Alya menggenggam tangan Raka dengan erat dan berkata, "Mereka tidak mengerti, Raka. Bagiku, kamu adalah segalanya. Kamu inspirasiku, sumber kebahagiaanku. Mereka hanya melihat dari luar, tidak tahu betapa berharganya kamu bagi hidupku." Raka menyentuh tangan Alya dengan lembut, "Aku sangat menghargai perasaanmu, Alya. Tapi aku juga tidak ingin kamu kehilangan keluargamu karena aku." Alya menatap Raka dengan mata penuh harapan, "Keluargaku penting, tapi aku tidak bisa membayangkan hidup tanpa kamu, Raka. Kita harus menemukan cara untuk membuat mereka mengerti." Raka menghela napas panjang sebelum menjawab, "Alya, aku akan berusaha keras untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih baik, menunjukkan pada keluargamu bahwa aku bisa memberikan masa depan yang layak untukmu. Tapi ini tidak akan mudah." Alya tersenyum lemah.
---
"Kamu tahu, Raka, setiap kali hujan turun, aku merasa dekat denganmu," suara Alya bergetar, menahan air mata yang mulai menggenang di sudut matanya. "Tapi, kenapa semua ini harus berakhir seperti ini?" Raka menunduk, tak mampu menatap mata Alya yang penuh dengan luka. "Karena kita hidup di dunia yang berbeda, Al. Dunia yang tak bisa menyatukan kita, meski hujan selalu mencoba menyamarkan perbedaan itu." Alya terdiam, hatinya seperti tersayat-sayat mendengar kata-kata Raka. Dia tahu ini adalah keputusan yang terbaik, tapi tak bisa menahan rasa sakit yang mengoyak-ngoyak jiwanya.
---
Setahun yang lalu, saat Alya dan Raka merencanakan untuk meninggalkan segala rintangan dan memulai hidup baru bersama, tragedi itu terjadi. Raka terlibat dalam kecelakaan tragis di Jalan Braga saat mengantarkan Alya pulang. Hujan deras membuat jalanan licin, dan sebuah mobil melaju kencang tanpa melihat Raka yang sedang menyeberang.
---
"Hujan selalu membawa kita bersama, Al," bisik Raka, suaranya hampir tak terdengar. "Dan di bawah hujan ini, aku berharap kamu bisa melepaskanku. Biarkan hujan menyamarkan segala luka dan kenangan kita." Alya menangis, air matanya bercampur dengan tetes hujan yang jatuh di wajahnya. "Aku akan selalu mencintaimu, Raka. Meski di dunia ini kita tak bisa bersama, aku percaya kita akan bertemu lagi di tempat di mana hujan tak pernah berhenti." Raka tersenyum, senyum yang penuh dengan kepasrahan dan cinta yang tak terucapkan. "Sampai jumpa, Alya. Sampai kita bertemu lagi di bawah hujan yang abadi."
Alya menatap kepergian Raka, bayangan lelaki itu perlahan menghilang di balik kabut dan rintik hujan. Di Jalan Braga, di bawah hujan yang sama, Alya merasakan kehadiran Raka yang tetap hidup dalam setiap tetes hujan yang jatuh.
Hujan di Jalan Braga tidak pernah lagi sama bagi Alya. Hujan menjadi saksi bisu dari cinta yang tak terucapkan, cinta yang abadi dalam kenangan yang tersembunyi di balik rintik-rintik air. Dan di dalam hatinya, Alya selalu berharap, suatu hari nanti, hujan akan mempertemukan mereka kembali.
-----
Fransisca Dafrosa
Seorang guru yang sedang belajar menulis