Namun, saya selalu mengingatkan kepada mereka bahwa tantangan ini bukan hanya soal **mendapatkan rewards**, tetapi juga sebagai kesempatan untuk **belajar lebih berani, kreatif, dan kritis**. Menulis adalah bentuk komitmen dan konsistensi. Tantangan ini diharapkan bisa menjadi langkah awal bagi mereka untuk mencintai proses menulis dan terus mengasah keterampilan literasi mereka bukan hanya sekadar untuk memenuhi tugas sekolah, tapi juga menjadi bekal penting bagi masa depan mereka.
Harapan ke Depan
Saya berharap, komunitas SATULIS ini bisa terus berkembang dan menjadi inspirasi bagi siswa-siswa lainnya untuk lebih berani menulis. Menulis setiap hari selama 30 hari adalah tantangan yang tidak mudah, namun dari proses inilah mereka belajar tentang disiplin, komitmen, dan bagaimana menyampaikan ide dengan jelas dan menarik.
Sebagai guru, melihat semangat siswa dalam mengasah kemampuan literasi adalah kebanggaan tersendiri. Saya percaya, tantangan menulis ini bukan hanya membantu mereka mengasah kemampuan menulis, tetapi juga membentuk karakter yang kreatif, kritis, dan konsisten.
Menulis bukan hanya soal merangkai kata, tapi juga tentang mengekspresikan pikiran, perasaan, dan membagikannya dengan dunia. Saya berharap, siswa-siswa ini akan terus menulis, bukan hanya untuk mendapatkan apresiasi, tapi juga untuk belajar dan berkembang. Sebab, dengan menulis, mereka belajar untuk lebih mengenal diri mereka sendiri dan dunia di sekitar mereka. SATULIS adalah langkah kecil menuju perjalanan menulis yang lebih panjang dan penuh makna.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H