Tidak hanya kelebihan saja, saya juga menemukan kelemahan dari film ini yaitu terdapat penggunaan kata kasar seperti kata "asu" yang tidak disensor dan kata sensitif yang dapat menyinggung pihak tertentu seperti "sipit lo". Selain itu, menurut saya pribadi alur cerita film cukup membosankan di awal-awal dan cukup mudah ditebak. Ada juga adegan yang mengundang kontroversi, contohnya pada saat adegan anggota Banser yang diberi bayaran untuk melakukan tugas amal dibantah oleh kelompok Islam konservatif FrontÂ
Pembela Islam karena menurut mereka hal tersebut tidaklah benar. Lalu ada juga adegan yang menurut saya agak terlalu berlebihan dan membuat gereget yaitu saat Soleh menyelamatkan orang gereja dengan menyingkirkan bom yang terdapat di bawah bangku gereja. Ia bisa saja membuang atau melempar bom tersebut sehingga ia tidak akan menjadi korban nyawa namun ia malah memegang bom tersebut.
Saya merekomendasikan film ini kepada orang-orang yang kurang memiliki toleransi terhadap perbedaan terutama berkaitan dengan agama.Â
Saya tidak menyarankan film ini ditonton oleh anak-anak karena mengandung konten sensitif yang dapat menimbulkan kesalahpahaman. Â
Saya menilai film ini 7/10 karena menurut sudut pandang saya, film ini memiliki makna yang bagus namun cara penyampaiannya mungkin masih agak kurang mendukung. Kesimpulannya adalah film ini mengajarkan tentang pentingnya saling menghargai antar masyarakat terlebih di Indonesia yang memiliki keberagaman etnis, suku, dan budaya yang menyebabkan banyaknya perbedaan antara kita. Namun, kita harus ingat lagi semboyan negara kita yaitu "Bhineka Tunggal Ika" yang artinya berbeda-beda tetapi satu jua.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H