Mohon tunggu...
B Budi Windarto
B Budi Windarto Mohon Tunggu... Guru - Pensiunan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Lahir di Klaten 24 Agustus 1955,.Tamat SD 1967.Tamat SMP1970.Tamat SPG 1973.Tamat Akademi 1977

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Sudahkah dengan Cerdik Mengupayakan Keselamatan Kekal?

5 November 2021   08:38 Diperbarui: 5 November 2021   08:50 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku tahu apa yang akan aku perbuat, supaya apabila aku dipecat dari jabatanku sebagai bendahara, ada orang yang akan menampung aku di rumah mereka". Ia mendapat solusi cemerlang. Lantas ia panggil seorang demi seorang yang berhutang kepada tuannya. Kepada yang berhutang seratus tempayan minyak, dimintanya membuat surat hutang  lima puluh tempayan. Kepada yang berhutang seratus pikul gandum, disuruhnya menulis delapan puluh pikul.

Bendahara yang tidak jujur itu melakukan tindakan antisipatif. Kelak pada saat dipecat tuannya ia bisa minta bantuan kepada mereka yang hutang-hutangnya dikurangi. 

Mereka akan balas budi dan dengan  senang hati pasti mau menolongnya. Sebab sebagai bendahara, dia berkuasa  menentukan jumlah sewa yang harus dibayar. Keputusan yang dibuatnya sah dan berlaku. Tuannya tidak dapat mengubah keputusannya. Sebuah solusi antisipatif penyelamatan diri yang cerdik, efektif  walau licik, menipu, tidak jujur.

Mengetahui siasat bendaharanya itu, tuannya memberikan pujian atas kelihaian solusinya. Tuan itu mengakui kecerdikan sang bendahara, meski tidak menyetujui tindakan curangnya.

Benarkah anak-anak dunia ini lebih cerdik terhadap sesamanya dari pada anak-anak terang? Jika untuk keselamatan duniawi, orang begitu cerdik, kreatif, antisipatif, kenapa orang tidak melakukan yang sama untuk keselamatan abadinya? Mengapa orang masih begitu "sembrono" lalai, main-main, tidak serius  memandang "enteng" kehidupan kekalnya? Sudahkah dengan cerdik mengupayakan keselamatan kekal?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun