Hari ini 13 Desember 2015, Pemerintah melalui Kementerian Kelautan dan Perikanan, Dewan Kelautan Indonesia, dan Kementerian ESDM menyelenggarakan Peringatan Hari Nusantara Ke-15 Tahun 2015. Hari Nusantara merupakan penegasan dan pengingat bahwa Indonesia merupakan Negara Kepulauan terbesar di dunia yang ditaburi oleh pulau-pulau yang indah, yang memiliki keberagaman budaya, adat istiadat, serta potensi ekonomi yang dapat digali secara maksimal, Pemerintah dan rakyat Indonesia harus paham bahwa Indonesia memiliki jati diri sebagai bangsa maritim dan negara kepulauan terbesar di dunia. Peringatan ini akan menjadi pendorong dan semangat baru bagi pemerintah dan segenap komponen masyarakat untuk menjadikan pembangunan kelautan sebagai pengarustama (mainstream) pembangunan nasional dan menciptakan sinergitas pembangunan di kawasan timur dan barat Indonesia.
Kemenangan Presiden Joko Widodo dan Jusuf Kalla pada pesta demokrasi 2015 lalu, mungkin adalah buah hadiah dari bahari Indonesia yang luar biasa tak tertandingi kemegahannya, seperti kita ketahui Jokowi-Jk mempopulerkan komoditas kampanye mereka yang cukup menarik yaitu menjadikan Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia. Mereka memprioritaskan pengembangan infrastruktur dan konektivitas maritim dengan konsep tol laut, pembangunan deep seaport, kelancaran logistik nasional, pengembangan industri perkapalan, maupun pariwisata maritim. Tentunya ini semua dapat terlaksana jika kita semua juga masyarakat mendukungnya. Hal itu memerlukan energi ekstra, kerja keras, dan komitmen semua pemangku kepentingan yang terlibat utamanya pemerintah dan masyarakat, terkhusus lagi masyarakat pesisir yang terkesan masih sebagai masyarakat marjinal.
Jokowi-Jk dapat dikatakan adalah sebagai future leader karena merekalah pemimpin negara kita yang pertama kali menyadarkan kita bahwa laut adalah sumber kekuatan Indonesia di mata dunia. Bahari merupakan identitas kita. Hal ini dibuktikan dengan jumlah pulau kita yang tersebar diseluruh wilayah NKRI berjumlah 17.500 pulau dengan 2,7 juta km persegi adalah lautan, dan berada di antara dua samudra dan dua benua.
Indonesia selama ini dalam mengelola Negara-nya yang sudah 70 tahun merdeka, terdapat kesan bahwa kita lebih banyak belajar kepada darat dibandingkan dengan laut. Budaya yang terbentuk pun adalah budaya daratan atau sebagian kalangan menyebutnya sebagai budaya pedalaman. Misalnya saja, pemerintah menyatakan kehadiran dirinya sebagai pengayom masyarakat, seperti makna simbol beringin yang meneduhkan dan menenangkan, sosok pohon yang rimbun daunnya, kokoh batangnya, dan sejuk naungannya. Inilah birokrasi yang kita rasakan budaya yang kuat paternalistik, hierarkis, dan top down.
Di abad 21 yang telah kita lalui beberapa dekade, membawa sebuah tantangan yang berat yaitu globalisasi dan teknologi. Peradaban baru ini mempertajam konflik dan persaingan antar kekuatan politik dan ekonomi. Maka dipandang perlu menerapkan budaya yang dipandang tepat appropriate untuk diterapkan demi mendukung kepemimpinan Jokowi-Jk yaitu kepemimpinan bahari Indonesia.
Selain Jokowi, Jk juga merupakan putra Makassar adalah memang pantas disebut sebagai pemimpin maritim, karena darah yang mengalir di dalam dirinya merupakan darah pesisir yang kental sebagai orang laut yang disajikan dengan kesan awak kapal, nelayan, dan pedagang ekonomi. Kepemimpinan bahariJokowi-Jk memang tidak bisa diragukan , dengan menunjuk Rizal Ramli sebagai Menko Maritim adalah dianggap sebagai sosok yang mampu membawa perubahan di negara ini. Memilih Susi Pudjiastuti juga sebagai Menteri Kelautan dan Perikanan adalah langkah berani dalam kepemimpinan Jokowi-Jk di dalam pemerintahannya. Susi yang giat di dalam bisnis laut dan udaranya dianggap cocok diposisikan sebagai barisan depan kepemimpinan bahari Jokowi-Jk sisa 4 tahun kedepan. Baru seumur jagung mengemban jabatan startegis Susi berani membawa misi ❝Kekayaan Energi dan Sumber Daya Mineral untuk Pembangunan Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia Guna Mewujudkan Kejayaan dan Kemakmuran Bangsa❞ sebagai slogan Peringatan Hari Nusantara Ke-15 yang diselenggarakan di Pelabuhan Perikanan Samudra Lampulo Provinsi Aceh.
Sejarah menunjukan bahwa bangsa-bangsa yang memiliki tradisi bahari dan memang pernah jaya di laut, meninggalkan warisan yang mengandung nilai spiritual, sosial, mitologi, legenda, hingga pamali dan pantangan. Inggris pernah menguasai samudra dengan semboyan Britain Rules The Waves. Kedepan giliran kita Indonesia harus mampu menjawab tantangan Sebagai poros maritim dunia.
Semangat kepemimpinan bahari dapat tercermin dari nilai-nilai kepribadian laut itu sendiri. Di tengah laut sebuah kapal harus benar -benar mandiri, tidak bisa seperti di darat yang masih bisa menghindari konflik atau ancaman, bersembunyi atau berdiam, mengulur atau menunda, orang laut tidak bisa menghindar dari badai dan topan melainkan menghadapi dan menaklukannya dengan sekuat tenaga. Orang laut harus pandai membaca tanda tanda, dan arif mendengar bisikan -bisikan di sela-sela deru badai dan gelombang. Memang budaya mendengar adalah budaya laut, bukan budaya darat yang ramai berbicara.