Mohon tunggu...
Fransisca Dafrosa
Fransisca Dafrosa Mohon Tunggu... Lainnya - Guru

saya orang yang sedang belajar menulis Fiksiana.Humaniora.Lyfe

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Ngonten Bareng Anabul, Membangun Keterampilan Komunikasi Anak

21 Oktober 2024   00:40 Diperbarui: 21 Oktober 2024   03:00 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seperti yang kita ketahui konten kreator saat ini semakin beragam. Bukan hanya orang dewasa yang menciptakan konten menarik, tetapi anak-anak juga mulai menunjukkan ketertarikan dalam membuat video dan foto kreatif. 

Salah satu tren yang sedang populer di kalangan keluarga adalah mengajak anabul (anak bulu, istilah yang digunakan untuk hewan peliharaan) untuk ikut dalam proses pembuatan konten. Selain menjadi kegiatan yang menyenangkan, aktivitas ini ternyata dapat membantu anak-anak mengembangkan keterampilan komunikasi mereka.

Berinteraksi dengan hewan peliharaan sambil membuat konten menghadirkan kesempatan bagi anak-anak untuk belajar menyampaikan ide, mengarahkan, serta berkomunikasi secara efektif. 
Bagaimana proses ini bisa terjadi? Yu, kita telusuri lebih dalam.

1. Mengembangkan Empati dan Ekspresi Emosi

Salah satu keterampilan komunikasi yang penting adalah kemampuan untuk menyampaikan emosi dan memahami perasaan orang lain. Menurut Child Mind Institute, anak-anak yang memiliki hewan peliharaan cenderung memiliki empati yang lebih tinggi karena mereka belajar membaca bahasa tubuh dan ekspresi wajah hewan mereka. 

Anabul tidak bisa berbicara dengan kata-kata, sehingga anak-anak harus peka terhadap isyarat non-verbal seperti ekor yang bergoyang, mata yang berbinar, atau gerakan tubuh lainnya.

Ketika membuat konten bersama anabul, anak-anak ditantang untuk mengekspresikan perasaan mereka secara verbal, baik itu dalam bentuk pujian, instruksi, atau hanya sekedar bercerita tentang hewan mereka. 

Misalnya, seorang anak yang membuat video tentang cara merawat kucing kesayangannya mungkin akan berkata, "Ini si Momo. Dia sangat suka digendong dan dielus di bagian perutnya." Dalam proses ini, anak belajar memilih kata-kata yang tepat untuk menyampaikan rasa sayang dan perhatian kepada anabulnya, sambil berbagi informasi kepada penonton.

2. Meningkatkan Keterampilan Mengarahkan dan Menyampaikan Instruksi

Mengarahkan hewan peliharaan saat pembuatan konten bisa menjadi tantangan tersendiri. Namun, ini adalah kesempatan yang bagus bagi anak-anak untuk melatih keterampilan memberikan instruksi. 

Misalnya, saat anak meminta anabul untuk duduk, berputar, atau melompat dalam video, mereka harus bisa menyampaikan perintah dengan jelas dan penuh kesabaran.

Menurut sebuah studi yang dilakukan oleh American Psychological Association (APA), anak-anak yang sering berinteraksi dengan hewan peliharaan menunjukkan peningkatan kemampuan dalam memberikan arahan dan menyelesaikan masalah. 

Dalam konteks pembuatan konten, anak-anak belajar bagaimana caranya menyesuaikan intonasi suara, memilih kata-kata yang sederhana, dan memastikan perintah yang diberikan dimengerti oleh hewan peliharaan.

Sebelum mulai merekam, anak-anak mungkin harus memberi instruksi seperti, "Tunggu di sini, ya, sampai aku bilang 'lompat'." Proses ini tidak hanya melatih keterampilan berbicara, tetapi juga mengajarkan anak untuk bersabar dan fleksibel jika anabul tidak segera merespons dengan baik.

3. Memahami Audiens dan Menyampaikan Pesan Efektif

Saat membuat konten, anak-anak belajar bahwa mereka bukan hanya berbicara kepada anabul, tetapi juga kepada audiens yang akan menonton video tersebut. 

Menyadari adanya audiens membantu anak-anak memahami pentingnya penyesuaian gaya bahasa dan penyampaian pesan yang efektif. Misalnya, seorang anak yang membuat video tutorial tentang bagaimana mengajari trik sederhana kepada anjingnya mungkin harus menjelaskan langkah-langkahnya dengan jelas dan mudah dipahami, baik oleh penonton yang sebaya maupun orang dewasa.

Menurut data dari Common Sense Media, pada tahun 2023 sekitar 56% anak-anak usia 8 hingga 12 tahun mengakses konten video online setiap hari. Dengan maraknya platform media sosial seperti YouTube dan TikTok, anak-anak yang mengajak anabul mereka dalam konten belajar bagaimana menyesuaikan topik, bahasa, dan gaya penyampaian mereka agar menarik perhatian audiens.

Mereka belajar untuk memikirkan apa yang akan disukai oleh penonton mereka, misalnya, "Apakah video ini akan lucu jika Momo memakai baju superhero?" atau "Bagaimana cara menjelaskan trik ini agar mudah dipahami anak-anak lain?"

4. Kolaborasi Kreatif yang Mengajarkan Keterampilan Sosial

Pembuatan konten bersama anabul sering kali melibatkan kolaborasi, entah dengan anggota keluarga lain atau bahkan teman-teman. Dalam proses ini, anak-anak belajar berbagi ide, mendengarkan masukan, dan bekerja sama untuk menciptakan konten yang menarik. Keterampilan sosial ini, seperti berbicara secara kooperatif dan negosiasi, sangat penting dalam kehidupan sehari-hari.

Sebagai contoh, seorang anak mungkin berdiskusi dengan saudara atau teman tentang jenis konten apa yang akan mereka buat bersama anabul. 

"Bagaimana kalau kita buat video tentang anabul sedang bermain di taman?" atau "Aku akan memegang kameranya, kamu yang arahkan dia untuk berlari." Proses kolaboratif ini mengajarkan anak-anak tentang pentingnya komunikasi yang baik dalam bekerja sebagai tim.

5. Dampak Positif pada Keterampilan Berbahasa

Tak hanya dalam hal penyampaian instruksi atau pesan verbal, membuat konten bersama anabul juga dapat memperkaya kosakata anak-anak. Saat mereka berbicara tentang hewan peliharaan mereka di depan kamera, mereka mulai menggunakan kata-kata yang mungkin sebelumnya tidak sering mereka gunakan, seperti nama-nama jenis ras hewan, alat perawatan, hingga istilah-istilah perilaku hewan. Mereka juha cenderung lebih sering berbicara secara spontan dan menggali kosakata baru saat mencoba mendeskripsikan apa yang dilakukan anabul mereka dalam konten.

6. Membangun Rasa Percaya Diri

Selain keterampilan komunikasi, proses pembuatan konten juga dapat meningkatkan kepercayaan diri anak-anak. Berbicara di depan kamera sambil menunjukkan bagaimana mereka berinteraksi dengan anabul mereka membantu anak-anak belajar untuk tampil di depan umum, meskipun hanya secara virtual. 

Mereka mulai merasa lebih nyaman mengekspresikan diri, yang pada gilirannya dapat berdampak positif pada keterampilan presentasi dan berbicara di depan orang lain.

Melihat hasil akhir video mereka juga bisa memberikan kepuasan tersendiri bagi anak-anak. Mereka merasa bangga ketika konten mereka diapresiasi oleh penonton, yang dapat mendorong mereka untuk terus mengembangkan keterampilan komunikasi dan kreativitas.

Mengajak anabul untuk ikut serta dalam proses pembuatan konten bukan hanya sekedar kegiatan yang menyenangkan, tetapi juga bisa menjadi cara efektif untuk mengembangkan berbagai keterampilan komunikasi pada anak-anak. 

Dari belajar mengekspresikan emosi, memberikan instruksi, hingga memahami audiens dan bekerja sama, anak-anak mendapat kesempatan untuk mengasah keterampilan yang akan berguna dalam kehidupan sehari-hari.

Selain itu, interaksi positif dengan anabul juga memperkaya pengalaman belajar mereka dalam hal sosial dan emosional, sambil menanamkan rasa percaya diri. 

Dengan demikian, melalui aktivitas sederhana seperti mengajak anabul ngonten, anak-anak tidak hanya mendapatkan hiburan, tetapi juga bekal keterampilan berharga untuk masa depan mereka.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun