekonominya dalam ranah internasional khususnya pada negara negara berkembang. Selain itu, diperlukan sekali untuk menguatkan strategi komunikasi dalam kerjasama ini agar publik dapat lebih mengetahui keberadaan KSS ini. Tantangan lainnya yang mungkin muncul dari KSS ini ialah kemungkinan adanya kesenjangan pembangunan dan bagaimana cara mengatasinya antar negara-negara selatan, adanya perbedaan kebijakan ekonomi di tiap negara-negara selatan dan ditakutkan akan mempengaruhi beberapa hal diantaranya perdagangan hingga investasi yang dilakukan Indonesia dengan negara negara selatan. Tantangan selanjutnya ialah masih adanya negara selatan yang ketergantungan terhadap negara utara atau negara maju dan tantangannya ialah bagaimana mengurangi ketergantungan itu dan membangun kerjasama selatan-selatan yang lebih mandiri, independen, dan berkelanjutan (Hutabarat & Damayanti, 2023).

Kesimpulannya ialah Kerjasama Selatan-Selatan yang diikuti oleh Indonesia telah menjadi strategi yang tepat untuk meningkatkan diplomasi ekonomi Indonesia. Melalui upaya penguatan KSS ini, Indonesia akan bisa meraih berbagai manfaat diantaranya meningkatnya akses pasar internasional terutama negara berkembang, meningkatkan investasi, hingga transfer teknologi dan berbagi pengetahuan. Namun dibalik benefit yang di dapat itu, masih terdapat beberappa tantangan diantaranya kesenjangan pembangunan, adanya perbedaan kebijakan ekonomi, serta ketergantungan kepada negara maju/utara menjadi beberapa tantangan yang perlu diatasi agar kerjasama ini berjalan efektif. Oleh karenanya, Indonesia harus berperan aktif dalam membangun kerjasama Selatan-Selatan yang efekktif melalui peningkatan koordinasi antar-negara selatan, menguatkan infrastruktur, dan memperkuat institusi negara. Sehingga Indonesia tidak hanya memperkuat posisinya dalam kancah ekonomi internasional, namun juga turut berkontribusi dalam membangun kesejahteraan negara bersama dengan negara-negara selatan lainnya.

 

 

Referensi:

Helmys, N., & Irawan, Y. (2023). Identitas Indonesia sebagai Negara Donor pada Kerja Sama Selatan-Selatan selama Presidensi G20. Jurnal Hubungan Luar Negeri, 8(2), 31--54.

Hutabarat, L. F., & Damayanti, A. (2023). Diplomasi Ekonomi Indonesia dalam Kerja Sama Selatan-Selatan. Intermestic: Journal of International Studies, 7(2), 428. https://doi.org/10.24198/intermestic.v7n2.3

Indrawan, J., Purnaningtyas, G., & Suprayitno, D. (2023). Kerjasama Selatan Selatan dan Triangular Sebagai Sarana Diplomasi Indonesia Secara Global. Jurnal Kewarganegaraan, 7(1).

Pujayanti, A. (2015). KERJA SAMA SELATAN-SELATAN DAN MANFAATNYA BAGI INDONESIA (South-South Cooperation and Its Benefit for Indonesia). Politica, 6(1), 63--86. http://www.kemlu.go.id/

Pusat Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan pada Organisasi Internasional. (2016). Kerja Sama Selatan Selatan sebagai Instrumen Kebijakan Luar Negeri Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun