ASI (Air Susu Ibu) adalah sumber nutrisi terbaik untuk bayi, khususnya pada enam bulan pertama kehidupan. ASI mengandung nutrisi lengkap dan antibodi penting yang mendukung perkembangan bayi dan melindungi mereka dari berbagai penyakit.Â
Namun, tidak semua ibu bisa memberikan ASI kepada bayi mereka secara langsung. Beberapa ibu mengalami kesulitan dalam produksi ASI, kondisi medis, atau alasan lain yang membuat mereka tidak dapat menyusui. Hal itu pula yang saya alami, rendahnya produksi ASI. Di sinilah pentingnya donor ASI. Donor ASI merupakan bentuk kebaikan hati yang memungkinkan bayi-bayi yang membutuhkan untuk mendapatkan manfaat optimal dari ASI meski bukan berasal dari ibunya sendiri.
Mengapa Donor ASI Penting?
Berdasarkan data dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), bayi yang mendapatkan ASI eksklusif selama enam bulan pertama memiliki risiko lebih rendah terhadap penyakit infeksi seperti diare dan pneumonia, serta mengurangi risiko malnutrisi. Sayangnya, penelitian dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menunjukkan bahwa di Indonesia, hanya sekitar 37,3% bayi di bawah enam bulan yang mendapat ASI eksklusif. Salah satu penyebab rendahnya angka ini adalah karena masalah produksi ASI yang dialami oleh ibu.
Data dari UNICEF juga mencatat bahwa 21 juta bayi lahir setiap tahun di seluruh dunia tidak mendapatkan ASI dalam satu jam pertama setelah lahir. Di Indonesia, Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 menunjukkan bahwa hanya 68,74% bayi yang mendapat ASI dalam 24 jam pertama. Faktor-faktor seperti stres, kondisi kesehatan ibu pascapersalinan, terbatasnya ruang dan waktu untuk memompa ASI selama jam kerja, hingga masalah psikologis bisa menghambat produksi ASI.Â
Donor ASI menjadi solusi untuk memastikan bayi-bayi tersebut tetap mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan. Donor ASI tidak hanya membantu ibu yang memiliki masalah dalam menyusui, tetapi juga memberikan kesempatan bagi bayi yang lahir prematur atau dengan berat badan rendah untuk mendapatkan ASI yang sangat penting bagi tumbuh kembang mereka.
Bagaimana Proses Donor ASI?
Proses donor ASI di Indonesia masih menghadapi banyak tantangan, terutama terkait regulasi dan kesadaran masyarakat. Di beberapa negara maju, sudah ada bank ASI yang diatur secara ketat dengan standar keamanan yang tinggi, mulai dari pemeriksaan kesehatan pendonor hingga proses pasteurisasi untuk memastikan ASI tetap aman dan steril. Di Indonesia, meskipun belum ada bank ASI resmi seperti di negara lain, praktik donor ASI antar ibu mulai populer dan mendapatkan dukungan dari berbagai komunitas.
Proses donor ASI biasanya dilakukan melalui beberapa tahap:
1. Pemeriksaan Kesehatan Pendonor: Sebelum mendonorkan ASI, calon pendonor akan menjalani pemeriksaan kesehatan untuk memastikan bahwa ASI yang didonorkan aman untuk dikonsumsi oleh bayi lain. Pemeriksaan ini meliputi tes darah untuk mendeteksi penyakit menular seperti HIV, hepatitis B, dan hepatitis C.
2. Pengumpulan ASI: ASI yang akan didonorkan biasanya diperah dan disimpan di dalam wadah steril. ASI tersebut kemudian dibekukan untuk menjaga kualitasnya sebelum disalurkan kepada bayi yang membutuhkan.