Globalisasi pada saat ini sudah berkembang sangat pesat. Hampir pada seluruh bagian didunia terkoneksi satu dengan yang lain. Globalisasi ini tidak hanya mempengaruhi pada aspek teknologi dan informasi, tetapi juga mempengaruhi aspek yang lain dalam kehidupan seperti contohnya adalah aspek ekonomi perdagangan.Â
Perkembangan globalisasi ini tidak semata-mata baik, namun juga memunculkan berbagai macam tantangan. Daya saing merupakan tantangan terbesar dalam era globalisasi ini.Â
Daya saing ini tidak hanya muncul dalam bentuk kuantitatif saja, namun juga dalam bentuk kualitas. Kualitas produk tersebut dapat diperoleh dengan berbagai macam percobaan, seperti menciptakan produk-produk baru yang inovatif serta berbeda dari wilayah lain. Tentunya dalam menciptakan produk yang inovatif tersebut, diperlukan pemikiran kreativitas yang tinggi pula. Dari hal tersebut lah, ekonomi kreatif menemukan eksistensinya dan berkembang.
Ekonomi kreatif sendiri sudah banyak dikembangkan di berbagai negara di dunia. Tentunya ekonomi kreatif ini memunculkan hasil-hasil yang positif, antara lain penyerapan tenaga kerja di wilayah tertentu, penambahan pendapat daerah tertentu, hingga munculnya citra wilayah pada tempat lain.Â
Citra wilayah ini muncul disaat suatu wilayah menjadi terkenal karena sudah berhasil membuat sebuah produk yang kreatif dan inovatif. Seperti contohnya Desa Wisata Nglanggeran yang saat ini menjadi salah satu desa wisata yang terkenal di Yogyakarta.
Departemen Perdagangan Republik Indonesia (2008) merumuskan ekonomi kreatif sebagai upaya pembangunan ekonomi secara berkelanjutan melalui kreativitas dengan iklim perekonomian yang berdaya saing dan memiliki cadangan sumber daya yang terbarukan.Â
Sedangkan definisi ekonomi kreatif disampaikan lebih jelas oleh UNDP (2008) yang merumuskan bahwa ekonomi kreatif merupakan bagian integratif dari pengetahuan yang bersifat inovatif, pemanfaatan teknologi secara kreatif, dan budaya.
Kegiatan di dalam aspek ekonomi kreatif dalam pariwisata sendiri sudah mencakup banyak sektor. Setidaknya ada 14 sektor yang dapat teridentifikasi ke dalam aspek ekonomi kreatif menurut Departemen Perdagangan, yaitu :
1. Periklanan
2. Arsitektur
3. Pasar barang seni
4. Kerajinan (handicraft)
5. Desain
6. Fashion
7. Film, video, dan fotografi
8. Permainan interaktif
9. Musik
10. Seni pertunjukan
11. Penerbitan dan percetakan
12. Layanan komputer dan piranti lunak
13. Radio dan televisi
14. Riset dan pengembangan
Bila kita analisis lebih mendalam, luas cakupan dari ekonomi kreatif di atas sebagian besar merupakan sektor ekonomi kecil menengah atau sektor ekonomi yang tidak memerlukan skala produksi yang besar. Dimana inti dari ekonomi kreatif sendiri adalah mampu untuk bersaing dengan produk lain menggunakan cara berfikir yang kreatif serta inovatif. Seperti contohnya adalah industri kreatif berupa distro kaos.Â
Dimana memang mereka dengan sengaja memproduksi desain produk dalam jumlah yang relatif sedikit sehingga memunculkan kesan eksklusifitas bagi para konsumen. Contoh lain adalah pasar barang seni, ada beberapa pasar produksi yang dengan sengaja meminimalisir untuk menambah jumlah jenis maupun jumlah produksi yang dikeluarkan hanya untuk membuat pasar tersebut terlihat eksklusif dan diminati oleh kalangan tertentu.
Meskipun industri kreatif sendiri tidak memproduksi produk dalam jumlah yang banyak, namun ternyata industri kreatif ini mampu memberikan kontribusi positif kepada perekonomian nasional. Oleh sebab itu pada tahun 2022 saat ini, menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif yaitu Sandiaga Uno sedang gencar-gencarnya mempromosikan maupun memperkenalkan pariwisata berbasis ekonomi kreatif kepada masyarakat Indonesia. Lalu melalui cara apa pariwisata bisa dikatakan berbasis ekonomi kreatif?
Sebuah destinasi wisata dapat dikatakan berbasis ekonomi kreatif jika di dalam pengelolaannya, destinasi tersebut telah menggunakan cara-cara yang kreatif serta inovatif dalam penjualan produk yang mereka miliki. Tidak lupa dengan melibatkan kelompok sadar wisata, kelompok pkk, maupun keluarga-keluarga yang ada disekitar destinasi tersebut. Melibatkan kelompok-kelompok tersebut tidak hanya menunjang destinasi wisata namun juga dapat menunjang perekonomian di wilayah sekitar destinasi tersebut.
Dalam pengembangan industri kreatif, kreativitas dapat membuat pengelola menjadi lebih inovatif terhadap produk wisata yang mereka miliki. Inovasi yang terbentuk sendiri tidak melulu pada barang yang dapat disentuh, melainkan juga kepada barang yang tidak dapat disentuh contohnya seperti pengalaman. Akhirnya muncul beberapa pemikiran bahwa dalam setiap destinasi wisata harus bisa mengembangkan wilayahnya dengan melibatkan wisatawan sebagai penggeraknya.Â
Contoh bentuk dari pengembangan ekonomi kreatif dalam pariwisata adalah dengan munculnya tren something to see, something to do, dan something to buy. Something to see, artinya adalah dimana wisatawan dapat melihat suatu destinasi hingga dapat melihat proses pembuatan produk yang dihasilkan. Something to do, artinya adalah dimana wisatawan tidak hanya melihat namun dapat terlibat langsung dalam atraksi yang ada seperti contoh wisatawan yang terlibat didalam pembuatan oleh-oleh. Something to buy, artinya adalah dimana wisatawan dapat membeli hasil produk yang telah mereka buat sendiri. Dengan adanya inovasi serta kreativitas dalam melaksanakan ketiga hal tersebut, dapat membuat sebuah destinasi menjadi unik dan berbeda dengan destinasi yang lain.
Namun semua hal tersebut tidaklah luput dengan yang namanya tantangan. Banyak tantangan yang muncul dalam pengembangan ekonomi kreatif sebagai penggerak sektor wisata. Beberapa contohnya adalah (1) perlu adanya konektivitas antara pengelola wisata dengan masyarakat sekitar tempat wisata, (2) kualitas produk yang dihasilkan, (3) pengaruh adanya digitalisasi dalam pengembangan ekonomi kreatif sektor pariwisata.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H