Bila kita analisis lebih mendalam, luas cakupan dari ekonomi kreatif di atas sebagian besar merupakan sektor ekonomi kecil menengah atau sektor ekonomi yang tidak memerlukan skala produksi yang besar. Dimana inti dari ekonomi kreatif sendiri adalah mampu untuk bersaing dengan produk lain menggunakan cara berfikir yang kreatif serta inovatif. Seperti contohnya adalah industri kreatif berupa distro kaos.Â
Dimana memang mereka dengan sengaja memproduksi desain produk dalam jumlah yang relatif sedikit sehingga memunculkan kesan eksklusifitas bagi para konsumen. Contoh lain adalah pasar barang seni, ada beberapa pasar produksi yang dengan sengaja meminimalisir untuk menambah jumlah jenis maupun jumlah produksi yang dikeluarkan hanya untuk membuat pasar tersebut terlihat eksklusif dan diminati oleh kalangan tertentu.
Meskipun industri kreatif sendiri tidak memproduksi produk dalam jumlah yang banyak, namun ternyata industri kreatif ini mampu memberikan kontribusi positif kepada perekonomian nasional. Oleh sebab itu pada tahun 2022 saat ini, menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif yaitu Sandiaga Uno sedang gencar-gencarnya mempromosikan maupun memperkenalkan pariwisata berbasis ekonomi kreatif kepada masyarakat Indonesia. Lalu melalui cara apa pariwisata bisa dikatakan berbasis ekonomi kreatif?
Sebuah destinasi wisata dapat dikatakan berbasis ekonomi kreatif jika di dalam pengelolaannya, destinasi tersebut telah menggunakan cara-cara yang kreatif serta inovatif dalam penjualan produk yang mereka miliki. Tidak lupa dengan melibatkan kelompok sadar wisata, kelompok pkk, maupun keluarga-keluarga yang ada disekitar destinasi tersebut. Melibatkan kelompok-kelompok tersebut tidak hanya menunjang destinasi wisata namun juga dapat menunjang perekonomian di wilayah sekitar destinasi tersebut.
Dalam pengembangan industri kreatif, kreativitas dapat membuat pengelola menjadi lebih inovatif terhadap produk wisata yang mereka miliki. Inovasi yang terbentuk sendiri tidak melulu pada barang yang dapat disentuh, melainkan juga kepada barang yang tidak dapat disentuh contohnya seperti pengalaman. Akhirnya muncul beberapa pemikiran bahwa dalam setiap destinasi wisata harus bisa mengembangkan wilayahnya dengan melibatkan wisatawan sebagai penggeraknya.Â
Contoh bentuk dari pengembangan ekonomi kreatif dalam pariwisata adalah dengan munculnya tren something to see, something to do, dan something to buy. Something to see, artinya adalah dimana wisatawan dapat melihat suatu destinasi hingga dapat melihat proses pembuatan produk yang dihasilkan. Something to do, artinya adalah dimana wisatawan tidak hanya melihat namun dapat terlibat langsung dalam atraksi yang ada seperti contoh wisatawan yang terlibat didalam pembuatan oleh-oleh. Something to buy, artinya adalah dimana wisatawan dapat membeli hasil produk yang telah mereka buat sendiri. Dengan adanya inovasi serta kreativitas dalam melaksanakan ketiga hal tersebut, dapat membuat sebuah destinasi menjadi unik dan berbeda dengan destinasi yang lain.
Namun semua hal tersebut tidaklah luput dengan yang namanya tantangan. Banyak tantangan yang muncul dalam pengembangan ekonomi kreatif sebagai penggerak sektor wisata. Beberapa contohnya adalah (1) perlu adanya konektivitas antara pengelola wisata dengan masyarakat sekitar tempat wisata, (2) kualitas produk yang dihasilkan, (3) pengaruh adanya digitalisasi dalam pengembangan ekonomi kreatif sektor pariwisata.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H