Mohon tunggu...
Baba Makmun
Baba Makmun Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Fleksibel, Bahasa Indonesia Potensial Mengglobal

24 Oktober 2016   10:48 Diperbarui: 24 Oktober 2016   11:20 194
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bahasa Indonesia berkembang sangat menggembirakan. Bahasa ini fleksibel. Dapat beriringan dengan semua bahasa daerah. Sekarang, di pelosok mana pun, asal masih wilayah NKRI, bahasa Indonesia telah digunakan. Bahasa Indonesia dan bahasa daerah saling mengisi, saling memberi umpan balik. Cita-cita Sumpah Pemuda tidak sia-sia. Bahasa Indonesia menjadi bahasa persatuan, bukan lagi slogan.

Karena fleksibel, Bahasa Indonesia juga cepat beradaptasi dengan bahasa internasional, terutama Inggris. Kata dan istilah Inggris melebur dengan gampang. Begitu satu kata atau istilah diserap, pengguna merasakannya sebagai milik sendiri. Tak terasa asing lagi.

Jasa Pedoman Pembentukan Istilah (PPI) cukup besar dalam hal ini. Buku super tipis ini diluncurkan bersamaan dengan buku Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) tahun 1970-an. PPI manjur sebagai pedoman mentransfer kata dan istilah asing dengan cepat, mudah, dan efektif.

Kata opini, resepsi, persepsi, intuisi,dantransisi sudah terasa Indonesia banget. Sama sekali tak ada bau asingnya lagi. Padahal, kata ini diserap dari opinion, perception, intuition, transition yang asli Inggris. Kemudian, kata sampel,simpel, singgel, dobel, kabel, tabel sudah betul-betul menjadi warga Indonesia. Hanya mereka yang menguasai Bahasa Inggris nyadar bahwa kata-kata tersebut serapan dari sample, simple, single, double, cable, table.

Memang banyak yang khawatir, jika tidak direm, kata dan istilah asing akan terus membanjir, lantas meminggirkan kata asli Indonesia. Orang Indonesia akan lupa bahasa sendiri. Mereka lebih mesra dengan kata asing. Gejala itu terus merebak. Media massa ikut berjasa menumbuhsuburkannya. Misalnya, media lebih sering menggunakan kata serapan destinasi, rotasi, evakuasi, donasi ketimbang kata asli Indonesia tujuan, perpindahan, pengungsian, sumbangan.

Saya pribadi tidak merasa terganggu. Keduanya dapat saya gunakan silih berganti. Mereka saling melengkapi, meng-indah-kan satu sama lain, sekaligus melincahkan. Keduanya menjadikan Bahasa Indonesia makin penuh warna dan energik, sehingga cepat berlari mengikuti arus zaman modern yang pesat.

Ada kalanya kata serapan lebih memiliki daya tarik. Contoh sederhana adalah judul tulisan ini Fleksibel, Bahasa Indonesia Potensial Mengglobal. Bandingkan jika semuanya kata asli, menjadi Luwes, Bahasa Indonesia Berpeluang Mendunia. Bagi pembaca, rasanya, judul pertama lebih enak.

Namun, pada lain waktu, justru kata asli Indonesia lebih tajam dan menggigit. Misalnya, ada artikel berjudul Kutahu yang Kurindu: Senyum Ibumu. Judul ini sulit digantikan kata serapan asing. Nuansa batin yang dikandungnya lebih terwakili dengan kata asli Indonesia. Lebih menyentuh kalbu.

Kefleksibelan Bahasa Indonesia sudah ada sejak lahir. Bahasa yang berasal dari Bahasa Melayu ini tak menutup diri, tapi bergaul dan berbaur cepat dengan Bahasa Sanskerta, Arab, Belanda, Cina, dan lainnya. Terus diperkaya oleh bahasa daerah seluruh Indonesia. Sekarang bahasa kita ini terasa modern.

Keluwesan dan kemodernan makin terasa kental jika orang membaca karya sastra atau artikel pada masa awal kemerdekaan, tahun 1970-an, era 1990-an, dan zaman milenium sekarang. Mereka dapat membandingkan betapa bahasa kita ini berkembang sangat dinamis dan atraktif.

Pengguna Bahasa Indonesia juga kreatif. Kata asli Indonesia rundung, misalnya, dulu hanya digunakan sebagai kata majemuk dirundung malang. Dengan turunnya tangan kreatif, sekarang kata ini lebih bebas dan variatif, muncullah kata dirundung, merundung,perundungan. Kemudian, kata unduh,unggah,dan pindai  yang dulu nyaris tak terdengar, sekarang malah muncul sangat produktif mengikuti era komputerisasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun