Mohon tunggu...
Fransisca Dafrosa
Fransisca Dafrosa Mohon Tunggu... Lainnya - Guru

saya orang yang sedang belajar menulis Fiksiana.Humaniora.Lyfe

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Belajar Bahasa Indonesia di Era Digital: Menggali Potensi Anak Sebagai Content Creator

16 Oktober 2024   06:44 Diperbarui: 16 Oktober 2024   06:56 109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di tengah arus globalisasi dan perkembangan teknologi, pembelajaran Bahasa Indonesia di sekolah perlu menghadirkan konsep yang kontekstual, sesuai dengan kebutuhan dan ketertarikan siswa saat ini. Tidak lagi hanya terpaku pada teori, pendekatan belajar yang lebih praktis dan relevan dengan dunia digital bisa menjadi jembatan bagi siswa untuk belajar lebih bermakna. Dalam hal ini, pembelajaran Bahasa Indonesia bisa diubah menjadi wadah kreatif, di mana anak-anak belajar menjadi content creator, memproduksi video, hingga memahami etika dan tanggung jawab dalam bermedia.

Seiring dengan tuntutan kurikulum yang menginginkan literasi digital diintegrasikan dalam pendidikan, kegiatan belajar Bahasa Indonesia yang dikaitkan dengan kegiatan content creation merupakan sebuah terobosan penting. Anak-anak tidak hanya belajar aspek bahasa seperti kaidah penulisan, gaya bahasa, dan intonasi, tetapi juga mengembangkan kemampuan berbicara di depan kamera, menyusun alur cerita, dan menyampaikan pesan dengan baik. 

Berikut adalah manfaat dari pembelajaran Bahasa Indonesia kontekstual di era digital berdasarkan pengalaman saya di kelas 8 dengan materi Teks Iklan Slogan dan Poster:

1. Mengembangkan Literasi Digital yang Bermakna

Mendampingi anak-anak dalam menggunakan perangkat digital tidak hanya sebatas mengajarkan mereka untuk mencari informasi di internet, tetapi juga bagaimana mereka bisa memanfaatkan gadget dengan cara yang lebih produktif. Dalam pembelajaran Bahasa Indonesia, siswa diminta untuk membuat iklan atau konten video bersama kelompok. Aktivitas ini mendorong anak-anak untuk berpikir kritis dan kreatif, merancang ide, mengemas informasi, dan berkolaborasi dengan teman-teman mereka.

Namun, tugas membuat video ini dirancang agar mereka tidak merasa terpaksa atau terbebani. Video yang dibuat bersama kelompok memiliki tujuan edukatif, bukan sekadar endorsement atau promosi. Dalam prosesnya, anak-anak diarahkan untuk menciptakan konten yang relevan dengan keseharian mereka atau topik-topik sosial yang mereka anggap penting. Melalui tugas ini, anak-anak tidak hanya belajar menyusun pesan yang efektif, tetapi juga merasakan bahwa materi yang mereka buat memiliki makna dan relevansi.

2. Membangun Kemampuan Kolaborasi dan Kepemimpinan

Kegiatan berkelompok dalam membuat konten video juga menumbuhkan semangat kolaborasi dan kepemimpinan. Ketika bekerja dalam kelompok, setiap anak mendapat peran yang berbeda, mulai dari penulis skrip, pembawa acara, hingga editor video. Mereka belajar bagaimana menyatukan ide dari beragam perspektif dan mencari solusi untuk mengatasi perbedaan pendapat dalam kelompok.

Melalui proses ini, anak-anak dapat merasakan bagaimana bekerja sama bisa menghasilkan karya yang lebih baik. Mereka belajar mendengarkan pendapat orang lain, menempatkan diri di posisi teman, serta menghargai kontribusi masing-masing anggota kelompok. Kemampuan kolaborasi dan kepemimpinan ini tentunya akan sangat bermanfaat di masa depan ketika mereka bekerja dalam tim atau komunitas yang lebih besar.

3. Meningkatkan Keterampilan Berbahasa dan Komunikasi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun