Sebelumnya saat pertama kali pergi ke tanah jawa untuk berkuliah, sampai di sini banyak orang tahu kalau Ambon itu pernah rusuh. Lalu mereka sering bertanya bagaimana rasanya hidup di tengah konflik seperti itu.
Bagi teman-teman yang pernah menanyakan hal tersebut, semua yang saya gambarkan sebagaian kecilnya tergambar di film ini. Bagaimana anak-anak seperti saya saat itu cukup menjadi korban hidup-hidup dari konflik waktu itu.
But Those day are over now..
At least masa kami berdamai dengan masa pahit itu, diceritakan sedikit melalui film ini. Buat saya yang adalah anak Maluku, film ini harusnya cukup menjadi cambuk agar tidak mengulang kesalahan yang sama, dan harus kembali ke masa pahit dimana yang satu hidup jadi terpisah. Film ini berteriak pada setiap hati yang pernah sakit di masa itu "sudah cukup perihnya!!" berteriak bagi yang dendam "sampai kapan kita harus begini?".
jangan sampai tersulut lagi, biar saja damai yang ada di hati.
Terlepas dari segala emosi yang sangat personal ini, film ini punya kualitas lain yang patut dipuji.
1. Soundtrack
Sudah terbayang kalau soundtracknya akan menjadi sebuah soundtrack yang epic dibawah pengawalan Glenn Fredly. Dengan bangga saya bisa bilang "ini music Maluku!"
2. Konflik cerita
Siapapun yang menulis skrip, saya suka cara dia mengemas konflik-konflik dalam cerita yang membuat semuanya bisa terkait satu sama lain dan membuat cerita menjadi solid tanpa celah.
3. Cinematographer
Adegan pertandingan sepakbola di saat turnamen di Jakarta memang tidak terkesan megah dan real seperti ada sebuah kompetisi besar, tapi pergerakan pemainnya memberikan kesan yang sangat epic, seolah-olah mereka adalah pemain professional dengan skill yang tinggi.