Mohon tunggu...
Fransisca Dafrosa
Fransisca Dafrosa Mohon Tunggu... Lainnya - Guru

saya orang yang sedang belajar menulis Fiksiana.Humaniora.Lyfe

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Resume Kosong

9 Oktober 2024   14:59 Diperbarui: 9 Oktober 2024   15:10 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Selamat siang, Ibu Dina. Saya, Arka, pelamar posisi Analyst yang sudah mengirimkan CV beberapa waktu lalu," suara di ujung telepon terasa gemetar, sedikit serak, mungkin lelah. Di sudut kamar kosnya yang sempit, Arka duduk bersandar pada dinding dengan tatapan kosong.

Di layar laptop, email berderet tanpa tanda "Accepted" yang ia harapkan. Penuh dengan kata-kata "Kami menghargai minat Anda, tetapi saat ini kami memutuskan untuk melanjutkan dengan kandidat lain."

"Maaf, Mas Arka. Kami sudah menemukan kandidat yang lebih sesuai dengan kualifikasi yang dibutuhkan. Terima kasih untuk waktunya," suara wanita di seberang tak mengurangi kekecewaan yang terasa mendesak di tenggorokan Arka.

"Apa yang kurang?" gumamnya. Pertanyaan itu terus bergaung di kepalanya setiap kali pintu peluang tertutup. Tiga tahun menuntut ilmu di universitas ternama, nilai memuaskan, berbagai organisasi, bahkan satu-dua kali menang kompetisi. Resume-nya sempurna, namun entah mengapa tetap tak mampu membukakan pintu impian.

---

Di dalam kamar kosnya, Arka menarik napas panjang, menatap secarik kertas berisi daftar mimpi-mimpi yang mulai terlihat asing. *Pekerjaan tetap*, *apartemen kecil di tengah kota*, *membahagiakan orang tua*. Semua masih tertulis rapi, tanpa tanda dicoret atau centang. Mimpinya terasa semakin menjauh, seperti bayangan yang pudar di tengah kabut.

"Arka, aku dengar kamu ngelamar di tempatku? Kenapa nggak bilang?" pesan dari Raka, teman lama semasa kuliah yang kini bekerja di perusahaan impian Arka, membuat dada Arka semakin sesak.

"Aku nggak mau ngerepotin, Kak," balasnya pendek, tanpa berniat panjang lebar. Ia tahu, dalam diam Raka mungkin mengasihani.

Tak lama, panggilan masuk dari Raka muncul. Arka ragu, namun ia angkat.

"Arka, dengerin ya. Jangan nyerah. Lihat aku, dulu juga rasanya mustahil bisa dapat kerja di sini. Tapi, tetap harus coba, ngerti?"

"Ngerti, Kak. Tapi capek," suaranya terselip nada getir.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun