Para murid yang dikader melanjutkan perutusan-Nya, mesti mampu mengendalikan pikiran untuk menjadi yang terbesar. Sebagai utusan-Nya, mereka mesti bertabiat seperti anak kecil, tenang, damai dengan diri sendiri, tidak memikirkan kemegahan duniawi, Â kebesaran, kekuasaan, jabatan tinggi, tidak berprasangka buruk, apalagi menaruh dendam terhadap liyan.Â
Murid-murid-Nya mesti yakin bahwa cara menjadi terbesar sebagai utusan-Nya, adalah dengan bersedia menjadi kecil. Sepeti seorang anak yang tidak diperhitungkan kehadirannya, tidak dicatat kegiatannya, gampang diremehkan, tidak mendapatkan tempat dan penghormatan, bahkan bisa jadi ditolak.Â
Fundasi kemuliaan hidup  utusan-Nya bukanlah kursi kekuasaan, melainkan  hidup benar, baik, indah, hidup serupa dengan-Nya sebagai  anak-anak-Nya. Hanya yang mau menjadi terkecillah yang benar-benar akan menjadi yang terbesar.
Ketika, Yohanes salah seorang muridNya  berkata: "Guru, kami lihat seorang mengusir setan demi nama-Mu, lalu kami cegah orang itu, karena ia bukan pengikut kita."  Jawab Yesus : "Jangan kamu cegah, sebab barangsiapa tidak melawan kamu, ia ada di pihak kamu." Bukankah para murid-Nya  tidak tahu persis alasan orang di luar kelompoknya ikut-ikutan menggunakan nama-Nya?Â
Yesus menegaskan bahwa meski ada yang  tidak ikut bergabung dengan mereka  sejak semula,  akan selalu dijumpai  orang-orang yang menggunakan nama-Nya dalam perjalanan kehidupan selanjutnya.
Jika nama-Nya digunakan untuk kebenaran, kebaikan dan keindahan kehidupan, para murid-Nya pada saat-Nya akan bertemu dengan mereka pula di akhir perjalanan kehidupan. Murid-murid Yesus mesti memahami jumlah mereka sedikit, sementara  jumlah mereka yang akan menolak, memusuhi, mengusir, menganiaya, melenyapkan dan membunuh diri-Nya dan pengikut-Nya, begitu banyak.Â
Sehingga dapat dan mungkin terjadi seseorang menjadi pengikut-Nya  berkat pemberitaan nama-Nya oleh  orang yang tidak dari awal bersama mereka. Tidak mengapa, tidak perlu dicegah. Sebab bukankah dari buahnya diketahui pohonnya?
Sudahkah menjalankan tugas perutusan, membuat Dia semakin bertambah besar berkibar kemuliaan-Nya sementara  diri  semakin kecil berkurang dan di tempat paling belakang? Masihkah para utusan-Nya  bersaing dan bertengkar memperebutkan legalitas penggunaan  nama Yesus? Sungguhkah sikap, perilaku, tutur kata, tindakan dan pilihan hidup berpadanan dengan iman sehingga benarlah pernyataan-Nya, siapa melawan kamu, melawan Aku?
Yang mengecilkan diri membesarkan liyan, hidup benar sebagai manusia benar dengan Allah benar yang esa, kuasa dan kasih-Nya tanpa batas. Hidup penuh syukur,  sukacita,  semangat,  jadi berkat, pada saat untung dan malang, suka dan duka, sehat maupun sakit.  Ini  misteri. .
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H