Mohon tunggu...
BEATRIKS JELIMIN
BEATRIKS JELIMIN Mohon Tunggu... Guru - Guru

Travelling, Reading and writing

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Waerebo, Surga di Atas Awan

12 Maret 2023   22:09 Diperbarui: 12 Maret 2023   23:28 339
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mari, kita kembali diajak untuk mencari tau lebih dalam tentang judul tulisan ini.  Apakah selanjutnya bahwa memang surga itu diatas awan? 

Penulis, ingin memantik kita semua untuk sama-sama mencari dan mengikis lebih jauh tentang sebuah keistimewaan ciptaan yang kemudian akan kita sebut sebagai "Surga diatas Awan".  

Sebuah ciptaan di manapun ia melata diatas bibir bumi ini ialah yang terbaik dan istimewa dari cara pandang Pencipta. Tidak mungkin sesuatu dibuat dan diciptakan tanpa alasan, bahwa sebuah akibat itu ada karena sebab-sebab tertentu yang menyertainya. Lalu, bagaimana kemudian kita menjawabi judul tulisan ini?

Yukkkkk....kita telusuri.

Adalah namanya WAEREBO. Sebuah kampung kecil yang ada di wilayah kabupaten Manggarai-Flores-NTT. WAEREBO merupakan sebuah kampung adat tradisional yang sudah ada sekitar ratusan tahun yang lalu. Kampung adat tradisional ini merupakan ikon yang sangat fundamental dari salah satu suku yang mendiami pulau Flores yaitu  suku Manggarai. Namanya kampung WAEREBO yang hingga kini masih ada dengan segala filosofi dan nilai-nilai budaya Manggarai yang original . 

         Sejarah Singkat....

Menurut legenda masyarakat yang mendiami kampung waerebo, pada awalnya nenek moyang mereka berasal dari Minangkabau. Namanya Maro yang dalam bahasa lokal disebut sebagai Empo Maro. 

Empo Maro berlayar dari pulau Sumatera (Minangkabau) menuju Labuan bajo. Ekspedisi yang dilakukan oleh Empo Maro waktu itu bukan tanpa alasan karena Maro atau Empo Maro selalu difitnah bahkan hingga direncanakan untuk dibunuh oleh sesamanya di Minangkabau. 

Melihat keadaan ini Empo Maro tidak tinggal diam  dan segera menyiapkan segala sesuatunya hingga kapal layar sebagai tumpangannya menuju pulau Flores. Sebelum tiba di pulau Flores, Empo maro merantau ke beberapa tempat bahkan ia pernah singgah untuk beberapa waktu di Gowa -Sulawesi. 

Saat perpindahannya Empo Maro menemukan seorang Gadis cantik yang kemudian diperistrinya dan bersamanya pula sang istri mengikuti perjalanan selanjutnya bersama Empo maro. Pada suatu malam dalam perjalanan Empo maro bermimpi didatangi oleh seorang petua yang mengajaknya untuk tinggal disebuah pegunungan kecil "Waerebo".  

Empo maro kemudian mengikuti ajakan sang petua yang ia jumpai dalam mimpinya. Sesaat setelah ia bangun dari tidurnya Empo Maro langsung mengajak sang istri untuk mencari tempat atau kampung Waerebo yang ia dapati dari mimpinya. 

Setelah beberapa lama mereka mencari kampung waerebo Iapun mengajak sang istri untuk menetap disana. Inilah kisah awal yang mungkin belum terlalu lengkap diceritakan dalam tulisan ini namun gambaran umum dari sejarah awal mulanya telah terpapar. 

Hari berganti hari, tahunpun berganti dan kian berlalu bersama zaman dan segala kisah yang mengikutinya kampung kumuh ini kian bersinar bersama waktu, perlahan ia seolah menampilkan diri ditengah rimbunnya dedaunan pohon yang pekat menyelimutinya. 

Secara verbal kecantikan dan keindahannya juga seolah menjadi buah bibir orang karena tak sanggup menetap betapa cantik dan moleknya kampung kecil itu yang bernama WAEREBO. 

Ditengah maraknya sistem digitalisasi yang berkembang pada saat itu pulalah berbagai pihak mencoba mempublikasikan keberadaan kampung waerebo ini sekaligus menoreh pesan ajakan untuk sekiranya insan yang lain boleh datang, melihat dan berkunjung serta meniti secara kasat mata sudut-sudut kemolekannya. 

Bagi sebagian orang hal itu kemudian terlihat biasa saja namun bagi mereka yang suka  bepergian melihat gambar dan rupa waerebo kemudian menjadi sosok dan momok yang harus menjadi bagian utama dari diary perjalanan mereka.  

Waktu demi waktu berlalu sudah tak terhitung lagi jumlah pengunjung yang datang kesana baik lokal, domestik hingga mancanegara. kondisi ini yang membuat eksistensi dari kampung adat tradisional waerebo ini kian dikenal dunia dan tak satupun yang berani menyangkal tentang keindahannya.

        

         Sederet catatan prestasi....

Tepat pada bulan Agustus tahun 2012 UNESCO menyatakan kampung Waerebo sebagai salah satu situs budaya warisan dunia hingga menyisihkan 42 negara lainnya. 

Pada tanggal 10 Desember 2021 (sindonews.com)  kampung waerebo meraih penghargaan Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) kategori Desa Wisata Daya Tarik wisata. Juga Pada tanggal 8 Februari 2023 (kompas.com) kampung waerebo kembali menoreh sejarah yang luar biasa pada even ASEAN Tourism Forum dan keluar sebagai pemenang. 

Tentu ini merupakan kebanggaan yang tiada Tara dan sekaligus membuktikan betapa kampung adat waerebo ini merupakan satu destinasi super prioritas yang harus menjadi bagian dari rencana liburan kalian. Bentuknya yang menyerupai bentuk kerucut, alamnya yang sangat asri serta keberadaan kampung waerebo yang berada diatas puncak bukit , serta keindahan, kecantikan, serta kemolekannya yang tak tertandingi adalah rupa yang tersembunyi layaknya "Surga diatas awan'.

        kampung waerebo....

Sesungguhnya, terdapat 7 buah rumah adat yang ada di Kampung waerebo. Salah satu rumah adat yang berbentuk kerucut itu adalah rumah besar atau dalam bahasa lokal setempat disebut 'Niang'. 

Didepan rumah besar (Niang) terdapat sebuah altar yang dalam bahasa lokal disebut (compang). Altar ( compang) ini berfungsi sebagai tempat persembahan sesajian (offering) kepada arwah nenek moyang atau leluhur yang telah meninggal dunia. Sebagai masyarakat yang menjunjung tinggi nilai budaya konteks kepercayaan animisme dan dinamisme masih hidup ditengah peradaban masyarakat moderen. Hal ini tidak kemudian menafikan Agama sebagai sumber atau pilah pertama dan utama dari kehidupan masyarakat lokal dikampung waerebo khususnya Manggarai pada umumnya. Warga kampung tentunya mendiami wilayah kecil ini. Disekitar ketujuh rumah adat ini terdapat beberapa rumah warga yang bermukim disana. 

Masyarakat yang mendiami wilayah waerebo adalah masyarakat lokal asli yang merupakan generasi yang lain dari keturunan Empo Maro.

Nama waerebo sendiri berarti air.  Sebagian besar masyarakat disini bermatapencaharian sebagai petani ladang dan sawah. Hal itu terbukti diskitar pemukiman warga tumbuh bebagai jenis tanaman konsumsi, seperti sayur-sayuran dan juga satu jenis tumbuhan kopi arabica yang kemudian akan menjadi hidangan terhangat bagi para pengunjung.

      Bagaimana bisa pergi ke waerebo?

Pertanyaan ini cukup penting bagi penulis, walaupun hanya sebagian besar akan diinformasikan dalam tulisan ini. Semua jenis penerbangan akan terpusat di Labuan Bajo sebagai gerbang utama. Dari labuan bajo kalian akan mengikuti perjalan darat kurang lebih 6 jam  .

Kalian akan tiba disebuah kampung kecil namanya Denge sebagai tempat awal bagi kalian untuk memulai pendakian menuju puncak kampung adat waerebo. Untuk bisa sampai ke puncak waerebo kalian akan berjalan dalam pendakian menyusuri hutan yang kaya akan udara segar (fresh air) . Jarak tempuh pendakian tersebut kurang lebih 6km dan akan menghabiskan waktu 2 jam.  

      Jangan nyerah dulu donk!!!

Penulis pastikan, sepanjang perjalanan menuju puncak waerebo  kalian akan disuguhkan dengan berbagai tontonan alam yang menakjubkan juga akan diiringi oleh suara-suara burung yang berkicau riang seolah menyambutmu dengan penuh sukacita. Untuk sampai pada titik impian memang harus membutuhkan pengorbanan. 

Hal-hal apa saja yang menjadi bagian dari prosesnya adalah bagian dari pojok cerita. Pahit dan manis  adalah keniscayaan. Yakinlah, ketika perjalan itu melelahkan namun kita terus berjalan dalam kesabaran, senyum dan tawa akhirnya kita pun akan sampai pada titik puncak impian kita. Begitu pulalah kira-kira narasi singkat tentang perjalanan ke puncak kampung adat waerebo.     

           Akhirnya, izinkan penulis mengakhiri tulisan ini dengan kalimat berikut:

"Tebarkan jalamu sejauh mungkin maka, ikan emaspun mungkin kau tangkap. Berpetualanglah sejauh mungkin hingga surga diary perjalananmu mungkin kau temukan.

Semoga bermanfaat,Wasalam!!!

Note:

1. Yang berencana ke waerebo bisa langsung searching di google dan temukan berbagai travel agent lokal sebagai penyedia jasa.

2. Semua travel agent yang ada di Flores, labuan bajo khusunya sudah sangat berpengalam dibidangnya. Atau,

3. Penulis juga telah berpengalaman hampir 6 tahun dibidang pariwisata labuan bajo-flores-NTT. Dan Waerebo telah penulis jajaki hampir 12 kali.

Cp: +6281314005795

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun