Mohon tunggu...
Anton Bele
Anton Bele Mohon Tunggu... Dosen - PENULIS

Dosen Tamu, pengampu Mata Kuliah Filsafat di Program Pasca-sarjana Interdisiplin Studi Pembangunan, Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga, Jawa Tengah.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

"Nyata" dari Sudut Filsafat

27 Juli 2020   21:13 Diperbarui: 27 Juli 2020   21:05 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Nyata itu kenyataan. Apa yang tidak nyata bukan kenyataan. Hidup itu nyata dan itu  kenyataan. Tidak ada kenyataan di luar kehidupan. Batu itu benda mati tapi batu dilihat sebagai benda yang nyata hanya oleh manusia yang hidup. 

Tidak mungkin sesama batu saling menyatakan bahwa batu yang satu itu nyata dengan batu yang lain. Hanya hidup itu nyata dan yang lain itu nyata karena hidup. 

Dan yang hidup yang bisa menyatakan sesuatu itu nyata adalah manusia. Sekarang saya hidup. Itu nyata. Anda hidup, itu nyata. Rangkaian hidup dengan hidup itulah yang nyata. 

Yang nyata itu ada dan yang ada itu nyata. Jelas yang tidak ada tidak nyata. Ada dan nyata saling menyatakan. Ada nyata. Nyata ada. Amerika ada karena ada manusia. 

Orang di Amerika katakan Indonesia itu nyata karena Indonesia ada. Kalau seluruh umat manusia itu tidak ada, misalnya punah karena salah satu wabah global, maka dunia ini siapa yang akan nyatakan bahwa dunia nyata. Hilangnya manusia menghilang pula segala yang nyata. 

NAFSU manusia berkontak dengan segala yang nyata. NALAR manusia memikirkan segala yang nyata. NALURI manusia bergaul dengan segala yang nyata. NURANI manusia merenungkan segala yang nyata. 

Manusia yang terdiri dari empat unsur ini, 4 N, berada secara nyata di antara segala yang nyata di sekitarnya. (4N, Kwadran Bele, 2011).  Tidak mungkin NAFSU manusia makan atau minum sesuatu yang tidak nyata. 

Tidak mungkin NALAR manusia hanya melayang-layang di dunia maya berkomunikasi dengan sesuatu yang tidak nyata. Tidak mungkin NALURI manusia bergaul dengan pribadi-pribadi atau hal-hal yang tidak nyata. Tidak mungkin NURANI manusia merenungkan tentang pribadi atau  hal yang tidak nyata. 

Manusia nyata ada. Ada karena diadakan oleh YANG NYATA ada. Tidak mungkin manusia ada dengan sendirinya dan nyata dengan sendirinya. 

Di sinilah letaknya DIA YANG NYATA secara abadi itu menyatakan DIRI dalam berbagai cara. Sebagai orang Kristen Katolik, saya percaya bahwa DIA YANG NYATA abadi itu nyatakan DIRI dan DIA itulah YESUS KRISTUS. 

Ini nyata dan terserah kepada setiap manusia mau percaya peristiwa yang nyata   ini atau tidak. Peristiwa yang nyata itu terjadi 2000 tahun lalu. Penganut Agama lain pun percaya adanya DIA atas cara dan tradisi serta ajaran yang berbeda. Tapi intinya sama, percaya bahwa manusia ini ada dari DIA YANG NYATA ADA. 

Tentang kepercayaan ini jangan saling menyalahkan karena hal yang nyata seperti satu pulau saja tidak bisa diketahui seluruh teluk dan tanjungnya. 

Apalagi tentang DIA YANG MAHA-NYATA YANG menyatkan DIRI atas berbagai cara yang disamarkan sekian sehingga  mampu dipercaya oleh manusia yang nyata yang tidak bisa menampung segala hal yang nyata tentang DIRI YANG MAHA-NYATA.                       

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun