Mohon tunggu...
Nana Blasius
Nana Blasius Mohon Tunggu... Mahasiswa - Seorang Nana

KEPRIBADIAN: Bersahabat, suka diskusi, Membaca, Menulis, traveling

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Dari Kanvas ke Realitas: Kisah Lukisan Romo Keli di Malam Kasih Untuk Alma

28 September 2024   19:48 Diperbarui: 28 September 2024   19:52 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lukisan Romo Keli yang menggambarkan Yesus memayungi seorang anak kecil yang terlantar dan kehujanan menyentuh inti dari misi kemanusiaan yang diemban oleh panti asuhan Alma. Karya seni ini merangkum esensi dari kepedulian terhadap mereka yang lemah dan terpinggirkan, sebuah prinsip yang menjadi landasan misi panti asuhan Alma-Bakhti Luhur.

Dalam lukisan ini, sosok Yesus yang penuh kasih dan perlindungan menjadi simbol dari panggilan untuk melayani kaum yang membutuhkan. Anak kecil yang terlantar dan basah kuyup oleh hujan merepresentasikan kerentanan dan ketidakberdayaan yang sering dialami oleh kaum disabilitas. Tindakan Yesus yang memayungi anak tersebut mencerminkan komitmen untuk memberikan perlindungan, perhatian, dan kasih sayang kepada mereka yang sering kali terlupakan oleh masyarakat.

Dalam permenungan saya, Filosofi yang terkandung dalam lukisan ini menekankan pentingnya empati dan tindakan nyata dalam menolong sesama. Ini sejalan dengan misi panti asuhan Alma yang tidak hanya menyediakan tempat tinggal, tetapi juga berupaya untuk memberdayakan dan mengintegrasikan kaum disabilitas ke dalam masyarakat. 

Romo Keli, melalui karyanya, mengajak kita untuk melihat beyond permukaan dan mengenali kemanusiaan yang ada pada setiap orang. Ini paralel dengan upaya panti asuhan Alma dalam mengedukasi masyarakat tentang isu-isu disabilitas dan mendorong penerimaan yang lebih luas.

Payung dalam lukisan tersebut dapat diinterpretasikan sebagai simbol dari dukungan dan perlindungan yang diberikan oleh panti asuhan Alma. Seperti halnya payung melindungi dari hujan, panti asuhan ini berusaha melindungi penghuninya dari berbagai tantangan hidup, sambil mempersiapkan mereka untuk menghadapi dunia luar.

Aspek spiritual dari lukisan ini juga relevan dengan pendekatan holistik yang diterapkan oleh panti asuhan Alma. Mereka tidak hanya fokus pada kebutuhan fisik dan material, tetapi juga memperhatikan aspek spiritual dan emosional dari para penghuninya, menciptakan lingkungan yang mendukung perkembangan pribadi secara menyeluruh.

Lukisan Romo Keli menggambarkan momen intim antara yang kuat dan yang lemah, mengingatkan kita akan tanggung jawab bersama untuk saling menjaga. Panti asuhan Alma mengejawantahkan filosofi ini dengan menciptakan komunitas yang saling mendukung, di mana staf, relawan, dan penghuni saling menguatkan.

Keindahan lukisan tersebut juga mengingatkan kita bahwa dalam kepedulian dan kasih sayang, terdapat keindahan yang mendalam. Panti asuhan Alma berusaha untuk melihat dan mengembangkan keindahan dalam diri setiap individu yang mereka layani, terlepas dari keterbatasan fisik atau mental yang mungkin mereka miliki.

Hujan dalam lukisan dapat diinterpretasikan sebagai simbol dari kesulitan dan tantangan hidup. Namun, dengan adanya perlindungan dan dukungan, seperti yang digambarkan oleh sosok Yesus dengan payungnya, tantangan tersebut dapat dihadapi. Panti asuhan Alma berperan sebagai "payung" bagi para penghuninya, membantu mereka menghadapi dan mengatasi berbagai rintangan dalam hidup.

Lukisan ini juga menyampaikan pesan tentang kesetaraan dan inklusivitas. Yesus yang digambarkan rela berlutut untuk memayungi anak tersebut menunjukkan bahwa kita semua setara di mata Tuhan. Panti asuhan Alma menerapkan prinsip ini dengan memperlakukan setiap penghuni dengan hormat dan martabat yang sama, tanpa memandang tingkat atau jenis disabilitas mereka.

Teknik melukis yang digunakan Romo Keli dalam karya ini juga patut diperhatikan. Goresan kuas yang lembut namun tegas menciptakan kesan emosional yang kuat, memungkinkan pemirsa untuk merasakan kehangatan dan perlindungan yang digambarkan. Penggunaan cahaya dan bayangan yang kontras tidak hanya menciptakan kedalaman visual tetapi juga memperkuat pesan spiritual dari lukisan tersebut.

Lukisan ini juga dapat dilihat sebagai metafora untuk perjalanan spiritual manusia. Anak kecil yang terlantar mewakili jiwa manusia yang mencari perlindungan dan makna dalam dunia yang sering kali tampak dingin dan tidak ramah. Yesus, dengan payungnya, mewakili rahmat dan bimbingan ilahi yang tersedia bagi mereka yang mencarinya.

Akhirnya, lukisan Romo Keli dan panti asuhan Alma sama-sama mengingatkan kita akan kekuatan transformatif dari kasih dan kepedulian. Seperti halnya tindakan sederhana memayungi seseorang dapat membuat perbedaan besar, demikian pula upaya-upaya kecil namun konsisten dari panti asuhan Alma dapat mengubah hidup para penyandang disabilitas dan masyarakat secara lebih luas.

Selamat kepada keluarga besar kongregasi Alma yang merayakan 60 tahun karya di Indonesia. Teruslah berkarya dan menjadi payung teduh bagi mereka yang membutuhkan

#malam kasih untuk Alma

#Karya Romo Keli.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun