Mohon tunggu...
Belarminus Budiarto
Belarminus Budiarto Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

MAHASISWA

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Allah adalah Kebenaran dan Kebahagiaan Sejati

29 April 2021   18:15 Diperbarui: 29 April 2021   18:22 1015
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

6. Kebahagiaan Sejati datang dari Allah

Ada begitu banyak tokoh yang menjelaskan pengertian mengenai kebahagiaan dari berbagai sudut pandang yang berbeda. Dalam penjelasan ini saya akan menggunakan pemikiran Thomas Aquinas mengenai kebahagiaan. Bagaimana Thomas Aquinas menjelaskan kebahagiaan itu? Kebahagiaan seperti apakah yang dimaksudkan Thomas Aquinas? bagaiamana manusia memperoleh kebahagiaan, apa saja yang menjadi persyaratan untuk tercapainya sebuah kebahagiaan? Pertanyaan semacam ini adalah dasar bagi saya untuk memahami kebahagiaan yang sempurna.  Menurut Aquinas untuk mencapai kebahagiaan dibutuhkan empat hal. 

Pertama, kasih yang terarah kepada tujuan itu. Kedua, keinginan yang tidak lain merupakan semacam gerakan ke arah tujuan dan tindakan-tindakan yang berasal dari keinginan itu. Ketiga, harus ada forma yang diterima oleh intelek. Dan keempat, ada kebahagiaan yang dirasakan pada akhir dari proses pencarian. Dalam mencapai kebahagiaan tertinggi dalam Allah harus ada kasih yang diarahkan kepada-Nya; ada kerinduan dalam diri manusia untuk memandang Allah; ada perbuatan-perbuatan untuk mencapai tujuan tertinggi; ada Allah sebagai objek intelek serta ada kebahagiaan sebagai buah dari penglihatan atau pertemuan dengan Allah.

Empat cara yang ditawarkan Thomas untuk mencapai kebahagiaan dimulai dari perbuatan atau tindakan manusia yang mengarah pada kebaikan misalnya berbuat kasih, menghormati satu sama lain tanpa pandang bulu. Tindakan-tindakan seperti ini sungguh-sungguh mencerminkan bahwa manusia merupakan mahluk yang secitra, segambar dengan Allah (Imago Dei). Kebahagiaan duniawi yang bersifat sementara berpuncak pada kebahagiaan  sejati yakni kebahagiaan yang datang dari Allah sendiri.

7. Cara meraih kebahagiaan Sejati

7.1. Manusia perlu berelasi dan mengenal Allah secara personal

Tidaklah cukup jikalau manusia dalam realitasnya hanya berelasi dengan sesamanya tanpa berelasi dengan Allah. Apalah gunanya jika seseorang dalam relasinya dengan sesama sangatlah baik akan tetapi menomorduakan Allah, artinya ia sendir tidak mampu menjalin relasi yang baik dengan Allah, Apakah ia bahagia? Mungkin secara jasmani ia menganggap dirinya bahagia dengan segala situasi yang dialaminya akan tetapi secara rohani belum tentu dan memang sudah pasti ia tidak akan merasakan kebahagiaan sejati. Orang yang menganggap dirinya bahagia dengan hal-hal duniawai dan karena segala yang keinginan dan kebutuhannya terpenuhi ia tidak pantas mendapat kebahagiaan sejati. Maka sangat diperlukan agar manusia dapat berelasi dengan Allah secara mendalam, personal sehingga kebahagiaan yang dikejar dan dirindukan dapat terwujud.

8. Relasi antara Kebenaran dan kebahagiaan Sejati

Kebenaran dan kebahagiaan tentu saja tidak dapat dicapai begitu saja tanpa adanya relasi antara manusia dengan realitas, baik itu dengan Tuhan-Nya, alam ciptaan dan sesamanya. Manusia perlu berjuang keras untuk mewujudkan kerinduannya itu dalam realitas melalui orang-orang disekitarnya. Sejatinya, manusia merupakan mahluk yang merindukan apa yang disebut dengan kebenaran dan kebahagiaan. Kebenaran dan kebahagiaan adalah kedua elemen yang saling memberikan kontribusi bagi kedamaian hidup manusia. Bahagia berarti damai, sejahtera. Siapakah yang tidak bahagia jikalau dikatakan sebagai orang yang benar apalagi kebenaran yang dilakukannya sesuai dengan kehendak Allah.

Kesimpulan

Proses ziarah atau perjalanan hidup manusia menuju kebenaran dan kebahagiaan berpuncak pada Allah Sang Kebenaran dan Kebahagiaan. Dalam mencari kebenaran dan kebahagiaan hidup manusia harus berjuang keras dan manusia diminta untuk memahami bahwa dirinya bukanlah kebenaran, dirinya bukanlah pribadi yang benar, tetapi ia perlu menyadari bahwa ada Pribadi lain yang lebih benar darinya yakni, Allah. Manusia juga harus memahami bahwa kebahagiaan yang dialaminya dalam dunia bukanlah kebahagiaan sejati melainkan kebahagiaan yang fana, bersifat sementara, ada kebahagiaan sejati dibalik kebahagiaan dunia yaitu Allah.  Dengan menyadari kedua hal ini manusia pada titik puncak perziarahannya akan mengatakan ternyata, Kebenaran Itu Membahagiakan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun