Teknik melukis yang digunakan Romo Keli dalam karya ini juga patut diperhatikan. Goresan kuas yang lembut namun tegas menciptakan kesan emosional yang kuat, memungkinkan pemirsa untuk merasakan kehangatan dan perlindungan yang digambarkan. Penggunaan cahaya dan bayangan yang kontras tidak hanya menciptakan kedalaman visual tetapi juga memperkuat pesan spiritual dari lukisan tersebut.
Lukisan ini juga dapat dilihat sebagai metafora untuk perjalanan spiritual manusia. Anak kecil yang terlantar mewakili jiwa manusia yang mencari perlindungan dan makna dalam dunia yang sering kali tampak dingin dan tidak ramah. Yesus, dengan payungnya, mewakili rahmat dan bimbingan ilahi yang tersedia bagi mereka yang mencarinya.
Akhirnya, lukisan Romo Keli dan panti asuhan Alma sama-sama mengingatkan kita akan kekuatan transformatif dari kasih dan kepedulian. Seperti halnya tindakan sederhana memayungi seseorang dapat membuat perbedaan besar, demikian pula upaya-upaya kecil namun konsisten dari panti asuhan Alma dapat mengubah hidup para penyandang disabilitas dan masyarakat secara lebih luas.
Selamat kepada keluarga besar kongregasi Alma yang merayakan 60 tahun karya di Indonesia. Teruslah berkarya dan menjadi payung teduh bagi mereka yang membutuhkan
#malam kasih untuk Alma
#Karya Romo Keli.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H