Bacaan  Rabu 30 Maret 2022
Yoh 5: 17 Tetapi Ia berkata kepada mereka: "Bapa-Ku bekerja sampai sekarang, maka Akupun bekerja juga." 18 Sebab itu orang-orang Yahudi lebih berusaha lagi untuk membunuh-Nya, bukan saja karena Ia meniadakan hari Sabat, tetapi juga karena Ia mengatakan bahwa Allah adalah Bapa-Nya sendiri dan dengan demikian menyamakan diri-Nya dengan Allah. 19 Maka Yesus menjawab mereka, kata-Nya: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya Anak tidak dapat mengerjakan sesuatu dari diri-Nya sendiri, jikalau tidak Ia melihat Bapa mengerjakannya; sebab apa yang dikerjakan Bapa, itu juga yang dikerjakan Anak. 20 Sebab Bapa mengasihi Anak dan Ia menunjukkan kepada-Nya segala sesuatu yang dikerjakan-Nya sendiri, bahkan Ia akan menunjukkan kepada-Nya pekerjaan-pekerjaan yang lebih besar lagi dari pada pekerjaan-pekerjaan itu, sehingga kamu menjadi heran. 21 Sebab sama seperti Bapa membangkitkan orang-orang mati dan menghidupkannya, demikian juga Anak menghidupkan barangsiapa yang dikehendaki-Nya. 22 Bapa tidak menghakimi siapapun, melainkan telah menyerahkan penghakiman itu seluruhnya kepada Anak, 23 supaya semua orang menghormati Anak sama seperti mereka menghormati Bapa. Barangsiapa tidak menghormati Anak, ia juga tidak menghormati Bapa, yang mengutus Dia. 24 Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa mendengar perkataan-Ku dan percaya kepada Dia yang mengutus Aku, ia mempunyai hidup yang kekal dan tidak turut dihukum, sebab ia sudah pindah dari dalam maut ke dalam hidup. 25 Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya saatnya akan tiba dan sudah tiba, bahwa orang-orang mati akan mendengar suara Anak Allah, dan mereka yang mendengarnya, akan hidup. 26 Sebab sama seperti Bapa mempunyai hidup dalam diri-Nya sendiri, demikian juga diberikan-Nya Anak mempunyai hidup dalam diri-Nya sendiri. 27 Dan Ia telah memberikan kuasa kepada-Nya untuk menghakimi, karena Ia adalah Anak Manusia. 28 Janganlah kamu heran akan hal itu, sebab saatnya akan tiba, bahwa semua orang yang di dalam kuburan akan mendengar suara-Nya, 29 dan mereka yang telah berbuat baik akan keluar dan bangkit untuk hidup yang kekal, tetapi mereka yang telah berbuat jahat akan bangkit untuk dihukum. 30 Aku tidak dapat berbuat apa-apa dari diri-Ku sendiri; Aku menghakimi sesuai dengan apa yang Aku dengar, dan penghakiman-Ku adil, sebab Aku tidak menuruti kehendak-Ku sendiri, melainkan kehendak Dia yang mengutus Aku.
Renungan
Wiyanto Halim, seorang kakek berusia 89 tahun, nyawanya melayang, Ia jadi korban keberingasan massa yang mengiranya seorang maling. Pada hari Minggu (23/1/2022) ia dipukuli hingga tewas di Cakung, Jakarta Timur (Kompas.com). Betapa tidak adilnya ketika yang bukan hakim pada main hakim sendiri.
 Bacaan Injil hari ini menarasikan kesaksian Yesus tentang diri-Nya.  Yesus dan Bapa adalah satu. Bagaimana Bapa, begitulah Yesus. "Bapa-Ku bekerja sampai sekarang, maka Akupun bekerja juga; apa yang dikerjakan Bapa, itu juga yang dikerjakan Anak; Bapa membangkitkan orang-orang mati dan menghidupkannya, demikian juga Anak menghidupkan barangsiapa yang dikehendaki-Nya; Bapa mempunyai hidup dalam diri-Nya sendiri, demikian juga diberikan-Nya Anak mempunyai hidup dalam diri-Nya sendiri; Aku tidak menuruti kehendak-Ku sendiri, melainkan kehendak Dia yang mengutus Aku."
Pengakuan Yesus menyekutukan diri dengan Allah itu membuat berang orang-orang Yahudi.  Sebab itu orang-orang Yahudi lebih berusaha lagi untuk membunuh-Nya. Baru saja Yesus dikaitkan dengan  peristiwa penyembuhan orang yang selama tiga puluh delapan tahun lumpuh. Si lumpuh mengangkat tilamnya, tindakan yang dilarang dilakukan pada hari Sabat. Yesus dituduh meniadakan hari Sabat. Dan kini lebih berat lagi kasus-Nya. Ia mengatakan bahwa Allah adalah Bapa-Nya. Dengan demikian Ia menyamakan diri-Nya dengan Allah. Ia menyetarakan diri-Nya dengan Allah. Ia menghujat Allah.
Orang-orang Yahudi, beristirahat pada hari Sabat. Orang tidak boleh bekerja. Sebab Allah sudah memberi teladan, beristirahat pada hari ketujuh. Allah berhenti dari pekerjaanNya. Yesus mewartakan bahwa sejatinya Allah tidak pernah berhenti dari pekerjaan pemeliharaan-Nya. Â Hukum Musa untuk istirahat pada hari Sabat tidak akan terkurangi maknanya manakala mengerjakan pekerjaan Allah. Pemeliharaan kehidupan dan penghakiman. Hari Sabat tetap terkuduskan ketika Yesus menyembuhkan orang yang sudah tiga puluh delapan tahun mengalami kelumpuhan dan ketidakberdayaan.
Penyembuhan yang dilakukan Yesus itu adalah pekerjaan pemeliharaan dan pemulihan kehidupan. Pekerjaan yang selalu Allah Bapa kerjakan. Tanpa istirahat. Motivasi dasar penyembuhan orang lumpuh pada hari Sabat itu untuk mengikuti pola kerja Allah "Sesungguhnya Anak tidak dapat mengerjakan sesuatu dari diri-Nya sendiri, jikalau tidak Ia melihat Bapa mengerjakannya; sebab apa yang dikerjakan Bapa, itu juga yang dikerjakan Anak."
Terdorong oleh teladan dan kasih Bapalah Yesus menyembuhkan orang lumpuh itu. Sebagaimana "Bapa mengasihi Anak dan Ia menunjukkan kepada-Nya segala sesuatu yang dikerjakan-Nya sendiri. Bahkan Ia akan menunjukkan kepada-Nya pekerjaan-pekerjaan yang lebih besar lagi dari pada pekerjaan-pekerjaan itu, sehingga banyak orang menjadi heran."
Orang-orang Yahudi itu mau membela Allah yang telah dihujat-Nya. Mereka memandang Yesus telah mendaku keilahian diri sendiri. Maka Yesus harus disingkirkan, harus  dibunuh. Pembunuhan itu dilakukan demi hormat mereka kepada Allah.
Tindakan itu bagi Yesus tidak masuk akal. Penghormatan terhadap Yesus itu sama seperti penghormatan terhadap Bapa. Yesus dan Allah, Anak dan Bapa tidak dapat dipisahkan. "Kamu tidak bisa menghormati Bapa dengan membunuh Anak, karena kalau kamu tidak menghormati Anak, kamu juga tidak menghormati Bapa."
Dengan demikian berhadapan dengan Yesus orang tidak dapat bersikap samar-samar. Orang harus mengambil keputusan, tidak dapat bersikap netral. Keputusan yang diambil beresiko bagi kekekalannya. Mereka yang memilih menghormati Yesus, menghormati Allah sendiri.
Siapa mendengar dan percaya pada Anak, ia juga mendengar dan percaya pada Bapa. Siapa percaya pada Yesus, percaya pada Bapa. Ia mengalami  hidup bersama dan bersatu dengan Allah sendiri. Hidup kekal. "Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa mendengar perkataan-Ku dan percaya kepada Dia yang mengutus Aku, ia mempunyai hidup yang kekal dan tidak turut dihukum, sebab ia sudah pindah dari dalam maut ke dalam hidup. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya saatnya akan tiba dan sudah tiba, bahwa orang-orang mati akan mendengar suara Anak Allah, dan mereka yang mendengarnya, akan hidup"
Namun mereka yang menolak Yesus, berarti menolak Anak Manusia, menolak Mesias.
Pada hal saat penghakiman akhir jaman Allah menyerahkan kepada Yesus, Allah yang berinkarnasi. Allah yang sudah menjadi manusia.  Dia yang sudah pernah mengalami, merasakan beratnya pencobaan, dapat  lebih bersimpati kepada manusia yang Ia hakimi.
Penghakiman-Nya  didasarkan atas perbuatan baik, buah-buah kehidupan yang dihasilkan. Karena memang "dari buahnyalah orang mengenal pohonnya." Dari perbuatannya dapat dilacak jejak yang  menunjukkan apakah ia beriman atau tidak. Orang beriman dikenal dari perbuatan baiknya. Sementara orang tidak percaya nampak dari perbuatan-perbuatan jahatnya.
Beriman atau tidak beriman, pilihan yang sama-sama beresiko "Saatnya akan tiba, bahwa semua orang yang di dalam kuburan akan mendengar suara-Nya, Â dan mereka yang telah berbuat baik akan keluar dan bangkit untuk hidup yang kekal, tetapi mereka yang telah berbuat jahat akan bangkit untuk dihukum." Mereka yang menolak Yesus menciptakan hukuman buat dirinya.
Penghakiman-Nya jauh dari hukum balas jasa dan balas dendam. "Aku menghakimi sesuai dengan apa yang Aku dengar, dan penghakiman-Ku adil, sebab Aku tidak menuruti kehendak-Ku sendiri, melainkan kehendak Dia yang mengutus Aku." Dia yang mengutus-Nya adalah Allah Bapa, yang belas kasih-Nya tanpa batas. Penghakiman-Nya penuh belas kasih. Yesus Hakim Sejati
Kembali ke kasus kakek yang dihakimi massa di atas, meski keluarga Wiyanto Halim meminta keadilan, yakinlah hakim tidak pernah akan mampu memberikan keadilan sepenuh dan seutuhnya. Bryna, anak Wiyanto Halim menyatakan tak terima sang ayah meninggal mengenaskan. "Saya dari keluarga tidak menerima papa meninggal dalam keadaan mengenaskan kayak gini. Kami minta keadilan," ujarnya. Namun nasi sudah jadi bubur. Nyawa tak lagi dapat dikembalikan.
Sadari diri sebagai makhluk lemah. Tidak steril dari  dosa, jahat dan salah. Hati-hati, jangan main hakim sendiri!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H