PENDAHULUAN
Dalam rangka membangun anak Indonesia sehat, cerdas dan berkualitas tentunya dimulai
dari keluarga yang sejahtera. Dalam Rapat Koordinasi Nasional Tahun 2021 Presiden Republik Indonesia mengatakan bahwasanya di tengah keluarga sejahtera akan lahir generasi yang sehat dan cerdas (Doni, 2021). Dukungan penuh juga optimal dari keluarga terhadap perkembangan anak akan memunculkan bibit-bibit agen perubahan yang dapat memperkenalkan perilaku hidup bersih dan sehat di lingkungan sekolah,keluarga maupun di lingkungan masyarakat luas (Dirjen Pembinaan PAUD & YPCII, 2020).
Jika dilihat dari kondisi saat ini, pendidikan dalam keluarga mulai mengalami penurunan
yang mana terlihat dari banyaknya lembaga-lembaga pendidikan anak untuk mengembangkan diri yang melayani pada semua jenjang usia. Melihat banyaknya lembaga-lembaga pendidikan anak
usia dini yang menyediakan pendidikan anak mulai dari usia 0 hingga 6 tahun dengan program taman penitipan anak , adanya kelompok bermain , dan juga program pada taman kanak-kanak lainnya. Dengan maraknya program-program lembaga pendidikan nonformal diatas akan
membantu orang tua dalam mengembangkan diri anak, khususnya bagi mereka orang tua yang bekerja dan kurang memiliki waktu bersama anak. Namun, tentunya hal ini juga dapat memberi sedikit banyaknya pengaruh pada hubungan anak dengan orang tua mereka. Selain itu,menurunnya pendidikan keluarga juga ditandai dengan banyaknya anak yang sulit dikendalikan, tidak punya sopan santun, berbicara kotor dan tidak sesuai tempatnya, serta perilaku menyimpang lainnya yang tidak sesuai dengan norma sosial yang ada di tengah masyarakat kita.
Pendidikan merupakan faktor utama dalam upaya pembentukan karakter manusia.
Pendidikan sangatlah berperan penting dalam membentuk baik dan buruknya karakter manusia menurut ukuran normatif. Namun jika dikaji menurut sisi lain, proses perekembangan dan pendidikan manusia tidak hanya terjadi dan dipengaruhi oleh proses pendidikan yang ada dalam sistem pendidikan sekolah atau pendidikan formal saja. Karena manusia pada dasarnya selama hidupnya selalu akan mendapat pengaruh dari keluarga, sekolah, dan juga masyarakat. Ketiganya
kerap kali disebut sebagai tripusat pendidikan (Susilo, (2016: 24).
KPAI telah menangani 1885 kasus pada semester pertama pada tahun 2018. Terdapat 504 anak jadi pelaku pidana, dari mulai pelaku narkoba, mencuri, hingga kasus asusila menjadi kasus yang paling banyak (Sumber: Detik.com). Berdasarkan uraian diatas, tentu kondisi ini tidak dapat dibiarkan begitu saja. Hal ini harus menjadi perhatian khusus berbagai pihak.
Pola asuh adalah pola pengasuhan orang tua terhadap anak, yaitu bagaimana orang tua dalam memperlakukan anak, mendidik, membimbing dan mendisiplinkan serta melindungi anak dalam mencapai proses kedewasaan anak sampai dengan membentuk perilaku anak sesuai dengan norma
dan nilai yang baik sesuai dengan kehidupan masyarakat. Anak usia dini merupakan anak yang berumur 0-6 tahun yang memiliki pertumbuhan dan perkembangan yang pesat dan fundamental pada awal-awal tahun kehidupannya. Dimana perkembangan menunjuk pada suatu proses ke arah
yang lebih sempurna dan tidak begitu saja dapat diulang kembali. Oleh karena itu, kualitas perkembangan anak di masa depannya sangat ditentukan stimulasi yang diperoleh sejak dini oleh orangtuanya ( Khadijah, 2016: 11).
Anak usia dini belajar dengan melihat, meniru dan menilai akan mengambil apapun yang
ada di lingkungan terdekatnya. Orang tua sebagai sosok yang dianggapnya hebat baik secara sadar maupun tidak sadar perilakunya akan diresapi, ditiru, dan direkam oleh anaknya dan kemudian menjadi kebiasaan anak sehingga dibutuhkan pola asuh yang tepat dan sesuai dengan anak.
Banyak karakter anak usia dini yang tidak sesuai dengan norma yang ada bahkan
menyimpang, disebabkan oleh pola asuh yang kurang tepat dalam pembentukan karakter anak usia dini. Sehingga ini menjadi penting untuk dibahas agar penerapan pola asuh yang tidak tepat dapat diatasi demi keberlangsungan perkembangan optimal pada anak usia dini. Dengan begitu, dengan adanya tulisan ini diharapkan dapat memberikan manfaat berupa pengetahuan tentang pola asuh yang tepat diterapkan pada anak usia dini oleh orang tua agar anak usia dini dapat memunculkan
karakter yang bernilai positif .
PEMBAHASAN
A. Konsep Pola Asuh
1. Pengertian Pola Asuh
Secara epistemologi kata "pola" dimaknai sebagai cara kerja, dan " asuh" juga dimaknai
menjaga, merawat, mendidik, membimbing, serta melatih anak menuju suatu kemandirian.
Sedangkan secara terminologi pola asuh sendiri diartikan sebagai suatu cara paling baik
yang dijalankan oleh orang tua anak usia dini dalam mendidik anak sebagai bentuk
tanggung jawabnya sebagai orang tua kepada anak ( Arjoni, 2017).Selain itu, pola asuh
didefinisikan juga sebagai pola pengasuhan orang tua terhadap anak, yaitu bagaimana
orang tua tersebut memperlakukan anak, mendidik, membimbing dan mendisiplinkan serta melindungi anak dalam mencapai proses kedewasaan sampai dengan membentuk perilaku anak sesuai dengan norma dan nilai yang baik dan sesuai dengan kehidupan masyarakat yang ada di sekitar.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, kita dapat memaknai pola asuh itu sebagai cara
orang tua dalam mendidik dan membimbing anak. Pola asuh menjadi hal yang sangat
penting bagi orang tua dalam mengasuh dan mendidik anaknya dengan menetapkan batas
kontrolnya. Anak- anak memiliki karakter yang baik jikalau mendapatkan pola asuh yang
tepat. Oleh karena itu, orang tua sebagai nahkoda dalam keluarga haruslah bijak dalam
memenuhi tanggung jawabnya ini. Setiap orang tua pastinya memiliki sikap-sikap tertentu yang digunakan dalam membimbing dan mengarahkan anaknya. Dan juga kualitas
hubungan antara orang tua khususnya ibu dengan anak memegang peranan penting dalam membentuk karakter dan kepribadian anak. Dengan adanya peran baik dari dalam dapat memberikan pengaruh yang baik juga pada perkembangan anak mereka nanti ( Malik, dkk,2017).
Usaha yang dilakukan oleh orang tua akan menjadi penentu karena dengan perilaku orang
tua akan membentuk kepribadian anak sejak anak usia dini dan menjadi cerminan perilaku
anak di masa yang akan datang. Pembentukan karakter anak usia dini sudah seharusnya
dilakukan dengan baik oleh orang tua, sehingga di tahap-tahap perkembangan selanjutnya orang tua anak hanya melakukan penyempurnaan serta pengembangannya dari yang sudah dilakukan sebelumnya. Karena pada hakikatnya, jika seorang individu memiliki karakter yang kuat maka ia akan memiliki kesempatan dan peluang dalam mencapai segala tujuan yang diinginkannya. Nah, begitu juga sebaliknya, jika seorang individu memiliki karakter yang mudah goyah maka akan lebih lama dalam mencapai tujuannya.
Anak usia dini yaitu anak yang berumur 0 hingga usia 6 tahun yang memiliki pertumbuhan dan perkembangan yang pesat dan fundamental pada awal-awal tahun kehidupannya. Dimana pada usia ini menjadi usia keemasan bagi perkembangan kognitif, fisik, emosional dan lainnya pada anak. Yang mana kita ketahui perkembangan tersebut merujuk pada suatu proses dan ke arah yang lebih sempurna dan tidak begitu saja dapat diulang kembali.Sehingga, kualitas perkembangan anak di masa depannya sangat ditentukan stimulasi yang diperoleh sejak dini oleh orangtuanya ( Khadijah, 2016: 11). Oleh karena itu,dapat disimpulkan pada usia ini menjadi usia yang tepat untuk membentuk karakter anak.
2. Macam- Macam Pola Asuh Pada Anak
Jenis pola asuh yang pertama adalah otoriter, yaitu pola atau gaya pengasuhan yang
membatasi serta menghukum, dimana disini orang tua akan mendesak anak untuk
mengikuti segala perintah dan juga arahan dari mereka langsung. Ciri yang paling khas
dari pola asuh otoriter ini adalah seorang anak diharuskan mengulang pekerjaan yang
dianggap orang tua mereka salah, anak akan diberi ancaman dan memberikan hukuman
apabila anak tidak mematuhi dan melanggar perintah dari nya,juga orang tua menggunakan
suara yang tergolong keras ketika menyuruh anak untuk melakukan suatu pekerjaan.
Sehingga pada kenyataannya, anak-anak dari orang tua yang bersifat otoriter ini akan
merasa kurang bahagia, sering takut akan sesuatu hal bahkan hal yang belum tentu akan terjadi, dan perasaan cemas berlebihan serta sifat membandingkan pencapaian diri mereka dengan pencapaian yang diraih oleh teman-temannya bahkan orang lain.(Manado, n.d.)
Pola asuh yang selanjutnya adalah pola pengasuhan dengan sikap demokratis. Dimana pola asuh demokratis ini mendorong anak mereka untuk mandiri namun masih ada batas dan kendali atas tindakan yang mereka lakukan. Yang menjadi ciri khas dari pola asuh
demokratis ini ditandai dengan adanya komunikasi yang baik antara anak dan orang tua,dimana orang tua melibatkan diri dan berdiskusi tentang masalah yang dialami anak. Disini orang tua akan senantiasa memberi kesempatan kepada anaknya untuk mengemukakan segala yang dirasakan. Orang tua akan mengeluarkan pujian apabila anak melakukan hal yang terpuji maupun sebaliknya apabila melakukan kesalahan orang tua akan memberikan pengertian serta bimbingan dan mengajarkan anak agar melakukan segala sesuatu dengan tanggung jawab. Pada intinya pola asuhan ini ditandai dengan dengan adanya sikap terbuka antara orang tua dengan anaknya tanpa adanya tindakan menghakimi pada anak (Adpriyadi& Sudarto, 2020).
Dan pola asuh yang terakhir adalah pola asuh dengan membiarkan. Dengan menerapkan
pola asuh ini orang tua hanya sedikit terlibat dengan urusan anaknya namun sedikit
menuntut. Pengasuhan model ini sering ditandai dengan orang tua membiarkan anak
melakukan apapun yang anak mereka inginkan. Sehingga dengan menerapkan pola asuh yang begini hasilnya adalah anak-anak tidak pernah belajar dan pandai untuk
mengendalikan perilaku mereka sendiri dan cenderung selalu berharap mendapatkan apa
yang mereka inginkan. Kombinasi keterlibatan yang hangat dengan sedikit pengekangan
akan menghasilkan anak yang berjiwa kreatif dan memiliki kepercayaan diri. Sehingga
beberapa orang tua sengaja menggunakan cara ini.
B. Konsep Karakter
Kata karakter berasal dari charassein ( bahasa Yunani) yang dapat diartikan sebagai
melukis atau menggambar. Berdasarkan defenisi diatas, kemudian karakter juga dimaknai sebagai ciri khusus dan keadaan moral yang dimiliki seorang individu. Namun, secara umum karakter juga didefenisikan sebagai seperangkat sifat yang selalu dikagumi menjadi tanda-tanda kebaikan dan kematangan moral seorang.(Nuraeni & Lubis, 2022)
Potensi yang dibawa sejak anak lahir atau karakter dasar akan berpengaruh terhadap
karakter dan kepribadian seseoran. Ki Hajar Dewantara mengemukakan bahwa aktualisasi
karakter dalam bentuk perilaku merupakan hasil perpaduan antara karakter biologis dengan hasil hubungan interaksi dengan lingkungan sekitarnya (sosial ). Selain itu, karakter dapat dibentuk melalui proses pendidikan (Ayun, 2017).
Jadi, berdasarkan beberapa pendapat mengenai karakter di atas, dapat kita ambil sebuah
kesimpulan bahwasanya karakter ini merupakan sifat bawaan seseorang yang sangat berkaitan erat dengan kepribadian dalam diri seorang individu. Yang mana karakter ini tidak selalu dalam posisi positif namun juga ada sisi negatif nya yang dapat diterima atau tidaknya oleh masyarakat dan norma yang berlaku.Dimana interaksi sosial dan lingkungan sangat berperan aktif disini.
Beberapa nilai karakter yang dapat orang tua tanamkan pada anak usia dini seperti sikap
berkata apa adanya sesuai fakta, religius, pribadi yang disiplin, memiliki rasa ingin tahu
yang tinggi, semangat kebangsaan atau rasa nasionalisme, cinta damai, terbuka terhadap
semua hal, peduli terhadap lingkungan sekitarnya, peduli sosial, cinta tanah air, sikap
menghormati dan menghargai segala macam bentuk perbedaan dan masih banyak lagi
karakter positif yang bisa orang tua beri tahu dan tanamkan pada anak mereka khususnya
anak usia dini.
C. Pemilihan Pola Asuh Bagi Orang Tua
Pembentukan karakter anak dilakukan oleh orang tua sejak anak usia dini. Keluarga
menjadi lingkungan pertama dalam proses pendidikan karakter anak. Pola asuh orang tua
menjadi salah satu faktor utama dalam mendidik dan membentuk karakter anak. Oleh
karena itu, perlu sekali untuk memperhatikan bagaimana pola asuh yang diterapkan(Sonia
& Apsari, 2020).Peran orang tua tentunya sangat memberikan pengaruh yang besar
terhadap karakter anak mereka khususnya pada anak usia dini. Mereka menjadi pondasi
dan patokan yang kuat bagi anak-anak mereka. Penerapan pola asuh diterapkan agar
karakter anak dapat diarahkan agar memberikan tekanan pada nilai-nilai seperti rasa hormat menghormati, sikap jujur,adil,arif bijaksana, tanggung jawab,dan membantu setiap anak untuk memahami, menerima dan melaksanakan nilai-nilai tersebut dalam
kehidupannya.(Khairunnisa & Khairina, 2020). Sehingga dari beberapa pendapat di atas,
perlu ditekankan lagi bahwasannya pola asuh orang tua perlu perhatian lagi demi
perkembangan optimal pada anak.
Jadi, pemilihan pola asuh yang paling tepat untuk diterapkan bagi orang tua yang memiliki
anak usia dini adalah pola asuh demokratis. Pola asuh demokratis tentunya akan
membentuk anak usia dini menjadi pribadi yang lebih mandiri, bisa mengontrol dirinya
sendiri, memiliki kepercayaan diri yang tinggi, pandai dalam bersosialisasi dengan baik
dilingkungan sekitar nya, mampu mengatasi permasalahan-permasalahan- permasalahan
yang dialaminya , suka mencoba hal-hal baru, menjadi anak yang patuh akan perintah
orang tua serta memiliki motivasi yang tinggi dalam meraih cita-citanya. Pola asuh
demokratis terlihat selalu memprioritaskan kepentingan anak, tetapi tidak ragu dalam
mengendalikan anak apabila terdapat kendala-kendala
KESIMPULAN
Pola asuh merupakan pola pengasuhan yang dilakukan oleh orang tua terhadap anak, yaitu
terlihat ketika orang tua memperlakukan anak, mendidik, membimbing, dan juga melindungi anak dalam mencapai suatu proses kedewasaan sampai dengan membentuk perilaku anak sesuai dengan norma dan nilai yang baik dan sesuai dengan kehidupan masyarakat yang berlaku.
Karakter juga diartikan sebagai suatu keseluruhan disposisi kodrati dan disposisi yang telah di kuasai secara stabil yang mendefinisikan seseorang individu dalam keseluruhan tata perilaku psikisnya yang menjadikannya tipikal dalam cara berpikir juga bertindak.
Pemilihan pola asuh yang paling tepat untuk diterapkan bagi orang tua kepada anaknya
adalah pola asuh demokratis. Pola asuh demokratis ini nantinya akan membentuk seorang anak dengan kepribadian yang lebih mandiri, anak yang dapat mengontrol dirinya sendiri, memiliki kepercayaan diri yang tinggi,bisa bersosialisasi dan berkomunikasi dengan baik .
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H