"Terimakasih... K-Kau harus lebih bahagia!" Aku mengangguk karena aku ingin cepat turun. Sudah tak ada lagi kata yang harus ku sampaikan. Aku kalah.
"Terimakasih doanya. Terimakasih sudah mau datang." Ucapan mempelai wanita yang sangat ramah sungguh membuatku tak bisa menahan senyum. Dia mungkin tak paham situasi diantara kita. Tapi aku mensyukuri itu. Dia gadis yang memang membuatku iri dengan posisinya saat ini. Namun aku senang bahwa seseorang yang aku kasihi akan hidup bersama perempuan baik sepertinya. Jauh sangat baik apabila dibandingkan aku ini.
"Semoga bahagia." Aku sungguh-sungguh dengan doa itu. Aku ingin mereka bahagia sepanjang hidupnya kelak.
Kakiku rasanya mendadak lemas bukan main. Beruntung Sam ada tepat dibelakangku hingga dia dengan cepat meraih lenganku. Tanpa berniat makan dahulu atau sekedar bertegur sapa dengan kawan lama. Aku dan Sam keluar begitu saja dan pergi.
Di sepanjang jalan aku hanya diam mengamati jalan dari jendela. Aku kehilangan selera berbicara dan Sam paham itu. Hingga kami berada di sebuah lapangan yang letaknya di tengah sawah. Aku tak mengerti mengapa Sam membawaku datang kemari, sampai akhirnya.
"Turun gih!" aku bingung tapi aku tak ingin bertanya. Maka aku hanya menurut saja.
Aku kesusahan melewati lapangan yang masih basah itu. Sam lalu membantuku menaiki bagian depan mobil jeep miliknya. Aku mengadahkan kepala, langit kembali jadi mendung. Lalu Sam yang tiba-tiba melepas sepatuku membuatku kaget.
"Mau ngapain?"
"Ck.. Udah biar kaki mu gak lecet." Aku segera melepasnya sendiri. Kemudian Sam meraihnya dan meletakkan sepatuku itu di dalam mobil.
Aku menikmati semilir angin dengan cuaca mendung. Memang awalnya tak apa. Lama-lama aku merasa seperti ada gemuruh dalam hatiku sendiri. Sam kembali duduk di sebelahku. Tak ada obrolan hanya sebuah lagu berjudul 'Pilu Membiru' milik Kunto Aji yang sengaja di putar Sam dari HP miliknya.
'Tak tergantikan walau kita tak lagi saling menyapa.'