Rio berdiri di sudut panggung, memeriksa pesan-pesan di ponselnya dengan ekspresi tegang. "Hati-hati dengan komentar, Nadia. Kita harus tetap profesional di depan kamera."
"Profesional?" kata Cinta dengan nada sinis. "Tentu, seperti waktu kau sengaja menumpahkan kopi ke bajuku sebelum siaran langsung, ya?"
Arman tertawa kecil. "Ya ampun, itu memang momen yang tak terlupakan."
Rio tersenyum tipis. "Itu murni kecelakaan, Cinta. Aku kan bukan orang jahat."
**
15 Menit Sebelum Akhir
"Kamu yakin semua donasi dari akunmu sudah masuk?" tanya Nadia sambil memegang ponselnya erat-erat. "Kita tidak mau ada yang curang dalam hal ini, kan?"
"Jangan khawatir, Nad. Aku bukan seperti kamu yang perlu beli followers," balas Arman dengan nada mengejek.
"Beli followers? Kamu pikir aku siapa?" Nadia mengerutkan dahi, tapi kemudian dia menarik napas dalam-dalam dan tersenyum lagi. "Tapi ya sudah, kita lihat saja siapa yang paling banyak mengumpulkan donasi."
Cinta menoleh dan berkata dengan suara yang terlalu manis, "Santai saja, teman-teman. Yang penting kita tampil sempurna di kamera, kan? Bagaimanapun, ini demi amal."
Rio menyela dengan tawa kecil. "Demi amal... dan sedikit pengakuan dari para sponsor."