Generasi Alpha, yang lahir pada tahun 2010 hingga sekarang, tumbuh dalam lingkungan yang sangat terhubung dengan teknologi. Mereka dikenal sebagai generasi yang sangat mandiri, haus akan pengetahuan, dan terbiasa memanfaatkan berbagai platform digital untuk belajar.Â
Namun, di tengah kecanggihan teknologi yang bisa diakses kapan saja dan di mana saja, peran orang tua dalam mendampingi proses belajar anak menjadi semakin krusial. Salah satu pendekatan yang dapat diterapkan oleh orang tua untuk terlibat lebih aktif dalam pendidikan anak-anak mereka adalah melalui konsep *co-learning*.
Apa Itu 'Co-Learning'?
Secara sederhana, *co-learning* adalah proses di mana orang tua dan anak belajar bersama. Berbeda dengan pendekatan tradisional yang menempatkan orang tua sebagai figur yang mengajarkan dan anak sebagai penerima ilmu, *co-learning* berfokus pada interaksi timbal balik di mana kedua belah pihak sama-sama mencari tahu dan mengeksplorasi topik baru. Hal ini bisa mencakup berbagai bidang, mulai dari sains, sejarah, teknologi, budaya, hingga hobi seperti memasak atau bermain alat musik.
Mengapa *co-learning* relevan? Karena Generasi Alpha lebih menyukai pengalaman belajar yang aktif dan interaktif. Mereka memiliki keingintahuan yang besar terhadap dunia sekitar dan cenderung belajar melalui eksperimen, bermain, serta pengalaman langsung. Oleh karena itu, dengan *co-learning*, orang tua dapat terlibat langsung dalam proses belajar anak dan mendukung cara belajar anak yang berbasis pengalaman.
Manfaat 'Co-Learning'
Mengimplementasikan *co-learning* di rumah memberikan sejumlah manfaat, baik bagi orang tua maupun anak. Berikut beberapa di antaranya:
1. Meningkatkan Kedekatan Emosional
  Belajar bersama dapat mempererat hubungan antara orang tua dan anak. Menurut penelitian dari University of Nebraska-Lincoln, keterlibatan orang tua dalam proses belajar anak secara aktif dapat meningkatkan keterikatan emosional. Anak yang merasa bahwa orang tua mereka peduli dan terlibat dalam minat mereka, cenderung memiliki hubungan yang lebih dekat dengan orang tuanya.
2. Menumbuhkan Rasa Ingin Tahu
  *Co-learning* mendorong orang tua dan anak untuk selalu belajar hal-hal baru. Ketika anak melihat bahwa orang tua mereka juga antusias mempelajari topik yang sama, rasa ingin tahu mereka akan lebih terpupuk. Orang tua dapat menjadi contoh bahwa belajar adalah proses yang menyenangkan dan tidak berhenti hanya pada usia tertentu.
3. Mengajarkan Keterampilan Kolaborasi Â
  Dalam proses *co-learning*, orang tua dan anak belajar bekerja sama. Anak belajar bagaimana berbagi ide, berdiskusi, dan menyelesaikan masalah bersama. Ini adalah keterampilan yang sangat penting di masa depan, di mana kolaborasi akan menjadi salah satu kunci kesuksesan di dunia kerja dan kehidupan sehari-hari.
4. Memupuk Kemandirian dalam Belajar
  Meskipun *co-learning* melibatkan interaksi antara orang tua dan anak, pendekatan ini juga mendorong kemandirian. Anak-anak Generasi Alpha sangat mandiri, dan melalui *co-learning*, mereka dapat belajar bagaimana mengakses informasi, memecahkan masalah, dan menemukan solusi sendiri, dengan bimbingan minimal dari orang tua.
Contoh Praktis 'Co-Learning' di Rumah
Ada banyak cara praktis untuk menerapkan *co-learning* di rumah. Berikut beberapa contoh kegiatan yang bisa dicoba:
1. Eksperimen Sains Sederhana
Orang tua dan anak bisa bersama-sama melakukan eksperimen sains sederhana di rumah, seperti membuat gunung berapi mini dengan baking soda dan cuka, atau mencoba eksperimen air yang berubah warna dengan pewarna makanan. Selain menyenangkan, aktivitas ini juga dapat meningkatkan pengetahuan anak tentang reaksi kimia dasar.
Menurut sebuah studi dari *National Science Foundation*, anak-anak yang terlibat dalam eksperimen sains di rumah dengan orang tua mereka menunjukkan peningkatan pemahaman yang signifikan tentang konsep-konsep ilmiah dibandingkan mereka yang hanya belajar melalui buku atau video.
2. Menjelajahi Budaya dan Bahasa Asing
Generasi Alpha memiliki akses ke dunia global melalui internet, dan mereka cenderung tertarik dengan budaya dari berbagai negara. Orang tua bisa ikut serta dalam perjalanan ini dengan mempelajari bahasa asing atau menjelajahi tradisi budaya baru bersama anak-anak mereka. Misalnya, belajar beberapa kata dalam bahasa Spanyol, Prancis, atau Jepang melalui aplikasi pembelajaran bahasa seperti Duolingo, lalu mendiskusikan budaya dari negara-negara tersebut.
3. Proyek DIY (Do-It-Yourself)
Proyek DIY seperti merakit model, membuat kerajinan tangan, atau memperbaiki barang-barang di rumah bisa menjadi kesempatan *co-learning* yang luar biasa. Anak-anak bisa belajar keterampilan praktis seperti memotong, menempel, atau menyusun sesuatu, sementara orang tua bisa berbagi pengalaman dan ide mereka.
Misalnya, membangun miniatur rumah dari karton bersama anak bisa menjadi proyek yang melibatkan aspek seni, matematika (pengukuran dan perhitungan), serta teknik (cara merakit). Ini bukan hanya mengajarkan keterampilan baru kepada anak, tetapi juga melibatkan mereka dalam proses berpikir kreatif dan kritis.
4. Memasak Bersama
Memasak adalah cara yang sangat efektif untuk belajar bersama. Saat memasak, anak-anak bisa belajar tentang nutrisi, kimia dasar (seperti perubahan bentuk dan tekstur bahan makanan), serta keterampilan matematika seperti mengukur bahan. Orang tua bisa mengajak anak memilih resep, mempersiapkan bahan, dan memasak bersama, sembari mendiskusikan apa yang terjadi selama proses memasak.
Menurut *Journal of Nutrition Education and Behavior*, anak-anak yang terlibat dalam kegiatan memasak bersama orang tua memiliki kemungkinan lebih besar untuk mengembangkan kebiasaan makan yang sehat, serta menunjukkan minat lebih besar terhadap makanan yang beragam.
Sebuah studi dari *Harvard Family Research Project* menunjukkan bahwa keterlibatan orang tua dalam proses belajar di rumah meningkatkan kemandirian anak dalam belajar, rasa percaya diri, serta keterampilan problem-solving mereka. Hal ini sejalan dengan prinsip-prinsip *co-learning* yang mengajarkan bahwa orang tua dan anak dapat saling belajar, berkolaborasi, dan saling mendukung dalam mengeksplorasi pengetahuan baru.
Tantangan dalam Menerapkan 'Co-Learning'
Tentu saja, ada beberapa tantangan yang mungkin dihadapi saat menerapkan *co-learning*. Salah satunya adalah keterbatasan waktu. Banyak orang tua yang merasa bahwa waktu mereka terbatas karena pekerjaan dan tanggung jawab lainnya, sehingga sulit meluangkan waktu untuk belajar bersama anak. Solusinya, orang tua bisa memulai dengan kegiatan kecil yang tidak membutuhkan waktu terlalu lama, seperti membaca buku bersama sebelum tidur atau mencoba eksperimen sains sederhana pada akhir pekan.
Tantangan lain adalah menemukan topik yang diminati oleh kedua belah pihak. Anak-anak Generasi Alpha cenderung memiliki minat yang sangat spesifik, dan terkadang topik yang mereka sukai mungkin terasa asing atau membosankan bagi orang tua.Â
Dalam kasus ini, penting bagi orang tua untuk bersikap terbuka dan bersedia mengeksplorasi hal-hal baru bersama anak mereka. Orang tua juga bisa memperkenalkan topik-topik baru yang mungkin menarik bagi anak, sehingga *co-learning* menjadi pengalaman yang saling memperkaya.
Menghadapi tantangan era digital, *co-learning* adalah pendekatan yang efektif untuk menjembatani keinginan Generasi Alpha yang haus akan pengetahuan dengan peran aktif orang tua dalam mendukung pendidikan anak.
Dengan belajar bersama, orang tua tidak hanya membantu anak mereka tumbuh menjadi individu yang lebih mandiri dan kritis, tetapi juga membangun hubungan yang lebih dekat dan penuh pengertian.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H