Pernahkah ibu bapak merasakan seolah-olah anak kita tiba-tiba berubah menjadi "mini monster" ketika memasuki usia tiga tahun? Jika ya, tenang kamu tidak sendirian! Banyak orang tua yang mengalami fase yang dikenal sebagai "toddler rebellion" termasuk saya.Â
Apa Itu Fase 'Toddler Rebellion'?
Fase toddler rebellion umumnya terjadi pada anak usia 2 hingga 4 tahun. Pada usia ini, anak mulai mengembangkan identitas mereka dan ingin mengeksplorasi dunia di sekitar mereka. Mereka mulai merasa lebih mandiri dan seringkali menolak perintah atau harapan orang tua.
 Dalam istilah psikologis, fase ini berkaitan dengan perkembangan ego dan rasa otonomi pada anak. Mereka ingin menunjukkan bahwa mereka dapat membuat keputusan sendiri, meskipun itu terkadang berarti melawan aturan yang telah ditetapkan.
Menurut penelitian dari American Academy of Pediatrics, fase pemberontakan ini merupakan bagian normal dari perkembangan anak. Sebanyak 75% orang tua melaporkan bahwa anak mereka mengalami fase ini, dan hampir semua anak akan mengalaminya dalam bentuk yang berbeda.Â
Jadi, meskipun terkadang terasa melelahkan, ingatlah bahwa ini adalah proses alami.
Ciri-Ciri Fase Pemberontakan
Pemberontakan kecil pada usia toddler dapat muncul dalam berbagai bentuk. Berikut adalah beberapa ciri-ciri yang umum ditemukan:
1. Menolak Perintah: Anak mulai sering mengatakan "tidak" atau menolak untuk melakukan apa yang diminta orang tua, meskipun mereka sebenarnya tahu apa yang seharusnya dilakukan.
2. Kemarahan dan Tantrum: Saat anak merasa frustrasi, mereka mungkin meledak menjadi kemarahan atau tantrum, yang bisa melibatkan teriakan, menangis, atau bahkan tindakan fisik seperti menendang atau memukul.
3. Perilaku Eksploratif: Anak mungkin mulai berusaha melakukan hal-hal yang berbahaya atau tidak diperbolehkan, seperti memanjat furniture, mengambil benda tajam, atau membuka pintu tanpa izin.