Mohon tunggu...
Belarminus Budiarto
Belarminus Budiarto Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

MAHASISWA

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Aku Mencintaimu Tanpa Alasan

3 Agustus 2022   10:55 Diperbarui: 3 Agustus 2022   10:56 490
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Aku Mencintaimu Tanpa Alasan

 

Adakah cerita cinta antara seorang pria dan wanita dalam realita tumbuh sesingkat drama? Ya, pasti ada. Tetapi cerita yang demikian juga tidak semua dialami setiap orang. Cinta terkadang dipertemukan lewat alur yang berbeda. Cinta tumbuh tanpa mengenal ruang dan waktu, tanpa proses yang panjang seperti peralihan musim semi ke musim gugur, atau laksana seorang pertapa yang sekian lamanya menyepi, mencari Sang Kebijaksanaan dalam keheningan. Sebuah perasaan suka dapat berubah menjadi cinta dalam waktu sekejab mata. Tak butuh waktu lama untuk menciptakannya. Begitulah yang dirasakan Radit dan Nia. Dua insan saling jatuh hati pada pandangan pertama ketika keduanya bertemu dalam sebuah party ulang tahun Andini, salah seorang teman kuliah Nia. Sungguh suatu pertemuan yang tak terduga sebelumnya. Tidak dirancang atau bahkan direncanakan oleh keduanya.

 Sayup-sayup cinta mulai muncul, gambaran-gambaran cinta mulai terukir di dinding hati keduanya. Radit dan Nia belum berani mengutarakan seutas perasaan, hanya kekaguman mendalam yang dapat dituangkan dalam sebuah senyuman indah keduanya. Senyuman itu merupakan pertanda bahwa keduanya telah dibuai asmara. Kekaguman itu pada akhirnya berubah menjadi cinta. Cinta yang memadukan rasa suka dan kagum di antara keduanya.

Dalam sela-sela acara party ulang tahun di malam itu, Radit dan Nia mulai saling mengenal. Radit mengawali percakapan di malam itu. Ia menghampiri Nia sambil mengulurkan tangannya. Hay nona, salam kenal, namaku Radit. Salam kenal juga kaka, namaku Nia, balas Nia dengan senyum, dan seketika itu lesung pipi dan gigi gingsulnya  mulai nampak. Senang bisa berkenalan denganmu, lanjut Nia dengan ekspresi sedikit tersipu malu. Kamu asal mana? Radit melanjutkan pertanyaannya, seolah-olah keduanya sedang mengadakan ujian lisan di mana Radit adalah dosen dan Nia sebagai pesertanya. Ya begitulah, keduanya menikmati perbincangan di malam itu. Asalku dari Jogja. Kalau kamu? Nia menjawab seadanya sesuai pertanyaan Radit. Oh...dari Jogja. Aku dari Surabaya, ibu dan bapakku dari Manggarai, hanya aku dibesarkan dan tinggal di Surabaya. Senang juga bisa berkenalan denganmu Nia, balas Radit panjang lebar.

Perbincangan keduanya tiba-tiba berehenti. Selamat malam teman-teman semuanya, terimakasih banyak sudah berkenan hadir di acara ulang tahun teman kita Andini, sapa Rani sebagai MC di acara itu. Selamat malam juga Rani, balas teman-teman yang disapanya. Untuk mempersingkat waktu, marilah kita mengawali acara kita dengan doa. Seusai berdoa Rani langsung mengajak teman-temannya berdiri. Ayo teman-teman, marilah kita berdiri dan menyanyikan sebuah lagu ulang tahun untuk teman kita Andini. One, two, three, Rani memandu seluruh rangkaian acara itu. Dan mereka mulai bernyanyi: Happy Birthday to you, Happy birthday to you, happy birthday, happy birthday, happy birthday to you, panjang umurnya, panjang umurnya, panjang umurnya serta mulia, serta mulia, serta mulia. Tiup lilinnya, tiup lilinnya, tipu lilinnya sekarang juga, sekarang juga, sekarang juga. Potong kuenya, potong kuenya, potong kuenya sekarang juga, sekarang juga, sekarang juga. .

Seusai menyanyikan lagu, Rani sekali lagi mengucapkan selamat ulang tahun kepada Andini. Hbd ya Andini, segala yang terbaik didoakan untukmu, dan yang paling penting ialah kamu selalu sehat, semangat, tetap berbakti kepada orang tua, tutur Rani mewakili teman-teman yang hadir sembari memeluk erat Andini. Ada satu yang saya lupa Ndin, semoga kamu segera dapat jodoh, tangan terlalu mengkhawatirkan apa yang aku sebut barusan ya Ndin karena jodoh itu sudah diatur Tuhan, lanjut Rani sambil tertawa terbahak dan diikuti teman lainnya. Radit dan teman-teman lain pun memberikan ucapan selamat kepada Andini. Sedangkan Nia mendapat giliran terakhir. Happy birthday Andini, sahabatku, doaku menyertai segala perjuangan dan cita-citamu, ucap Nia dengan penuh kebahagian sembari memberikan bingkisan kado kepada Andini. Andini langsung memeluk erat sahabat karibnya itu. Tanpa disadari ada cairan yang keluar dari kelopak matanya. Teman-teman yang menyaksikan itu ikut terharu dan memberikan tepuk tangan. Suara tangisan Andini pun  seketika terdengar oleh Nia. Nia langsung menyapanya: Andin, (panggilan kesayangan Nia untuk Andini). Kenapa kamu menangis? Tanya Nia sembari menghapus air mata Andini. Aku hanya terharu saja Nia. Kamu adalah sahabatku sejak kecil yang selalu menemani dan ada buat aku ketika sedang dalam masalah. Aku berharap hubungan persahabatan kita tetap terjaga, ujar Andini sambil memeluk erat Nia. Iya Andin, kamu juga adalah sahabat terbaikku selamanya, ungkap Nia sembari mengelus rambut Andini.

Setelah acara potong kue dan ucapan selamat ulang tahun selesai, Radit lalu mengajak Nia berdansa. Nandi yang menjadi operator di acara itu segera memperdengarkan sebuah lagu fox berbahasa inggris yang berjudul baby blue, karya seorang penyanyi bernama george Baker. Lagu  baby blue merupakan lagu kuno yang masih diminati para pecinta musik saat ini. Radit dan Nia pun mulai berdansa dan disaksikan oleh teman-temannya. Mereka merasa seperti menjadi ratu dan raja di acara itu dan malam seolah-olah menjadi milik keduanya. Sontak terdengar tepuk tangan meriah dari teman-teman yang hadir pada malam itu shingga membuat suasana semakin ramai. Tiba-tiba terdengar lagi suara dari arah barat: Nia dan Radit, kalian pasangan yang cocok dan serasi di malam ini, teriak Nandi dari tempat duduknya, Ia seolah-olah sedang menjodohkan keduanya. Keduanya kelihatan bahagia dan semakin menunjukkan kepiawaian mereka dalam berdansa. Radit dan Nia bergerak kesana kemari dengan lincah dan pasti seturut alunan birama musik, bagai sedang mengikuti ajang perlombaan di mana keduanya harus tampil bagus dan profesional dalam segala gerakan. Tatapan manja dan senyum indah keduanya merangsang teman lainnya sehingga mereka juga ikut berdansa.

 Radit tak tahan menatap Nia secara dekat dan seketika ia memuji Nia. Ternyata kamu hebat ya Nia, selain parasmu cantik, kamu juga bisa berdansa, ucapnya sedikit menggoda Nia. Tak berhenti sampai di situ saja, Radit terus mengeluarkan kata-kata romantis. Nia, kalau kamu jadi malam, aku bersedia menjadi bulanmu yang selalu menemani dan menerangi kegelapanmu. Nia tak mampu bersuara, hanya seutas kagum memancar di wajahnya, hatinya sedang berbunga-bunga, terpesona dengan keromantisan dan ketampanan Radit. Ia menatap Radit penuh cinta, sampai kedua matanya mulai enggan berkedip. Nia ternyata mulai suka dan jatuh hati kepada Radit namun ia malu untuk mengungkapkan seluruh isi hatinya kepada Radit. Masak iya, aku yang duluan mengutarakan rasa, aku kan cewek, harus jaga image, supaya Radit tidak berprasangka buruk tentang aku, gerutu hati kecilnya. Ah...sudahlah! Radit kan ganteng, cool, berwibawa, mana mungkin dia suka sama aku. Pikiran Nia dihantui rasa dilema antara mau menyatakan perasaannya kepada Radit atau tidak. Seketika juga angan-angannya menjadi buyar, kacau balau. Dia masih enggan untuk menyatakannya.

Terimakasih banyak ya Nia, kamu sudah mau menemaniku berdansa. Nia terkejut mendengar suara itu. Ternyata Radit sudah mengucapkannya untuk yang kedua kali. Pada saat itu Nia baru menyadarinya. Astaga....ungkap Nia dengan nada sedikit kaget sebab dansanya ternyata sudah usai. I.........iya Dit, balas Nia terbata-bata, mulutnya nampak kaku untuk bersuara. Terimakasih juga ya sudah mau mengajakku berdansa. Sungguh, Nia sangat malu sampai menutupi mukanya. Muka Nia langsung memerah. Ia sangat malu dengan Radit dan teman-temannya. Radit menghampiri dan berusaha menenangkan Nia. Are you oke? Tanya Radit dengan lembut dan sedikit mencemaskan keadaan Nia. Iya Dit aku baik-baik saja kok. Balas Nia dengan senyum meyakinkan Radit bahwa tidak perlu mengkhawatirkan keadaannya. Tadi aku cuman kepikiran tugas-tugas di rumah saja kok. Nia terpaksa membohongi Radit tentang yang sebenarnya. Ia gengsi menyampaikannya kepada Radit, kalau-kalau Radit akan menertawakannya. Tetapi Radit tetap menunjukkan kekhwatirannya terhadap Nia. Aku takut kamu sakit atau kecapean, ungkap Radit sembari meletakkan kedua telapak tangannya ke pipi Nia. Nia semakin salah tingkah dengan perlakuan dan perhatian Radit yang berlebihan kepadanya, sebab baru kali ini ia diperlakukan secara spesial oleh seorang cowok. Nia ingin sekali memeluk Radit secepat mungkin, namun waktu belum mengijinkannya. Percakapan harus tiba-tiba terhenti di situ karena mereka akan melanjutkan acara. Mereka semua sungguh menikmati acara dan makan bersama di malam itu.

Setelah semuanya selesai, Radit kembali berdiri dan menghampiri Nia. Maaf sebelumnya Nia, sudah membuatmu tidak enak dengan kejadian tadi, anggaplah tidak terjadi apa-apa ya, dan seolah-olah tadi kita sedang memerankan sebuah drama. Radit penuh senyum mengucapkan kata-kata itu dan berusaha membuat Nia tenang untuk menciptakan kembali suasana hangat di antara keduanya agar Nia tidak merasa canggung dan malu. Ternyata ini juga menjadi kesempatan bagi Radit untuk menunjukkan identitasnya kepada Nia dan semua temannya bahwa dia adalah pribadi yang gentlemen, yang tidak canggung ketika berhadapan dan ngobrol berdua dengan cewek. Hahahahhaha...Nia serentak tertawa lucu mendengar segala ucapan Radit dan spontan meninju-ninju lengan Radit. Radit hanya bisa tertawa puas. Rasa malu yang baru saja mencekam Nia perlahan sirnah karena tingkah Radit yang lucu dan menggemaskan.

Nia sekali-kali memuji Radit. Kamu ternyata lucu juga ya selain parasmu tampan. Kali ini pujian itu memebuat Radit tak berdaya, seperti racun cinta berbisa yang tengah menyengatnya. Radit yang mendengar pujian itu seketika membuat percaya dirinya semakin memuncak. Pujian Nia serentak mendukung perkataan teman-temannya bahwa ia sangat ganteng dan bahkan menjadi bintang di sekolahnya waktu SMA dulu. Sungguh, Radit baru menyadari kalau ia ganteng, tetapi ia berusaha menolaknya. Tetapi faktanya demikian, ia baru saja mendengar itu secara langsung dari Nia, si cewek cantik yang dikaguminya.

Radit semakin akrab dengan Nia sampai-sampai ia meminta nomor whtas-up nia. Radit tidak langsung memintanya tetapi sempat memikirkan cara yang terbaik untuk meminta. Kalau Nia mengijinkan, saya boleh meminta nomor what,s up-mu, pinta Radit sembari menggosokkan kedua telapak tangannya dan mengeluarkan hand-phone dari sakunya. Kenapa enggak, boleh kok, ujar Nia penuh semangat. Keduanya-pun saling bertukar nomor. Mereka mulai terlihat akrab seperti orang yang sudah saling mengenal sejak lama. Nanti chat saja ya, supaya aku segera save nomormu, ujar Nia kepada Radit. Asiap 86 ibu Nia yang cantik, jawab Radit spontan sembari tersenyum bahagia. Nia hanya tersenyum malu mendengar pujian Radit. Percakapan antara Nia dan Radit kembali berhenti sejenak.

Andini yang menjadi tuan rumah dan yang berbahagia di malam itu sesekali dipersilahkan maju oleh Rani sebagai MC karena acara akan segera berakhir. Lalu Andini beranjak dari tempat duduknya dan segera maju. Terimakasih waktunya Rani. aku tak berbicara panjang lebar, hanya mau mengucapkan terimakasih banyak untuk kehadiran kalian semua di acara ulang tahunku malam ini, semoga kasih Tuhan terus mengalir di dalam diriku, keluargaku dan kita semua. Sampai ketemu lagi di lain kesempatan. ujar Andini singkat. Terimakasih kembali untukmu Andini, jawab teman-teman serempak. Mereka lalu saling bersalaman satu sama lain dan bergegas kembali ke rumah masing-masing.

Satu jam kemudian hand-phone Nia tiba-tiba berbunyi. Dring....dring.... ternyata ada pesan what’s up masuk dari nomor baru yang tak dikenalnya. Tetapi dalam hati Nia meyakini bahwa itu adalah pesan masuk dari Radit. Nia lalu cepat-cepat keluar dari kamar mandi dan segera menggantikan pakaiannya. Nia mengambil hand-phone dan segera membukanya. Dengan mata berkaca-kaca Nia mulai membaca isi pesan itu. Selamat malam, apakah benar ini nomornya nona Nia yang manis, cantik yang pernah kukenal? Lalu dalam tanda kurung isi pesan itu diselipkan kata-kata berikut: (Coba tebak siapa aku? Kalau kamu bisa tebak, berarti kamulah orang tepat yang kucari selama ini. Pesan itu juga ditutup dengan emoji love).

Lalu Jari-jari Nia secepat kilat membalas pesan itu. Selamat malam juga. Ya, aku sudah tiba dengan selamat. Aku tahulah, kamu siapa. Kamu Radit kan yang tadi minta nomor what’s up-ku di rumah Andini..hehehehhe, balas Nia. Belum sampai sedetik pesan itu sudah dibaca oleh Radit. Nia nampak ceria dan semangat sekali malam itu menunggu chatan masuk dari Radit. Radit sengaja nge-prank Nia. Dia sudah merencanakannya sejak awal. Wah..tebakanmu salah. Kok Radit, Radit siapa ya? Aku bukan Radit, namaku Doni, teman SMP-mu dulu. Pesan itu segera terkirim ke Nia. Seketika raut wajah Nia mulai berubah, senyum yang tadi nampak indah kini mulai menghilang ketika ia membaca isi pesan itu. Untuk memastikan apakah itu Radit, maka Nia segera menyimpan nomor itu untuk melihat foto profil di kontak ponselnya. Tetapi sama saja karena setelah disave kontak itu tetap tanpa foto profil. Tetapi Nia tetap semangat dan lanjut mengetik pesan. Mohon maaf ya, tebakanku salah. Aku pikir kamu Radit, temanku. Ternyata nama kamu Doni. Kalau seingatku, aku ngga pernah punya teman cowok SMP bernama Doni. Kamu pasti bohong ya sama aku. Ayo ngaku saja kalau kamu Radit. Pesan itu segera terkirim dan dibaca Radit. Radit sungguh merasa tidak enak hati karena sudah membohongi Nia meski itu hanya sebatas prank saja. Lalu ia segera mengetik dan mengirim pesan kepada Nia. Nia yang baik hati, cantik dan manis, aku meminta maaf ya sudah ngerjain kamu, tadi kau cuman bercanda saja, iya ini aku Radit. Sebagai bentuk permintaan maafku, aku mau mengajak kamu untuk dinner bersamaku besok pukul 19:00. Harus mau ya Nia cantik. Pesan itu segera terkirim ke Nia. Nia yang sebelumnya sudah menduga bahwa yang nge-chat adalah Radit sungguh berbunga-bunga hatinya di malam itu. Tanpa pikir panjang Nia segera membalas pesan Radit sembari senyum-senyum sendiri. Kalau kamu yang ngajak, aku pasti mau Dit. Sampai ketemu besok ya. Salam rindu untukmu, selamat berisitirahat. Have a nice dream. Nia mengakhiri percakapan mereka di malam itu karena waktu sudah menunjukkan pukul 24:00. Radit yang membaca pesan Nia juga merasa bahagia dan seketika senyum-senyum sendiri. Keduanya telah jatuh cinta, tetapi enggan untuk menyampaikan isi hatinya di malam itu. Radit lalu membalas pesannya. Terimakasih untuk waktunya malam ini. diselipkan dengan stiker love. Percakapan malam itupun usai. Keduanya mengharapkan agar malam itu segera berlalu.

Tak terasa hari baru pun dimulai. Tibalah waktu yang dinantikan keduanya. Satu jam sebelum acara dinner dimulai, Radit sudah tiba di tempat Nia untuk menjemputnya dengan mobil kesayangannya. Nia ternyata sudah bersiap-siap jauh sebelum Radit menjemputnya. Betapa kaget dan kagumnya Radit ketika melihat kecantikan Nia dengan dandanan yang sesederhana itu layaknya seperti cewek-cewek lain yang ingin berkencan dengan pacarnya. Nia, serius, kamu cantik sekali malam ini, kamu sungguh-sungguh membuat aku jatuh hati kepadamu, puji Radit spontan. Ah...biasa saja, balas Nia singkat sembari melebarkan kembali senyum sumringahnya. Ayo kita berangkat, ujar Nia kepada Radit. Mereka-pun segera berangkat. Sepintas perjalanan suasana terasa sepi, hening bagai tak ada orang. Tak ada suara yang keluar dari mulut keduanya, hanya secuil senyum-senyum asmara yang nampak. Diam seribu bahasa, seolah-olah keduanya sedang bermeditasi. Entah siapa yang akan memulai percakapan? Sebagai seorang yang gentlemen, Radit mengawali semuanya. Suasana seketika kembali memihak mereka. Radit tiba-tiba menyapa Nia; Sekali lagi terimakasih ya Nia sudah mau ikut bersamaku, sambil melayangkan pandangannya sejenak ke arah Nia. Iya Radit, terimakasih kembali, aku juga senang sekali sudah diajak makan malam, ujar Nia. Hati kecil Nia tiba-tiba meronta: Tuhan, mengapa aku jadi deg-degan seperti ini. Demikian juga sebaliknya dengan Radit. Ia merasakan hal serupa seperti yang dialami Nia. Perjalanan membawa keduanya sampai ke tempat tujuan. Pesanan semuanya sudah tersedia di meja makan mereka. Ternyata Radit sudah memesan sebelumnya tanpa sepengetahuan Nia. Radit sengaja melakukan semua ini karena ia ingin memberi surprice kepada Nia. Kamu sudah memesan semuanya, ataukah kita salah tempat? Tanya Nia sedikit kaget. Radit hanya senyum memandangnya sembari berkata: Nia aku sudah merencanakan semuanya, dan ini semua ini kulakukan special buat kamu. Ada satu hal yang ingin aku sampaikan kepadamu di malam ini dan inilah waktu yang tepat untuk kukatakan semua tentang perasaanku yang sebenarnya. Nia hanya mampu menatap Radit secara dekat dan berusaha mendengar segala ucapan Radit tanpa mengeluarkan sepatah katapun. “Sebenarnya”....sebenarnya...sebenarnya...hati Radit tiba-tiba meronta: aduh..kenapa aku jadi gugup begini. Radit nampak gugup untuk mengatakannya, sampai kata-kata itu diulang berkali-kali. Jiwa kelakian Radit terus meronta, hati nuraninya terus menuntutnya untuk berbicara. Ah..aku tidak boleh menyerah, aku harus bisa, aku harus bisa. Radit berusaha dan meyakinkan dirinya bahwa semuanya akan baik-baik saja dan pasti berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Radit kembali melanjutkan pembicaraannya: Aku tidak layak untuk menyampaikan ini kepadamu, karena aku sadar aku tak sebanding dengan cowok-cowok ganteng di luar sana, tetapi ini soal isi hatiku, soal perasaanku yang sesungguhnya. Sebenarnya, aku suka sama kamu dan bahkan sudah mulai mencintai kamu sejak pertemuan kemarin, dan aku yakin kamu adalah pilihanku yang tepat. Nia, Apakah kamu mau menjadi kekasiku? Ucap Radit dengan lantang sembari memegang jari-jari Nia dan menatapnya penuh cinta. Nia-tiba tersenyum happy mendengar segala ucapan Radit. Dengan senang hati, tanpa waktu yang panjang, tanpa persetujuan orang lain, Nia langsung mengiyakan permintaan Radit. Iya Dit, aku mau jadi kekasihmu, dan bolehkah aku bertanya satu hal kepadamu? Ujar Nia kepada Radit. Boleh Nia, kamu mau tanya apa, Radit menjawab singkat. Apa sebenarnya alasan kamu mencintai aku? Suasana kembali hening seketika. Bagi Radit ini adalah pertanyaan sulit selama hidupnya, apalagi ditanyakan oleh orang yang baru saja menjadi kekasihnya. Dengan penuh keyakinan Radit menjawab: “Aku Mencintaimu tanpa Alasan”. Tidak ada alasan apapun bagiku memilih dan mencintai kamu di hatiku, karena itulah cinta yang sesungguhnya bagiku, mencintai seseorang tanpa harus memiliki alasan. Nia tersenyum bahagia mendengar jawaban itu. Lalu keduanya saling berpelukan dan menikmati moment indah di malam itu.

 

The End

By: Armyno Budiarto

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun