Bagi individu yang terlibat dalam lavender marriage, seringkali ada rasa isolasi dari komunitas LGBT mereka. Mereka mungkin merasa tidak memiliki tempat untuk berbagi pengalaman dan tantangan yang dihadapi, yang dapat memperburuk perasaan kesepian.
Di sisi lain, mereka juga seringkali menghadapi penolakan dari keluarga atau teman-teman jika identitas seksual mereka terungkap. Hal ini menciptakan siklus ketidakpastian dan ketegangan emosional yang sulit untuk dipecahkan.
Lavender Marriage di Era Digital
Di era digital, lavender marriage semakin mendapatkan perhatian di media sosial. Banyak individu mulai berbagi cerita mereka secara anonim, menciptakan komunitas virtual untuk saling mendukung. Hashtag seperti #LavenderMarriage sering digunakan untuk mendiskusikan pengalaman, tantangan, dan strategi coping.
Media sosial juga memberikan platform bagi individu untuk berbagi kisah sukses dan kegagalan. Beberapa orang menceritakan bagaimana mereka berhasil keluar dari lavender marriage dan menjalani kehidupan yang lebih autentik, sementara yang lain berbagi tentang perjalanan mereka dalam mempertahankan pernikahan meskipun tidak sesuai dengan keinginan mereka.
Itulah penjelasan singkat mengenai Lavender Marriage yang sedang viral dan menjadi fenomena baru saat ini. Â
Semoga bermanfaat
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H