Mohon tunggu...
B Budi Windarto
B Budi Windarto Mohon Tunggu... Guru - Pensiunan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Lahir di Klaten 24 Agustus 1955,.Tamat SD 1967.Tamat SMP1970.Tamat SPG 1973.Tamat Akademi 1977

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Maukah Melakoni Gaya Hidup Kekristenan?

1 November 2021   09:36 Diperbarui: 1 November 2021   09:42 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berbeda dengan para ahli Taurat dan orang-orang Farisi yang memiliki kursi Musa, kursi kehormatan untuk berkhotbah. Ketika hukum Taurat diberikan Tuhan turun ke gunung.  

Ia berbicara melalui guntur dan kilat. Orang Israel disuruh berdiri jauh-jauh. Ahli Taurat dan orang-orang Farisi yang duduk di kursi Musa, sesungguhnya sedang merusak hukum, menebarkan pendangkalan kehidupan, menyemai benih budaya kematian. Sementara ketika berkhotbah, Yesus duduk di atas sebuah bukit di Galilea. 

Bukan tempat  nyaman untuk berkhotbah. Yesus naik ke atas bukit untuk mengajarkan misteri kebenaran eksistensial kehidupan. Yesus berbicara dalam angin semilir. Murid-murid-Nya dan orang banyak  diundang untuk datang mendekat. Yesus menawarkan indahnya perubahan,  sebuah pertobatan dalam kehidupan.

Kepada para murid dan orang banyaklah Yesus  mengarahkan pewartaan-Nya. Mereka begitu terbuka, mau belajar memahami dan mengenal kehidupan sejati, sehingga boleh mengalami melihat, mendengar, meraba Allah dalam Yesus. Dahulu Allah berbicara dengan perantaraan para nabi, kini dalam Yesus, mereka sendiri mesti mengalami Allah yang membuka mulut-Nya, penuh kuasa dalam kata dan tindakan.

Mengalami Allah dalam Yesus yang terwujud dalam kiblat dasar pilihan yang serba positif, baik, benar, bagus elok indah yang membahagiakan adalah kristianitas. 

Kekristenan, gaya hidup penuh syukur sukacita semangat jadi berkat bukanlah gaya hidup muluk-muluk di langit angkasa. Kekristenan adalah gaya hidup orang beriman yang menjadikan kehendak Tuhan di atas bumi seperti di dalam surga. Gaya hidup yang kapanpun, dimanapun dalam keadaan apapun bernada dasar setia dan pilih kebaikan, kebenaran, kebagusan keelokan keindahan dalam setiap sikap, perilaku, tutur kata dan tindakan. Dan dari padanya dipetiklah kebahagiaan.

Maukah melakoni gaya hidup kekristenan?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun