Mohon tunggu...
Belarminus Budiarto
Belarminus Budiarto Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

MAHASISWA

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Aku Mencintaimu Tanpa Alasan

3 Agustus 2022   10:55 Diperbarui: 3 Agustus 2022   10:56 490
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Nia sekali-kali memuji Radit. Kamu ternyata lucu juga ya selain parasmu tampan. Kali ini pujian itu memebuat Radit tak berdaya, seperti racun cinta berbisa yang tengah menyengatnya. Radit yang mendengar pujian itu seketika membuat percaya dirinya semakin memuncak. Pujian Nia serentak mendukung perkataan teman-temannya bahwa ia sangat ganteng dan bahkan menjadi bintang di sekolahnya waktu SMA dulu. Sungguh, Radit baru menyadari kalau ia ganteng, tetapi ia berusaha menolaknya. Tetapi faktanya demikian, ia baru saja mendengar itu secara langsung dari Nia, si cewek cantik yang dikaguminya.

Radit semakin akrab dengan Nia sampai-sampai ia meminta nomor whtas-up nia. Radit tidak langsung memintanya tetapi sempat memikirkan cara yang terbaik untuk meminta. Kalau Nia mengijinkan, saya boleh meminta nomor what,s up-mu, pinta Radit sembari menggosokkan kedua telapak tangannya dan mengeluarkan hand-phone dari sakunya. Kenapa enggak, boleh kok, ujar Nia penuh semangat. Keduanya-pun saling bertukar nomor. Mereka mulai terlihat akrab seperti orang yang sudah saling mengenal sejak lama. Nanti chat saja ya, supaya aku segera save nomormu, ujar Nia kepada Radit. Asiap 86 ibu Nia yang cantik, jawab Radit spontan sembari tersenyum bahagia. Nia hanya tersenyum malu mendengar pujian Radit. Percakapan antara Nia dan Radit kembali berhenti sejenak.

Andini yang menjadi tuan rumah dan yang berbahagia di malam itu sesekali dipersilahkan maju oleh Rani sebagai MC karena acara akan segera berakhir. Lalu Andini beranjak dari tempat duduknya dan segera maju. Terimakasih waktunya Rani. aku tak berbicara panjang lebar, hanya mau mengucapkan terimakasih banyak untuk kehadiran kalian semua di acara ulang tahunku malam ini, semoga kasih Tuhan terus mengalir di dalam diriku, keluargaku dan kita semua. Sampai ketemu lagi di lain kesempatan. ujar Andini singkat. Terimakasih kembali untukmu Andini, jawab teman-teman serempak. Mereka lalu saling bersalaman satu sama lain dan bergegas kembali ke rumah masing-masing.

Satu jam kemudian hand-phone Nia tiba-tiba berbunyi. Dring....dring.... ternyata ada pesan what’s up masuk dari nomor baru yang tak dikenalnya. Tetapi dalam hati Nia meyakini bahwa itu adalah pesan masuk dari Radit. Nia lalu cepat-cepat keluar dari kamar mandi dan segera menggantikan pakaiannya. Nia mengambil hand-phone dan segera membukanya. Dengan mata berkaca-kaca Nia mulai membaca isi pesan itu. Selamat malam, apakah benar ini nomornya nona Nia yang manis, cantik yang pernah kukenal? Lalu dalam tanda kurung isi pesan itu diselipkan kata-kata berikut: (Coba tebak siapa aku? Kalau kamu bisa tebak, berarti kamulah orang tepat yang kucari selama ini. Pesan itu juga ditutup dengan emoji love).

Lalu Jari-jari Nia secepat kilat membalas pesan itu. Selamat malam juga. Ya, aku sudah tiba dengan selamat. Aku tahulah, kamu siapa. Kamu Radit kan yang tadi minta nomor what’s up-ku di rumah Andini..hehehehhe, balas Nia. Belum sampai sedetik pesan itu sudah dibaca oleh Radit. Nia nampak ceria dan semangat sekali malam itu menunggu chatan masuk dari Radit. Radit sengaja nge-prank Nia. Dia sudah merencanakannya sejak awal. Wah..tebakanmu salah. Kok Radit, Radit siapa ya? Aku bukan Radit, namaku Doni, teman SMP-mu dulu. Pesan itu segera terkirim ke Nia. Seketika raut wajah Nia mulai berubah, senyum yang tadi nampak indah kini mulai menghilang ketika ia membaca isi pesan itu. Untuk memastikan apakah itu Radit, maka Nia segera menyimpan nomor itu untuk melihat foto profil di kontak ponselnya. Tetapi sama saja karena setelah disave kontak itu tetap tanpa foto profil. Tetapi Nia tetap semangat dan lanjut mengetik pesan. Mohon maaf ya, tebakanku salah. Aku pikir kamu Radit, temanku. Ternyata nama kamu Doni. Kalau seingatku, aku ngga pernah punya teman cowok SMP bernama Doni. Kamu pasti bohong ya sama aku. Ayo ngaku saja kalau kamu Radit. Pesan itu segera terkirim dan dibaca Radit. Radit sungguh merasa tidak enak hati karena sudah membohongi Nia meski itu hanya sebatas prank saja. Lalu ia segera mengetik dan mengirim pesan kepada Nia. Nia yang baik hati, cantik dan manis, aku meminta maaf ya sudah ngerjain kamu, tadi kau cuman bercanda saja, iya ini aku Radit. Sebagai bentuk permintaan maafku, aku mau mengajak kamu untuk dinner bersamaku besok pukul 19:00. Harus mau ya Nia cantik. Pesan itu segera terkirim ke Nia. Nia yang sebelumnya sudah menduga bahwa yang nge-chat adalah Radit sungguh berbunga-bunga hatinya di malam itu. Tanpa pikir panjang Nia segera membalas pesan Radit sembari senyum-senyum sendiri. Kalau kamu yang ngajak, aku pasti mau Dit. Sampai ketemu besok ya. Salam rindu untukmu, selamat berisitirahat. Have a nice dream. Nia mengakhiri percakapan mereka di malam itu karena waktu sudah menunjukkan pukul 24:00. Radit yang membaca pesan Nia juga merasa bahagia dan seketika senyum-senyum sendiri. Keduanya telah jatuh cinta, tetapi enggan untuk menyampaikan isi hatinya di malam itu. Radit lalu membalas pesannya. Terimakasih untuk waktunya malam ini. diselipkan dengan stiker love. Percakapan malam itupun usai. Keduanya mengharapkan agar malam itu segera berlalu.

Tak terasa hari baru pun dimulai. Tibalah waktu yang dinantikan keduanya. Satu jam sebelum acara dinner dimulai, Radit sudah tiba di tempat Nia untuk menjemputnya dengan mobil kesayangannya. Nia ternyata sudah bersiap-siap jauh sebelum Radit menjemputnya. Betapa kaget dan kagumnya Radit ketika melihat kecantikan Nia dengan dandanan yang sesederhana itu layaknya seperti cewek-cewek lain yang ingin berkencan dengan pacarnya. Nia, serius, kamu cantik sekali malam ini, kamu sungguh-sungguh membuat aku jatuh hati kepadamu, puji Radit spontan. Ah...biasa saja, balas Nia singkat sembari melebarkan kembali senyum sumringahnya. Ayo kita berangkat, ujar Nia kepada Radit. Mereka-pun segera berangkat. Sepintas perjalanan suasana terasa sepi, hening bagai tak ada orang. Tak ada suara yang keluar dari mulut keduanya, hanya secuil senyum-senyum asmara yang nampak. Diam seribu bahasa, seolah-olah keduanya sedang bermeditasi. Entah siapa yang akan memulai percakapan? Sebagai seorang yang gentlemen, Radit mengawali semuanya. Suasana seketika kembali memihak mereka. Radit tiba-tiba menyapa Nia; Sekali lagi terimakasih ya Nia sudah mau ikut bersamaku, sambil melayangkan pandangannya sejenak ke arah Nia. Iya Radit, terimakasih kembali, aku juga senang sekali sudah diajak makan malam, ujar Nia. Hati kecil Nia tiba-tiba meronta: Tuhan, mengapa aku jadi deg-degan seperti ini. Demikian juga sebaliknya dengan Radit. Ia merasakan hal serupa seperti yang dialami Nia. Perjalanan membawa keduanya sampai ke tempat tujuan. Pesanan semuanya sudah tersedia di meja makan mereka. Ternyata Radit sudah memesan sebelumnya tanpa sepengetahuan Nia. Radit sengaja melakukan semua ini karena ia ingin memberi surprice kepada Nia. Kamu sudah memesan semuanya, ataukah kita salah tempat? Tanya Nia sedikit kaget. Radit hanya senyum memandangnya sembari berkata: Nia aku sudah merencanakan semuanya, dan ini semua ini kulakukan special buat kamu. Ada satu hal yang ingin aku sampaikan kepadamu di malam ini dan inilah waktu yang tepat untuk kukatakan semua tentang perasaanku yang sebenarnya. Nia hanya mampu menatap Radit secara dekat dan berusaha mendengar segala ucapan Radit tanpa mengeluarkan sepatah katapun. “Sebenarnya”....sebenarnya...sebenarnya...hati Radit tiba-tiba meronta: aduh..kenapa aku jadi gugup begini. Radit nampak gugup untuk mengatakannya, sampai kata-kata itu diulang berkali-kali. Jiwa kelakian Radit terus meronta, hati nuraninya terus menuntutnya untuk berbicara. Ah..aku tidak boleh menyerah, aku harus bisa, aku harus bisa. Radit berusaha dan meyakinkan dirinya bahwa semuanya akan baik-baik saja dan pasti berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Radit kembali melanjutkan pembicaraannya: Aku tidak layak untuk menyampaikan ini kepadamu, karena aku sadar aku tak sebanding dengan cowok-cowok ganteng di luar sana, tetapi ini soal isi hatiku, soal perasaanku yang sesungguhnya. Sebenarnya, aku suka sama kamu dan bahkan sudah mulai mencintai kamu sejak pertemuan kemarin, dan aku yakin kamu adalah pilihanku yang tepat. Nia, Apakah kamu mau menjadi kekasiku? Ucap Radit dengan lantang sembari memegang jari-jari Nia dan menatapnya penuh cinta. Nia-tiba tersenyum happy mendengar segala ucapan Radit. Dengan senang hati, tanpa waktu yang panjang, tanpa persetujuan orang lain, Nia langsung mengiyakan permintaan Radit. Iya Dit, aku mau jadi kekasihmu, dan bolehkah aku bertanya satu hal kepadamu? Ujar Nia kepada Radit. Boleh Nia, kamu mau tanya apa, Radit menjawab singkat. Apa sebenarnya alasan kamu mencintai aku? Suasana kembali hening seketika. Bagi Radit ini adalah pertanyaan sulit selama hidupnya, apalagi ditanyakan oleh orang yang baru saja menjadi kekasihnya. Dengan penuh keyakinan Radit menjawab: “Aku Mencintaimu tanpa Alasan”. Tidak ada alasan apapun bagiku memilih dan mencintai kamu di hatiku, karena itulah cinta yang sesungguhnya bagiku, mencintai seseorang tanpa harus memiliki alasan. Nia tersenyum bahagia mendengar jawaban itu. Lalu keduanya saling berpelukan dan menikmati moment indah di malam itu.

 

The End

By: Armyno Budiarto

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun