Mohon tunggu...
B Budi Windarto
B Budi Windarto Mohon Tunggu... Guru - Pensiunan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Lahir di Klaten 24 Agustus 1955,.Tamat SD 1967.Tamat SMP1970.Tamat SPG 1973.Tamat Akademi 1977

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Hati-Hati, Jangan Main Hakim Sendiri!

30 Maret 2022   14:17 Diperbarui: 30 Maret 2022   14:33 133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Bacaan  Rabu 30 Maret 2022

Yoh 5: 17 Tetapi Ia berkata kepada mereka: "Bapa-Ku bekerja sampai sekarang, maka Akupun bekerja juga." 18 Sebab itu orang-orang Yahudi lebih berusaha lagi untuk membunuh-Nya, bukan saja karena Ia meniadakan hari Sabat, tetapi juga karena Ia mengatakan bahwa Allah adalah Bapa-Nya sendiri dan dengan demikian menyamakan diri-Nya dengan Allah. 19 Maka Yesus menjawab mereka, kata-Nya: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya Anak tidak dapat mengerjakan sesuatu dari diri-Nya sendiri, jikalau tidak Ia melihat Bapa mengerjakannya; sebab apa yang dikerjakan Bapa, itu juga yang dikerjakan Anak. 20 Sebab Bapa mengasihi Anak dan Ia menunjukkan kepada-Nya segala sesuatu yang dikerjakan-Nya sendiri, bahkan Ia akan menunjukkan kepada-Nya pekerjaan-pekerjaan yang lebih besar lagi dari pada pekerjaan-pekerjaan itu, sehingga kamu menjadi heran. 21 Sebab sama seperti Bapa membangkitkan orang-orang mati dan menghidupkannya, demikian juga Anak menghidupkan barangsiapa yang dikehendaki-Nya. 22 Bapa tidak menghakimi siapapun, melainkan telah menyerahkan penghakiman itu seluruhnya kepada Anak, 23 supaya semua orang menghormati Anak sama seperti mereka menghormati Bapa. Barangsiapa tidak menghormati Anak, ia juga tidak menghormati Bapa, yang mengutus Dia. 24 Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa mendengar perkataan-Ku dan percaya kepada Dia yang mengutus Aku, ia mempunyai hidup yang kekal dan tidak turut dihukum, sebab ia sudah pindah dari dalam maut ke dalam hidup. 25 Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya saatnya akan tiba dan sudah tiba, bahwa orang-orang mati akan mendengar suara Anak Allah, dan mereka yang mendengarnya, akan hidup. 26 Sebab sama seperti Bapa mempunyai hidup dalam diri-Nya sendiri, demikian juga diberikan-Nya Anak mempunyai hidup dalam diri-Nya sendiri. 27 Dan Ia telah memberikan kuasa kepada-Nya untuk menghakimi, karena Ia adalah Anak Manusia. 28 Janganlah kamu heran akan hal itu, sebab saatnya akan tiba, bahwa semua orang yang di dalam kuburan akan mendengar suara-Nya, 29 dan mereka yang telah berbuat baik akan keluar dan bangkit untuk hidup yang kekal, tetapi mereka yang telah berbuat jahat akan bangkit untuk dihukum. 30 Aku tidak dapat berbuat apa-apa dari diri-Ku sendiri; Aku menghakimi sesuai dengan apa yang Aku dengar, dan penghakiman-Ku adil, sebab Aku tidak menuruti kehendak-Ku sendiri, melainkan kehendak Dia yang mengutus Aku.

Renungan

Wiyanto Halim, seorang kakek berusia 89 tahun, nyawanya melayang, Ia jadi korban keberingasan massa yang mengiranya seorang maling. Pada hari Minggu (23/1/2022) ia dipukuli hingga tewas di Cakung, Jakarta Timur (Kompas.com). Betapa tidak adilnya ketika yang bukan hakim pada main hakim sendiri.

 Bacaan Injil hari ini menarasikan kesaksian Yesus tentang diri-Nya.  Yesus dan Bapa adalah satu. Bagaimana Bapa, begitulah Yesus. "Bapa-Ku bekerja sampai sekarang, maka Akupun bekerja juga; apa yang dikerjakan Bapa, itu juga yang dikerjakan Anak; Bapa membangkitkan orang-orang mati dan menghidupkannya, demikian juga Anak menghidupkan barangsiapa yang dikehendaki-Nya; Bapa mempunyai hidup dalam diri-Nya sendiri, demikian juga diberikan-Nya Anak mempunyai hidup dalam diri-Nya sendiri; Aku tidak menuruti kehendak-Ku sendiri, melainkan kehendak Dia yang mengutus Aku."

Pengakuan Yesus menyekutukan diri dengan Allah itu membuat berang orang-orang Yahudi.  Sebab itu orang-orang Yahudi lebih berusaha lagi untuk membunuh-Nya. Baru saja Yesus dikaitkan dengan  peristiwa penyembuhan orang yang selama tiga puluh delapan tahun lumpuh. Si lumpuh mengangkat tilamnya, tindakan yang dilarang dilakukan pada hari Sabat. Yesus dituduh meniadakan hari Sabat. Dan kini lebih berat lagi kasus-Nya. Ia mengatakan bahwa Allah adalah Bapa-Nya. Dengan demikian Ia menyamakan diri-Nya dengan Allah. Ia menyetarakan diri-Nya dengan Allah. Ia menghujat Allah.

Orang-orang Yahudi, beristirahat pada hari Sabat. Orang tidak boleh bekerja. Sebab Allah sudah memberi teladan, beristirahat pada hari ketujuh. Allah berhenti dari pekerjaanNya. Yesus mewartakan bahwa sejatinya Allah tidak pernah berhenti dari pekerjaan pemeliharaan-Nya.  Hukum Musa untuk istirahat pada hari Sabat tidak akan terkurangi maknanya manakala mengerjakan pekerjaan Allah. Pemeliharaan kehidupan dan penghakiman. Hari Sabat tetap terkuduskan ketika Yesus menyembuhkan orang yang sudah tiga puluh delapan tahun mengalami kelumpuhan dan ketidakberdayaan.

Penyembuhan yang dilakukan Yesus itu adalah pekerjaan pemeliharaan dan pemulihan kehidupan. Pekerjaan yang selalu Allah Bapa kerjakan. Tanpa istirahat. Motivasi dasar penyembuhan orang lumpuh pada hari Sabat itu untuk mengikuti pola kerja Allah "Sesungguhnya Anak tidak dapat mengerjakan sesuatu dari diri-Nya sendiri, jikalau tidak Ia melihat Bapa mengerjakannya; sebab apa yang dikerjakan Bapa, itu juga yang dikerjakan Anak."

Terdorong oleh teladan dan kasih Bapalah Yesus menyembuhkan orang lumpuh itu. Sebagaimana "Bapa mengasihi Anak dan Ia menunjukkan kepada-Nya segala sesuatu yang dikerjakan-Nya sendiri. Bahkan Ia akan menunjukkan kepada-Nya pekerjaan-pekerjaan yang lebih besar lagi dari pada pekerjaan-pekerjaan itu, sehingga banyak orang menjadi heran."

Orang-orang Yahudi itu mau membela Allah yang telah dihujat-Nya. Mereka memandang Yesus telah mendaku keilahian diri sendiri. Maka Yesus harus disingkirkan, harus  dibunuh. Pembunuhan itu dilakukan demi hormat mereka kepada Allah.

Tindakan itu bagi Yesus tidak masuk akal. Penghormatan terhadap Yesus itu sama seperti penghormatan terhadap Bapa. Yesus dan Allah, Anak dan Bapa tidak dapat dipisahkan. "Kamu tidak bisa menghormati Bapa dengan membunuh Anak, karena kalau kamu tidak menghormati Anak, kamu juga tidak menghormati Bapa."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun