Mengapa Orang Tua Bertahan dalam Lonely Marriage?
Banyak pasangan bertahan dalam pernikahan yang sudah kehilangan kebahagiaan karena alasan ekonomi, norma sosial, atau yang paling umum: "demi anak-anak." Menurut survei dari National Marriage Project, sekitar 70% orang tua yang merasa tidak bahagia dalam pernikahan menyatakan bahwa mereka bertahan karena tidak ingin anak-anak mereka terluka atau merasa tidak lengkap dalam keluarga yang bercerai. Ironisnya, dalam upaya melindungi anak-anak, mereka malah menciptakan lingkungan yang kurang sehat secara emosional.
Cara Anak-Anak Menyikapi Lonely Marriage
Tidak semua anak menyikapi lonely marriage dengan cara yang sama. Beberapa anak mungkin terlihat baik-baik saja di luar, tetapi sebenarnya mengalami tekanan emosional di dalam. Berikut beberapa cara mereka merespons:
- Menjadi Anak yang Berprestasi Ekstra
 Banyak anak mencoba membuktikan diri melalui prestasi akademik atau olahraga sebagai bentuk pelarian atau untuk mencari perhatian. Mereka berharap dengan menjadi anak yang "sempurna," mereka dapat menyelamatkan pernikahan orang tua atau setidaknya mendapatkan perhatian lebih.
- Menarik Diri atau Memberontak
 Beberapa anak merespons dengan menarik diri dari kehidupan sosial atau justru memberontak sebagai bentuk ekspresi atas ketidakpuasan emosional yang mereka rasakan di rumah. Mereka merasa tidak didengar atau tidak dimengerti, sehingga melampiaskan perasaan mereka melalui perilaku negatif.
- Mengembangkan Hubungan Sehat dengan Figur Lain
 Sebagian anak mencari kenyamanan dan kehangatan dari orang lain seperti guru, teman, atau figur dewasa lain yang bisa memberikan perhatian yang mereka butuhkan. Ini adalah cara alami mereka mencari rasa aman dan cinta yang mungkin tidak mereka dapatkan di rumah.
Apa yang Bisa Dilakukan Orang Tua?
Lonely marriage bukan berarti akhir dari kebahagiaan anak ada langkah-langkah untuk meminimalkan dampak negatif pada anak:
1. Komunikasi Terbuka dengan Anak
  - Penting bagi orang tua untuk berbicara dengan anak tentang perasaan mereka, tanpa harus mengungkapkan semua masalah pernikahan. Anak-anak akan merasa lebih aman jika mereka tahu bahwa mereka bisa berbicara dan didengarkan.
2. Berikan Contoh Hubungan yang Sehat
  - Jika memungkinkan, orang tua bisa menunjukkan pada anak bahwa hubungan bisa berjalan sehat melalui komunikasi yang baik, kerja sama, dan saling menghargai. Meskipun tidak mudah dalam kondisi lonely marriage, usaha kecil untuk membangun suasana rumah yang lebih positif bisa memberikan perubahan besar pada perasaan anak.
3. Ciptakan Momen Kebersamaan yang Berkualitas
  - Sesibuk atau secanggung apapun, orang tua bisa mencoba menciptakan momen-momen sederhana yang membahagiakan dengan anak, seperti waktu makan bersama atau kegiatan rekreasi. Kualitas waktu bersama sangat berharga bagi anak, meski interaksi orang tua mungkin terbatas.