Kepada penulis, Ina Bunga mengungkapkan pendapatnya bahwa banyak perempuan Amfoang yang menganggur di kampung karena tidak adanya lapangan pekerjaan yang dapat mengakomodir tenaga dan kemampuan mereka. Akibatnya, kata Ina Bunga, banyak yang merantau untuk bekerja di luar daerah, sementara yang lainnya memilih bertahan dan akhirnya terjebak dalam ruang domestik keluarga yang umumnya patriarkal ketika menikah.
Bagi Ina Bunga, penganggaran dari dana desa yang besar di desa-desa di Amfoang saat ini bisa diarahkan agar prospektif menciptakan lapangan kerja dan juga menyentuh kepentingan perempuan sehingga mereka juga mudah mengakses modal untuk berusaha.
"Dengan begitu, perempuan juga mendapat ruang yang maksimal dalam kegiatan pembangunan di desa-desa di Amfoang," harap Ina Bunga.
Hingga hari menjelang sore, penulis dan keluarga pekerja keras yang ulet dan ramah itu bercerita banyak hal. Penulis ikut melihat proses pembuatan gula merah yang dilakukan bapak dan mama Bunga.
Menjelang magrib, setelah menikmati makanan yang ditemani lauk ayam kampung yang dipanggang, Penulis mengajak Ina Bunga untuk melaut menggunakan sampan kecil miliknya. Ombak yang tidak terlalu deras menyambut kami, dan, seperti kata Ina Bunga, penulis kemudian ikut meleburkan segala rasa yang tidak jelas di dalam laut Leomanu saat itu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H