Mohon tunggu...
B Budi Windarto
B Budi Windarto Mohon Tunggu... Guru - Pensiunan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Lahir di Klaten 24 Agustus 1955,.Tamat SD 1967.Tamat SMP1970.Tamat SPG 1973.Tamat Akademi 1977

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Akankah Ada Nikodemus-Nikodemus Masa Kini?

2 April 2022   09:31 Diperbarui: 2 April 2022   09:39 217
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Nikodemus yang telah berelasi personal dengan Yesus jadi kerasukan, mengandung, memuat dan berisi Yesus. Nikodemus, tidak dapat hanya diam membisu. Nikodemus tampil menimpali :"Apakah hukum Taurat kita menghukum seseorang, sebelum ia didengar dan sebelum orang mengetahui apa yang telah dibuat-Nya?"

Terjadilah adu argumentasi antara para ahli, para pakar Yahudi. Masing-masing mengemukakan  dalil-dalilnya. Pembelaan Nikodemus itu, mereka lawan "Apakah engkau juga orang Galilea? Selidikilah Kitab Suci dan engkau akan tahu bahwa tidak ada nabi yang datang dari Galilea.". Tidak ada titik temu.  Lalu mereka pulang, masing-masing ke rumahnya. Apa yang selanjutnya mereka kerjakan di rumah masing-masing?

Nabi Yeremia menubuatkan bahwa akan ada orang-orang atau golongan  yang mau melenyapkan Yesus Sang Anak Domba jinak.  "Tetapi aku dulu seperti anak domba jinak yang dibawa untuk disembelih, aku tidak tahu bahwa mereka mengadakan persepakatan jahat terhadap aku:"Marilah kita binasakan pohon ini dengan buah-buahnya! Marilah kita melenyapkannya dari negeri orang-orang yang hidup, sehingga namanya  tidak diingat orang lagi! (Yer 11:19). Akan ada orang-orang atau golongan yang membunuh Yesus, menghilangkan jejak-jejak-Nya. Membelokkan dan mengaburkan kehidupan-Nya agar orang tidak usah mencari jawab atas pertanyaan abadi kehidupannya. Berhasilkah?

Setiap dan semua manusia di segala zaman dan tempat akan selalu berhadapan dengan  pertanyaan abadi kehidupan siapakah Allah, siapakah sejatinya Yesus?

Orang banyak, rakyat jelata, umat jemaat, kaum awam, paria sudra pada menemukan jawaban. Dengan berani mereka menyatakan Yesus adalah nabi yang akan datang. Yesus adalah Mesias. Bahkan ada yang dimampukan menjawab Yesus adalah  Allah yang karena begitu besar kasih-Nya akan dunia, dengan kuasa-Nya tanpa batas telah mau menjadi manusia, bergaul dan menyapa manusia sebagai sahabat-sahabat-Nya dan memperkenankan makhluk-Nya memiliki kodrat ilahi-Nya.

Namun tidak demikian halnya dari orang-orang golongan papan atas. Tidak mudah dari antara para gembong, tokoh, pemuka, pemimpin, pentolan, pembesar, penguasa agama dan masyarakat. Mereka menutup diri, tidak sungguh merespon pertanyaan abadi itu. Bahkan mereka menutup-nutupi, menghalang-halangi liyan untuk datang kepada-Nya. Mereka pada ketakutan tak lagi punya massa dan pengaruh di masyarakat luas, bahkan banyak salib kehidupan yang akan dijumpaui dan dipikulnya ketika berani menjatuhkan pilihan eksistensialnya. Mereka tidak siap mental jadi kristiani.

Nikodemus menjadi teladan bagi siapapun yang sungguh-sungguh mau menjawab pertanyaan abadi kehidupan. Nikodemus terubahkan hidupnya oleh jawaban sejati yang didapatkan. Meski awal mulanya takut "konangan" ketahuan telah bersimpati dan mengikut Yesus, namun pada akhir hidup Yesus, di tiang salib kayu palang, Nikodemus berani mendeklarasikan diri, tampil memberi kesaksian. Sementara murid-murid-Nya pada lari tunggang langgang. Ketakutan. Terbukti pada tidak tahan uji.

Karena keterbukaan dan kerendahan hati, terlebih oleh penyelenggaraan ilahi, Nikodemus telah menemukan jawaban, siapakah sejatinya Yesus?

Akankah ada Nikodemus-nikodemus masa kini?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun