Mohon tunggu...
B Budi Windarto
B Budi Windarto Mohon Tunggu... Guru - Pensiunan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Lahir di Klaten 24 Agustus 1955,.Tamat SD 1967.Tamat SMP1970.Tamat SPG 1973.Tamat Akademi 1977

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Hati-Hati, Jangan Main Hakim Sendiri!

30 Maret 2022   14:17 Diperbarui: 30 Maret 2022   14:33 133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Dengan demikian berhadapan dengan Yesus orang tidak dapat bersikap samar-samar. Orang harus mengambil keputusan, tidak dapat bersikap netral. Keputusan yang diambil beresiko bagi kekekalannya. Mereka yang memilih menghormati Yesus, menghormati Allah sendiri.

Siapa mendengar dan percaya pada Anak, ia juga mendengar dan percaya pada Bapa. Siapa percaya pada Yesus, percaya pada Bapa. Ia mengalami  hidup bersama dan bersatu dengan Allah sendiri. Hidup kekal. "Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa mendengar perkataan-Ku dan percaya kepada Dia yang mengutus Aku, ia mempunyai hidup yang kekal dan tidak turut dihukum, sebab ia sudah pindah dari dalam maut ke dalam hidup. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya saatnya akan tiba dan sudah tiba, bahwa orang-orang mati akan mendengar suara Anak Allah, dan mereka yang mendengarnya, akan hidup"

Namun mereka yang menolak Yesus, berarti menolak Anak Manusia, menolak Mesias.

Pada hal saat penghakiman akhir jaman Allah menyerahkan kepada Yesus, Allah yang berinkarnasi. Allah yang sudah menjadi manusia.  Dia yang sudah pernah mengalami, merasakan beratnya pencobaan, dapat  lebih bersimpati kepada manusia yang Ia hakimi.

Penghakiman-Nya  didasarkan atas perbuatan baik, buah-buah kehidupan yang dihasilkan. Karena memang "dari buahnyalah orang mengenal pohonnya." Dari perbuatannya dapat dilacak jejak yang  menunjukkan apakah ia beriman atau tidak. Orang beriman dikenal dari perbuatan baiknya. Sementara orang tidak percaya nampak dari perbuatan-perbuatan jahatnya.

Beriman atau tidak beriman, pilihan yang sama-sama beresiko "Saatnya akan tiba, bahwa semua orang yang di dalam kuburan akan mendengar suara-Nya,  dan mereka yang telah berbuat baik akan keluar dan bangkit untuk hidup yang kekal, tetapi mereka yang telah berbuat jahat akan bangkit untuk dihukum." Mereka yang menolak Yesus menciptakan hukuman buat dirinya.

Penghakiman-Nya jauh dari hukum balas jasa dan balas dendam. "Aku menghakimi sesuai dengan apa yang Aku dengar, dan penghakiman-Ku adil, sebab Aku tidak menuruti kehendak-Ku sendiri, melainkan kehendak Dia yang mengutus Aku." Dia yang mengutus-Nya adalah Allah Bapa, yang belas kasih-Nya tanpa batas. Penghakiman-Nya penuh belas kasih. Yesus Hakim Sejati

Kembali ke kasus kakek yang dihakimi massa di atas, meski keluarga Wiyanto Halim meminta keadilan, yakinlah hakim tidak pernah akan mampu memberikan keadilan sepenuh dan seutuhnya. Bryna, anak Wiyanto Halim menyatakan tak terima sang ayah meninggal mengenaskan. "Saya dari keluarga tidak menerima papa meninggal dalam keadaan mengenaskan kayak gini. Kami minta keadilan," ujarnya. Namun nasi sudah jadi bubur. Nyawa tak lagi dapat dikembalikan.

Sadari diri sebagai makhluk lemah. Tidak steril dari  dosa, jahat dan salah. Hati-hati, jangan main hakim sendiri!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun