3. Gunakan Bahasa yang Sederhana dan Jelas
Saat membahas pelecehan seksual, gunakan bahasa yang sederhana dan sesuai dengan usia anak. Anak-anak harus tahu nama-nama yang benar untuk bagian tubuh mereka. Hal ini membantu mereka memahami dan menjelaskan jika terjadi sesuatu yang tidak wajar. Menghindari istilah yang terlalu "lembut" atau eufemistik untuk bagian tubuh dapat membuat anak bingung saat ingin melaporkan pelecehan.
Misalnya, alih-alih menyebut area tubuh dengan nama yang umum atau lucu, gunakan istilah medis yang benar seperti "penis" dan "vagina". Anak-anak yang paham nama anatomi tubuh mereka cenderung lebih jelas saat menjelaskan situasi yang tidak pantas.
Tips Praktis: Saat mengajari anak tentang tubuhnya, selalu ulangi bahwa bagian-bagian tertentu bersifat pribadi dan tidak boleh disentuh orang lain tanpa alasan yang jelas dan bisa diterima.
4. Ajari Anak untuk Mengidentifikasi Situasi Berbahaya
Anak-anak juga perlu diajari untuk mengenali situasi yang membuat mereka merasa tidak nyaman. Salah satu caranya adalah dengan mengajarkan konsep "tiga R", yaitu:
-Â Recognize (Kenali): Anak-anak perlu diajarkan untuk mengenali perasaan tidak nyaman atau takut jika ada seseorang yang mencoba melakukan tindakan yang tidak pantas.
-Â Resist (Tolak): Jika ada orang yang mencoba menyentuh atau memperlakukan mereka dengan cara yang tidak pantas, ajari anak untuk menolak dengan tegas.
-Â Report (Laporkan): Setelah menolak, anak perlu segera melaporkan kejadian tersebut kepada orang dewasa yang dipercaya, seperti orang tua, guru, atau polisi.
Latih anak-anak untuk bisa mengekspresikan penolakan dengan kalimat sederhana seperti, "Tidak, saya tidak suka itu!" atau "Jangan sentuh saya!"
Menurut Childhelp National Child Abuse Hotline, satu dari empat perempuan dan satu dari enam laki-laki mengalami pelecehan seksual sebelum usia 18 tahun. Ini menekankan pentingnya anak mengenali tanda-tanda bahaya sejak dini.