Mohon tunggu...
Bimo Tri Utomo
Bimo Tri Utomo Mohon Tunggu... Novelis - Pencinta sunyi

Penulis yang lebih suka dengan ketenangan ketimbang perdebatan

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Isi Dompet Aman Saat Pandemi Bukanlah Hoaks

12 April 2020   19:00 Diperbarui: 12 April 2020   18:59 213
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Ya Tuhan, mau makan apa aku ini kalau nanti di PHK ?" Itulah kata sebagian karyawan yang terkena dampak pemutusan hubungan kerja akibat pandemi di Indonesia. Semua bersusah hati, tidak hanya ribuan. Bahkan ratusan ribu, semua berteriak sama.

Manusia benar-benar dibuat linglung, tidak tahu arah. Kemana mereka bakal menyandarkan harapan, ditambah angsuran rumah, kendaraan dan wajan di dapur yang ternyata juga masih belum lunas.

Ibu Menteri Keuangan, Sri Mulyani pun juga pernah bilang, kasus Pandemi ini lebih mengerikan ketimbang Krisis pada tahun 2008 dan 2019 lalu. Ah, rasanya semakin putus asa.

Tapi sebagai manusia yang dilahirkan dari tanah Indonesia, saya dan kamu tidak boleh angkat tangan bubar jalan. Selama janur kuning belum melengkung eh maksudnya, selama Matahari masih terbit dari Timur maka semangat pantang menyerah tetap harus dikobarkan. Dan kali ini, saya memiliki 5 cara untuk menanggulangi krisis isi dompet selama wabah Corona.

Cara Pertama, Tidak Panik

Tidak Panik adalah langkah awal, dalam beberapa kasus krisis seperti sekarang ini, kepanikan jiwa manusia adalah musuh nyata. Saya dan kamu, mungkin memiliki kewajaran jika ada rasa panik, tapi tidak berarti mendewakan kepanikan.

Untuk pencinta film, pasti pernah melihat adegan James Bond yang tetap cool meskipun hampir mati, kuncinya adalah tidak perlu panik. Dengan memborong semua barang lalu kita beli untuk persiapan PSBB dan istilah lainnya yang berkembang saat ini.

Ketika kita membeli banyak barang, padahal sebetulnya tidak dibutuhkan. Akan ada dua akibat yang ditimbulkan, pertama adalah harga bakal naik secara drastis karena stok di pasar mulai habis.

Dan yang Kedua adalah menghabiskan isi dompet yang sebetulnya bisa digunakan untuk hal manfaat lainnya. Seperti bersedekah misalnya ? Semakin besar sedekah, semakin besar pula apa yang didapat. Begitu kan rumus dari sedekah ?.

Cara Kedua, Hemat

Setelah bisa menghentikan kepanikan, langkah berikutnya adalah hemat. Untuk yang terkena secara langsung seperti PHK/gaji dipotong/pendapatan turun drastis. Maka kita harus hidup lebih hemat, berpuasa adalah kuncinya. Hitung-hitung persiapan sebelum menyambut Ramadhan.

Karena sejatinya, nafsu terbesar dalam diri kita lebih berbahaya ketimbang setan yang bekerja siang-malam menggoda diri ini. Setan hanya membuat kita membuang uang untuk membeli barang satu yang tidak manfaat, namun kalau  nafsu sudah ikut campur, jangankan satu barang. Satu toko pun diborong.

Cara Ketiga, Mencari Bisnis Sampingan

Pandemi mematikan beberapa sektor bisnis, namun juga menumbuhkan beberapa sektor bisnis lainnya. Semisal, jual masker. Dulu siapa yang mau menginvestasikan uangnya demi sebuah masker ? Hand Sanitizer ? Atau bahkan cuma vitamin C yang bahkan kalah dengan  kental manis yang dilabeli Susu.

Ini mengindikasikan, bahwa ada bisnis yang tenggelam. Tapi ada juga bisnis yang naik, tergantung personalnya. Apakah mereka lihai membaca peluang atau tidak.

Cara Keempat, Membuang Beban yang Tak Penting

sylvanu5.wordpress.com
sylvanu5.wordpress.com

Banyak beban yang dibuat oleh manusia itu sendiri, seperti menumpuk kendaraan padahal rumah saja masih kontrak, rokok sehari tiga bungkus padahal buat beli nasi uduk saja masih kasbon sama si penjual.

Lepaskan itu semua, tidak bisa naik motor. Ya sepedaan, lebih sehat dan hemat. Beban inilah yang seringkali menjadi pikiran teramat berat bagi mereka yang terkena PHK, coba tanya saja.

Pasti mereka bakal cerita soal angsurannya yang masih menumpuk. Lepaskan saja, buat diri ini enjoy. Hidup tanpa hutang, saya sedikit miris dengan persepsi orang jaman sekarang yang melupakan satu pilar orang jaman dulu, yakni menabung.

Untuk membeli barang, jaman dulu harus nabung terlebih dahulu. Sekarang, dikala sistem kredit seperti sebuah surga yang semu. Menabung seperti terlupakan, wajar kalau dulu Warkop DKI pernah membuat film berjudul 'Setan Kredit'.

Cara Kelima, Berdoa Dan Tawakal

Ada banyak cara manusia, namun tidak bakal bisa menandingi satu cara Tuhan membuat manusia bahagia. Kesombongan adalah pembatas antara Tuhan dan manusia.

Jubah sombong hanya milik Tuhan, maka berdoalah. Dalam kondisi seperti ini, kata Gus Mus, manusia bakal lebih dekat dengan Tuhan. Memahami arti dekat dengan Tuhan, bukan dengan cara teriak-teriak, namun ketenangan diruang sepi. Hanya ada hamba dan Tuhan.

Pandemi Covid-19 adalah sebuah peringatan, atas kesombongan manusia kata Bimbo dalam lirik lagu barunya yang dipelintirkan seakan-akan Bimbo adalah ahli peramal karena sudah 30 tahun lalu membuat lagu berjudul Corona. Padahal semua itu hoax.

Ya, kesombongan, keangkuhan, mengedepankan permusuhan, tidak mau instropeksi. Dengan situasi seperti ini, kita diajak Tuhan dengan caranya untuk menikmati rasa Syukur dengan apa yang telah diberikan. Tak peduli berapa kekayaanmu, ketika kamu terkena Corona. Saya jamin tidak ada yang mau mendekatimu.

Ketika kita hidup di zaman dimana kentut derajatnya lebih tinggi daripada batuk menurut Fico, maka dengan cara yang telah saya paparkan diatas. Setidaknya bisa menjadi solusi untuk menjaga stabilitas isi dompet dikala pandemi menyerang, dan semoga bisa membuat kita lebih dewasa dalam mengelola keuangan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun