Mohon tunggu...
Fransisca Dafrosa
Fransisca Dafrosa Mohon Tunggu... Lainnya - Guru

saya orang yang sedang belajar menulis Fiksiana.Humaniora.Lyfe

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Ibu, Apa yang Selalu Kita Lupakan?

22 Desember 2024   09:54 Diperbarui: 22 Desember 2024   09:54 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apa sih hal pertama yang terlintas di pikiranmu ketika mendengar kata "ibu"? Mungkin senyum hangatnya, masakan favorit yang selalu kamu rindukan, atau mungkin justru teguran lembut yang dulu sering membuatmu menggerutu? Tapi pernahkah kamu benar-benar berhenti sejenak, menarik napas, dan berpikir: apa arti "ibu" sebenarnya dalam hidupmu?

Hari Ibu sering datang dan pergi, dirayakan dengan bunga, kartu ucapan, atau sekadar pesan singkat, "Selamat Hari Ibu, Bu." Tapi apakah itu cukup untuk menggambarkan peran besar yang telah ibu mainkan dalam hidup kita?

Ibu dan Pengorbanannya yang Tak Terlihat

Mungkin banyak dari kita lupa bahwa di balik setiap senyum ibu, ada malam-malam tanpa tidur. Ketika kita kecil dan demam tinggi, siapa yang mengompres kepala kita dengan tangan gemetar, sambil berdoa agar panasnya turun? Ibu. Ketika kita remaja dan mulai memberontak, siapa yang tetap sabar meski hati kecilnya mungkin menangis? Ibu.

Pengorbanan ibu sering kali tidak terlihat karena ia memilih untuk tidak menunjukkannya. Ingatkah kamu bagaimana ia rela memakai pakaian yang sama bertahun-tahun, sementara memastikan kamu punya sepatu baru untuk masuk sekolah? Atau bagaimana ia menyimpan impiannya sendiri, demi mendukung mimpi-mimpimu?

Ibu adalah pahlawan tanpa tanda jasa. Dan mungkin itu sebabnya, kita sering lupa untuk benar-benar menghargainya.

Ketika Ibu Diam-diam Menjadi Kekuatan Utama

Di tengah kesibukan dan keegoisan kita, ada satu hal yang sering kita abaikan: ibu adalah kekuatan yang menopang segalanya. Ia jarang mengeluh, meski tubuhnya lelah. Ia jarang meminta, meski ia membutuhkan. Ia hanya ingin memastikan anak-anaknya bahagia, bahkan jika itu berarti mengorbankan dirinya sendiri.

Pernahkah kamu berpikir, bagaimana ia tetap tegar saat hidup terasa berat? Jawabannya mungkin sederhana: ia melihat kebahagiaanmu sebagai bahan bakar untuk melanjutkan perjuangan.

Kisah Ibu di Balik Layar

Seorang teman pernah bercerita tentang ibunya. Wanita itu adalah seorang penjual gorengan di pinggir jalan. Setiap pagi, ia bangun pukul empat, menyiapkan adonan, lalu berjualan hingga larut malam. Temanku sering merasa malu pada masa kecilnya karena ibunya hanya seorang "penjual gorengan."

Namun, setelah dewasa, ia menyadari sesuatu yang penting. "Ibuku adalah orang yang paling hebat," katanya. "Karena gorengan itulah aku bisa menyelesaikan kuliah. Karena tangan yang penuh minyak itulah, aku bisa berdiri di sini hari ini sebagai seorang dokter."

Kisah ini bukan cerita yang asing. Setiap ibu memiliki perjuangan masing-masing. Dan sering kali, kita tidak melihatnya sampai kita cukup dewasa untuk memahami.

Mengapa Kita Harus Mengingat Ibu Lebih Sering?

Hari Ibu bukan hanya tentang memberi ucapan atau hadiah. Itu adalah pengingat bagi kita untuk kembali merenungkan: kapan terakhir kali kita benar-benar mengucapkan terima kasih kepada ibu? Kapan terakhir kali kita memeluknya, bukan hanya karena momen tertentu, tetapi karena kita ingin ia tahu bahwa ia adalah orang yang paling berarti dalam hidup kita?

Kadang, ibu tidak meminta banyak. Ia hanya ingin mendengar kabar darimu, melihatmu sehat, atau mungkin duduk bersamamu sambil berbincang ringan. Sering kali, hal-hal kecil seperti itu jauh lebih berarti daripada hadiah mahal yang kita pikir akan membuatnya bahagia.

Menuliskan Kenangan tentang Ibu

Jika kamu diminta menulis surat untuk ibumu hari ini, apa yang akan kamu tulis? Apakah kamu akan meminta maaf atas semua kenakalanmu dulu? Atau mungkin kamu akan mengucapkan terima kasih karena ia selalu ada untukmu?

Bayangkan jika surat itu adalah yang terakhir yang bisa kamu tulis untuknya. Apakah kamu akan merasa puas dengan apa yang telah kamu ungkapkan, atau kamu justru merasa ada begitu banyak hal yang belum sempat kamu katakan?

Sebuah Pesan untuk Ibu, dan Untuk Kita Semua

Hari Ibu seharusnya menjadi momen untuk lebih dari sekadar perayaan. Ini adalah momen refleksi. Bagaimana kita memperlakukan ibu setiap hari? Apakah kita sudah cukup menghargai setiap peluh yang ia keluarkan demi kita?

Untuk setiap ibu di luar sana, kamu adalah cahaya bagi keluargamu. Mungkin anak-anakmu tidak selalu mengungkapkan rasa terima kasih mereka, tetapi percayalah, mereka tahu betapa berharganya dirimu.

Dan untuk kita, sebagai anak-anak, mari kita jadikan Hari Ibu ini sebagai langkah awal untuk lebih menghargai ibu kita. Karena waktu tidak akan menunggu. Jangan sampai kita menyesal karena tidak pernah mengatakan, "Aku sayang ibu," sebelum segalanya terlambat.

Ibu adalah cinta pertama kita, dan sering kali, cinta terbesar yang akan kita miliki. Jadi, mari kita pastikan ia tahu itu---bukan hanya hari ini, tetapi setiap hari.

Selamat Hari Ibu

F. Dafrosa

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun