Mohon tunggu...
Beggysme Bertutur
Beggysme Bertutur Mohon Tunggu... -

pecinta Buku, penikmat Sepakbola, perancang Grafis, pelajar selamanya\r\n\r\nwww.beggysme.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Wanita dalam Islam

1 Juni 2012   09:50 Diperbarui: 25 Juni 2015   04:31 1752
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“…..Wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya, maka nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka. Kemudian jika mereka mentaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar.” (QS An Nisa : 34)

Sebenrnya ayat ini tidak bermula dari hal nusyuz saja. Awal ayat ini berbicara mengenai hak dan kewajiban pria, lalu membicarakan mengenai wanita (istri) yang shalehah.Lalu kemudia berbicara mengenai istri yang durhaka (Nusyuz). Nusyuz sendiri dapat diartikan tidak mau menuruti perintah suaminya (dalam hal ini menjalankan tanggung jawab berumah tangga). (7)

Dalam hidup ini, tak bisa kita pungkiri, sebagaimana pria,ada pula wanita yang keras kepala. Sebagaimana pria, ada juga wanita yang tak tahu diri. Ayat ini menjadi panduan bagi suami bagaimana mengajari istrinya yang tak mau menuruti tadi. Ada tiga tahapan yang harus di ikuti, yaitu; mengajari mereka, lalu memisahkan mereka pada tempat tidur; baru kemudian memukul mereka. Tiga tahap ini justru menjadi rambu-rambu bagi pria untuk tidak berbuat seenaknya dalam membimbing. Wanita umumnya berperasaan halus, diajari baik-baik langsung mengerti. Berikutnya ada juga yang akhirnya sadar setelah dipisah tidurnya. Tetapi yang berikutnya, jika yang dua tadi sudah dilakukan, dan belum menerima juga, maka baru ada yang mengerti jika sudah dipukul. Sependapatkah kita jika disebut, selain wanita yang terpelajar, yang mudah diajak bicara baik-baik, ada juga wanita yang kurang wawasan, tidak bisa diajak berdiskusi, keras kepala? Bahwa yang diatur Islam itu seluruh macam manusia dengan berbagai tabiatnya? Kadang-kadang, ada wanita yang khilaf dia adalah seorang istri yang juga memiliki kewajiban. Kewajibannya tidak dijalankannya. Maka justru pria (suami) yang baik ialah justru yang masih mau menyadarkan istrinya.

Dibolehkannya memukul dalam Islam ini, hendaknya kita lihat sebagai suatu tuntunan, bukan penindasan. Ibarat undang-undang, maka memukul termasuk undang-undang yang paling berat hukumannya. Dan memukul istri dalam Islam pun ada aturannya. Memukul tidak boleh sampai melukai. Memukul juga tidak boleh diwajah dan kepala. Tidak boleh menimbulkan bekas. Tidak boleh dipukul satu tempat yang sama. (8) Lantas jika sudah begini, memukul macam apalagi yang akan dilakukan? Sejujurnya  sulit sekali untuk memukul tanpa meninggalkan bekas dan melukai. Saat kita akan memukul, jika tidak boleh melukai dan meninggalkan bekas, pasti secara tak sadar yang dilayangkan adalah pukulan yang tak bertenaga.  Terbayang oleh kita memukul seperti ini semacam memukul untuk mendidik anak-anak kita. Pukulan yang ditimbulkan oleh rasa sayang untuk mendidik.  Terkadang anak-anak pun kita sentil atau ‘pukul’ hanya untuk mengingatkan. Jika sudah seperti ini apakah kita masih berpendapat Islam adalah agama yang mengajarkan kekerasan dalam rumah tangga? Padahal Nabi Muhammad SAW sudah berpesan,

"Kenapa salah seorang dari kalian memukul isterinya sebagaimana memukul kudanya atau budaknya, semoga saja ia dapat memeluk isterinya…" (Hadis Shahih Bukhari No. 5582)

"Janganlah salah seorang dari kalian memukul isterinya, seperti ia memukul seorang budak, namun saat hari memasuki waktu senja ia pun menggaulinya." (Hadis Shahih riwayat Bukhari no. 4805)

Tidaklah seorang suami yang baik membiasakan memukul istrinya, memperlakukan istrinya dengan tidak baik, padahal Rasulullah SAW tidak pernah memukul wanita  seumur hidupnya (9), artinya tidaklah pernah sampai  beliau menggunakan ‘hak memukul’ tersebut untuk mendidik istri-istrinya. Malah beliau berpesan untuk memperlakukan istrinya dengan baik,

"Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya. Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik terhadap para istrinya." (Hadis riwayat Sunan Tirmidzi No. 1082)

Banyak hal lain yang mungkin belum kita pahami perihal tuntunan Islam mengenai wanita. Namun hal itu dapat kita pelajari satu persatu. Kunci memahaminya adalah, apapun ketentuan Allah itu pasti baik, dan kita harus memulainya dengan berbaik sangka  kepada Allah dan Nabi Muhammad SAW, bahwa Islam tidak akan mendiskriminasikan wanita. Dan dalam melihat hal yang ada haruslah melihat secara menyeluruh memakai kacamata Islam (Islamic worldview), dan dalam Islam aspeknya tidak hanya pertimbangan ganjaran dunia namun juga akhirat. Allah memandang sejajar pria dan wanita, menciptakannya dengan kondisi emosional dan psikologis yang berbeda-beda dengan keunggulan masing-masing,  namun memiliki hak dan kewajiban yang berbeda untuk saling melengkapi. Sejak awal pandangan Islam justru memuliakan wanita, berbeda dengan kondisi di Eropa. Bahkan hingga masa pencerahan revolusi Perancis, hak kewarganegaraan Perancis pasca Revolusi Perancis 1789, ditenggarai gagal memberikan status yang sah terhadap perempuan. Sehingga tahun 1791, Olympe de Gouges, mempublikasikan Declaration of The Rights of Women and of the (Female) Citizen, yang mendeklarasikan wanita tidak hanya sejajar dengan pria namun juga partner bagi mereka.(9) Islam bahkan mendengarkan suara-suara kaum wanita. Bukan hal aneh Rasulullah menerima berbagai pertanyaan dan pengaduan dari kaum wanita. (10) Suatu hak yang tidak didapat kaum wanita di Amerika hingga 1832, saat wanita masih belum diakui memberikan suaranya.(11) Islam juga mengakui kepemilikan harta milik wanita, bahkan ketika mereka sudah menikah sejak 1400 tahun yang lalu. Suatu hak yang tidak didapatkan wanita di Inggris hingga 200 tahun yang lalu. (12) Hak lain yang didapat wanita diantaranya adalah hak untuk menyetujui calon suami pilihannya, baik ketika masih gadis ataupun janda. (13) Akses terhadap ilmu adalah akses yang diberikan kepada wanita sejak 1400 tahun yang lalu. Kaum wanita terbiasa untuk mendiskusikan berbagai masalah kepada istri Rasulullah SAW, Aisyah RA. Bahkan Aisyah dikenal dalam tradisi keilmuan Islam sebagai salah satu periwayat hadis. Sehingga Islama memberikan ganjaran surga bagi penuntut ilmu, pria ataupun wanita.(14) Lantas dari kenyataan-kenyataan tadi masihkah kita menggugat Islam sebagai agama yang mendiskriminasikan wanita? Jika memang Islam mendiskriminasikan wanita, tentu Rasulullah tidak akan menyuruh kita berbakti pada Ibu (yang tentunya seorang wanita) tiga kali melebihi ayah (yang pasti seorang pria),

“Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling berhak aku berbakti kepadanya?" beliau menjawab: "Ibumu." Dia bertanya lagi; "Kemudian siapa?" beliau menjawab: "Ibumu." Dia bertanya lagi; "kemudian siapa lagi?" beliau menjawab: "Ibumu." Dia bertanya lagi; "Kemudian siapa?" dia menjawab: "Kemudian ayahmu." (Hadis Shahi hriwayat Bukhari no.5514)

Wallahualam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun